Muqoddimah

Maktabah Abu Salma al-Atsari
Sepercik Cahaya keindahan Islam 



إنَّ الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره ونعوذ بالله من شرور أنفسنا ومن سيئات أعمالنا، من يهده الله
فلا مضلَّ له، ومن يضلل فلا هادي له، أشهد أن لا إله إلاَّ الله وحده لا شريك له وأشهد أنَّ محمدًا
عبده ورسوله فإن أصدق الحديث كتاب الله وخير الهدي هدي محمد صلى الله عليه و سلم، وشر
الأمور محدثاا وكل محدثة بدعة وكل بدعة ضلالة وكل ضلالة في النار
Segala puji hanya milik Allah Ta’ala, Dzat yang telah melimpahkan berbagai
kenikmatan kepada kita semua. Shalawat dan salam semoga senantiasa
terlimpahkan kepada Nabi Muhammad, keluarga, dan seluruh sahabatnya.
Amiin.
Syari’at islam –segala puji hanya milik Allah- bersifat universal, mencakup
segala urusan, baik yang berkaitan dengan urusan ibadah ataupun mu’amalah,
sehingga syari’at Islam benar-benar seperti yang Allah firmankan,
اْلي  و م َأ ْ ك  مْل  ت َل ُ ك  م دِين ُ ك  م  وَأت  م  م  ت  عَلي ُ ك  م نِ ع  متِي  و  رضِي  ت َل ُ ك  م الإِ  س َ لام دِينا
“Pada hari ini, telah Aku sempurnakan untukmu agama mu, dan telah aku
cukupkan atasmu kenikmatan-Ku, dan Aku ridlo Islam menjadi agamamu.” (QS.
Al Maidah: 3)
Dan sebagaimana yang Allah firmankan pada ayat lain,
إِنَّ  هٰ َ ذا ٱلُْق  رءَا َ ن يِ  هدِى لِلَّتِى هِ  ي َأْق  و م  ويبش ر الْ  م  ؤمِنِ  ين الَّذِي ن ي ع  مُلو َ ن الصالِ  حاتِ َأنَّ
َل  ه  م َأ  ج  را َ كبِ  يرا
“Sesungguhnya al-Qur’an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih
lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang mu’min yang
mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.” (QS. Al
Isra’: 9)
Syeikh Abdurrahman As Sa’dy rahimahullah ketika menafsirkan ayat ini
berkata, “Allah Ta’ala mengabarkan tentang kemuliaan dan kedudukan Al
Qur’an yang agung, dan bahwasannya Al Qur’an akan membimbing (manusia)
kepada jalan yang paling lurus. Maksudnya jalan yang paling adil lagi mulia,
baik dalam urusan akidah (idiologi) perilaku dan akhlak. Maka barang siapa
yang menjalankan segala seruan Al Qur’an, niscaya ia menjadi orang yang
paling sempurna, lurus, dan paling benar dalam segala urusannya. Dan
memberi kabar gembira kepada orang-orang mu’min yang mengerjakan amal
saleh baik yang wajib atau sunnah, bahwa bagi mereka ada pahala yang besar
yang telah Allah siapkan di surga, yang tidak ada seorangpun yang dapat
mengetahui hakikatnya.” (Taisiril Karimir Rahman: 454)
Dan pada ayat lain, Allah Ta’ala menyebutkan bahwa pahala yang telah Ia
siapkan bagi orang-orang yang beramal sholeh dan menjalankan syari’at Al
Qur’an bukan hanya di surga semata, akan tetapi juga meliputi pahala di dunia,
sebagaimana yang Allah Ta’ala tegaskan pada ayat berikut,
و  ع  د اللَّه الَّذِي  ن آمنوا مِن ُ ك  م  و  عمُِلوا الصالِ  حاتِ لَي  ست  خلَِفن هم فِي اْلَأ  رضِ َ ك  ما ا  ست  خَل  ف
الَّذِي  ن مِن َقبلِهِ  م وَلي  مكِّنن َل  ه  م دِين  ه  م الَّذِي ا  رت  ضى َل  ه  م  وَليبدَلن  هم من ب عدِ  خ  وفِهِ  م َأ منا
ي عب  دوننِي َلا ي شرِ ُ كو َ ن بِي  شيًئا  ومن كََف  ر ب ع  د َ ذلِ  ك َفُأ  وَلئِ  ك  ه  م اْلَفاسُِقو َ ن
“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman diantara kamu dan
mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan
menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan
orang-orang sebelum mereka sebagai penguasa, dan Dia akan meneguhkan
bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar
akan merubah (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan
menjadi aman sentausa.Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada
mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap)
kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang yang fasik.” (QS. An Nur: 55)
Inilah pahala dan ganjaran yang akan diberikan kepada orang-orang yang
menjalan syari’at Al Qur’an.
Walau demikian tingginya syari’at Al Qur’an dan begitu adilnya syari’at Islam
serta begitu besarnya pahala dan balasan yang diberikan kepada orang-orang
yang mengamalkannya, akan tetapi fenomena umat Islam di zaman kita
tidaklah mencerminkan akan yang demikian itu. Betapa rendahnya umat Islam
di mata umat lain, betapa terpuruknya perekonomian, keamanan dan kekuatan
umat Islam bila dibandingkan dengan umat lain, betapa remehnya ilmu Al
Qur’an di mata banyak dari kaum muslimin bila dibandingkan dengan berbagai
ilmu-ilmu lainnya dan betapa banyaknya petaka yang dari hari ke hari menimpa
mereka.
Kenyataan pahit ini hanya ada satu jawaban, yaitu sebagaimana yang Allah
Ta’ala tegaskan pada firman-Nya berikut,
وََل  و َأنَّ َأ  ه َ ل اْلُق رى آمنوْا واتَقوْا َلَفت  حنا  عَليهِم ب  ر َ كاتٍ م  ن الس ماء  والأَ  رضِ  وَلكِن
َ كذَّبوْا َفَأ  خ ْ ذنا  هم بِ  ما َ كانوْا ي ْ كسِبو َ ن
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah
Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi
mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka
disebabkan perbuatannya.” (QS. Al A’araf: 96)
Dan pada firman-Nya berikut ini,
ظَ  ه  ر اْلَف  سا د فِي اْلبر واْلب  حرِ بِ  ما َ ك  سب  ت َأيدِي الناسِ لِيذِي َق هم ب ع  ض الَّذِي  عمُِلوا َلعلَّ  ه  م
ي  رجِعو َ ن
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan
tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari
(akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS.
Ar Rum: 41)
Bila ada yang bertanya, Mengapa umat Islam di seluruh belahan dunia dengan
mudah dapat terjerumus ke dalam keadaan yang amat mengenaskan demikian
ini?
Maka jawabannya ada pada firman Allah Ta’ala berikut,
اهدِنا الص را َ ط اُلمستقِي  م. صِ را َ ط الَّذِي  ن َأنعم  ت  عَليهِ  م َ غيرِ اَلمغ  ضوبِ  عَليهِ م  و َ لا الضالِّ  ين
“Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau
anugerahkan nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan
bukan (pula jalan) mereka yang sesat.” (QS. Al Fatihah: 6-7)
Ibnu Katsir rahimahullah tatkala menafsirkan dua ayat ini berkata, “Jalan orangorang
yang telah Engkau limpahkan kepada mereka kenikmatan, yang telah
disebutkan kriterianya, yaitu orang-orang yang mendapat petunjuk,
beristiqomah, senantiasa ta’at kepada Allah dan Rasul-Nya dan yang
senantiasa menjalankan perintah dan menjauhi segala larangannya. Jalan
tersebut bukanlah jalan orang-orang yang dimurkai, yaitu orang-orang yang
telah rusak jiwanya, sehingga mereka mengetahui kebenaran akan tetapi
mereka berpaling darinya. Tidak juga jalannya orang-orang yang tersesat,
yaitu orang-orang yang tidak berilmu, sehingga mereka terombang
ambingkan dalam kesesatan dan tidak dapat mengetahui kebenaran.” (Tafsir
Ibnu Katsir 1/29).
Bila kita renungkan keadaan umat Islam sekarang ini, maka kita akan dapatkan
bahwa kebanyakan pada mereka terdapat satu dari dua perangai di atas:
1. Mengetahui kebenaran akan tetapi dengan sengaja berpaling darinya,
karena mengikuti bisikan hawa nafsu dan ambisi pribadinya.
2. Tidak mengetahui kebenaran, sehingga kehidupannya bagaikan orang yang
sedang hanyut dan diombang-ambingkan oleh derasnya arus badai, sehingga
ia berpegangan dengan apa saja yang ada di sekitarnya, walaupun hanya
dengan sehelai rumput atau sarang laba-laba. Ia tidak mengetahui kebenaran
yang diajarkan oleh Al Qur’an, sehingga ia hanyut oleh badai kehidupan, dan
akhirnya mengamalkan atau meyakini apa saja yang ia dengar dan baca.
Bahkan tidak jarang, orang-orang jenis ini dengan tidak sengaja memerangi
dan memusuhi syari’at Al Qur’an, sebagaimana dinyatakan dalam pepatah
arab,
الإنسان عد  و لما يجهله
“Setiap manusia itu akan memusuhi segala yang tidak ia ketahui.”
Oleh karena itu pada kesempatan ini kita akan bersama-sama mengenali
berbagai sisi keindahan dan keadilan syariat Al Qur’an, sehingga keimanan kita
semakin kokoh bahwa syari’at islam adalah syari’at yang lurus dan satusatunya
metode hidup yang dapat merealisasikan kebahagiaan bagi umat
manusia di dunia dan akhirat.
Berikut kita akan membaca syari’at Al Qur’an dalam berbagai aspek kehidupan
umat manusia, agar iman kita semakin kokoh bahwa Al Qur’an adalah metode
dan dasar bagi kehidupan umat manusia dalam segala aspeknya. Bukan hanya
dalam urusan peribadatan kepada Allah Ta’ala semata, akan tetapi mencakup
segala aspek kehidupan umat manusia.

0 komentar:

Posting Komentar

Website Syababul Huda Mahabbah Qolbu 2011