Kan Ku Khitbah Kau Dengan Basmallah..

Ukhtifillah..

Mungkin aku memang tidak romantis tapi siapa peduli..
Bagiku kau bunga, namun tidak mampu aku menyamakan mu dengan bunga terindah sekalipun.
Bagiku manusia adalah makhluk yang terindah, paling sempurna dan tertinggi.
Bagiku dirimu salah satu dari semua itu,

Ukhtifillah..

Jangan biarkan aku menatapmu penuh, karena itu hanya akan membuat aku mengingat mu.
harapan memenuhi kepala ku dengan menginginkan mu.
Mengimbas pada tersusun nya bayangan mu dalam setiap dinding khayal ku.
Membuat aku menginginkan mu sepenuh hati, seluruh jiwa, sehangat mentari.
Kasihanilah dirimu jika harus hadir dalam khayal ku yang masih penuh Lumpur.
Karena sesungguh nya dirimu terlalu suci.

Ukhtifillah..

Berdua menghabiskan waktu dengan mu bagaikan mimpi tak berujung.
Ada ingin tapi tidak ada henti. Menyentuh mu merupakan nafsu diri, terlintas selalu,
meski ujung penutup mu pun tak berani ku sentuh.
Jangan pernah kalah dengan mimpi dan ingin ku karena suci mu kau pertaruhkan.
Mungkin kau tak peduli tapi kau hanya menjadi wanita biasa di hadapan ku bila kau kalah.
Dan tak lebih dari wanita biasa.

Ukhtifillah..

Jangan pernah kau tatap aku penuh bahkan tidak perlu kau lirikan matamu untuk melihat ku.
Bukan karena aku terlalu indah, tapi karena aku menundukkan pandanganku agar ku terhindar dari dosa

Ukhtifillah..

ku bariskan harapan ku pada istikharah sepenuh hati ikhlas.
aku relakan Allah swt pilihkan jodoh untuk ku, mungkin sekarang atau nanti, bahkan mungkin tak ada sampai ku mati.
Mungkin jodoh ku itu menanti di istana kekal ku, yang ku bangun dengan segala kekhusyu'an tangis do'a ku.

Ukhtifillah..

Pilihan Allah tak selalu seindah ingin kita, tapi itu pilihan-Nya.
Tak ada yang lebih baik dari pilihan Allah mungkin kebaikan itu bukan pada seseorang yang terpilih itu,
melainkan pada jalan yang ku pilih, seperti kisah seorang wanita sudi di masa lalu yang meminta iman islam sebagai mahar pernikahan nya atau mungkin kebaikan itu terletak pada keikhlasan mu menerima keputusan Sang Kekasih Tertinggi. Kekasih tempat kita memberi semua cinta dan menerima cinta dalam setiap denyut nadi kita.

Ukhtifillah..

sebelum nya aku ingin berbagi cerita dengan mu tentang hal yang ada dalam renungan ku
Ketika melihat pasangan yang baru menikah, aku suka tersenyum.
Bukan apa-apa, aku hanya ikut merasakan kebahagiaan yang berbinar spontan dari wajah-wajah syahdu mereka.
Tangan yang saling berkaitan ketika berjalan, tatapan-tatapan penuh makna, bahkan sirat ke tidak inginan saat akan berpisah
Seorang sahabat yang tadi nya mahal tersenyum, setelah menikah senyum nya selalu saja mengembang. Ketika aku tanyakan mengapa, singkat dia berujar "Menikahlah! Nanti juga tahu sendiri".

Ukhtifillah..

Menikah adalah sunnah terbaik dari sunnah yang baik itu yang aku baca dalam sebuah kitab bab pernikahan.
Jadi ketika seseorang menikah, sungguh ia telah menjalankan sebuah sunnah yang di sukai Nabi saw
Dalam kitab tersebut di katakan bahwa Allah swt hanya menyebut nabi-nabi yang menikah dalam kitab-Nya.
Hal ini menunjukkan betapa Allah swt menunjukkan keutamaan pernikahan.
Dalam firman Allah swt : "Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan Dia menjadikan rasa kasih sayang diantaramu. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kalian yang berpikir." (QS. Ar-Rum: 21).

Ukhtifillah..

Menikah itu Subhanallah indah, kata sahabat ku dan hanya bisa dirasakan oleh yang sudah menjalani nya.
Ketika sudah menikah, semua nya menjadi begitu jelas, alur ibadah suami dan istri.
Beliau mengibaratkan ketika seseorang baru menikah dunia menjadi terang benderang,
saat itu kicauan burung terdengar begitu merdu sepoi angin di maknai begitu dalam,
makanan yang terhidang selalu saja disantap lezat.
Mendung di langit bukan masalah besar seolah dunia milik mereka saja, mengapa..?
karena semuanya dinikmati berdua hidup seperti seolah baru dimulai sejarah keluarga baru saja disusun.

Ukhtifillah..

Namun sayang semua itu lambat laun menguap ke angkasa membumbung atau raib di telan dalam nya bumi. Entahlah saat itu cinta mereka berpencar ke mana seiring detik yang berloncatan, seolah cinta mereka juga.
Banyak dari pasangan yang akhir nya tidak sampai ke tujuan, tak terhitung pasangan yang terburai kehilangan pegangan, selanjut nya perahu mereka karam sebelum sempat berlabuh di tepian Bercerai, sebuah amalan yang di perbolehkan tapi sangat di benci Allah swt.


Ketika Allah swt menjalinkan perasaan cinta di antara suami istri, sungguh itu adalah anugerah besar yang harus disyukuri. Karena cinta istri kepada suami berbuah ketaatan untuk selalu menjaga kehormatan diri dan keluarga. dan cinta suami kepada istri menetaskan keinginan melindungi dan membimbing nya sepenuh hati.
Ibn Qayyim Al-Jauziah seorang ulama besar, menyebutkan bahwa cinta mempunyai tanda-tanda.
Pertama, ketika mereka saling mencintai maka sekali saja mereka tidak akan pernah saling mengkhianati, mereka akan saling setia senantiasa, memberikan semua komitmen mereka.
Kedua, ketika seseorang mencintai, maka dia akan mengutamakan yang dicintai nya, seorang istri akan mengutamakan suami dalam keluarga, dan seorang suami tentu saja akan mengutamakan istri dalam hal perlindungan dan nafkah nya. Mereka akan sama-sama saling mengutamakan, tidak ada yang merasa superior.
Ketiga, ketika mereka saling mencintai maka sedetikpun mereka tidak akan mau berpisah, lubuk hatinya selalu saling terpaut. Meskipun secara fisik berjauhan, hati mereka seolah selalu tersambung. Ada do'a istri nya agar suami selamat dalam perjalanan dan memperoleh sukses dalam pekerjaan.
Ada ucap doa seorang istri kepada Allah swt supaya suami selalu dalam perlindungan Nya, tidak tergelincir.
Juga ada ingatan suami yang sedang membanting tulang meraup nafkah halal kepada istri tercinta, sedang apakah gerangan istrinya, lebih semangatlah ia.

Ukhtifillah..

ketika segala sesuatu nya berjalan begitu rumit dalam sebuah rumah tangga, saat-saat cinta tidak lagi menggunung dan menghilang seiring persoalan yang datang silih berganti.
Perkenankan aku mengingatkan lagi sebuah hadist nabi ada baik nya para istri dan suami menyelami bulir-bulir nasehat berharga dari Nabi Muhammad saw salah satu wasiat Rasulullah saw yang diucapkan nya pada saat-saat terakhir kehidupan nya dalam peristiwa haji wada':

"Barang siapa di antara para suami bersabar atas perilaku buruk dari istri nya, maka Allah akan memberi nya pahala seperti yang Allah berikan kepada Ayyub atas kesabaran nya menanggung penderitaan. dan barang siapa di antara para istri bersabar atas perilaku buruk suami nya, maka Allah akan memberi nya pahala seperti yang Allah berikan kepada Asiah, istri fir'aun" (HR Nasa-iy dan Ibnu Majah ).

Ukhtifillah..

Torehkan hadist ini dalam benak : "Sesungguhnya ketika seorang suami memperhatikan istrinya dan begitu pula dengan istrinya, maka Allah memperhatikan mereka dengan penuh rahmat, manakala suaminya rengkuh telapak tangan istrinya dengan mesra, berguguranlah dosa-dosa suami istri itu dari sela jemarinya" (Diriwayatkan Maisarah bin Ali dari Ar-Rafi' dari Abu Sa'id Alkhudzri r.a)

Ukhtifillah..

Perempuan yang paling mempesona adalah istri yang shalehah, istri yang ketika suami memandang nya pasti menyejukkan mata, ketika suaminya menuntun nya kepada kebaikan maka dengan sepenuh hati dia akan mentaati nya, juga tatkala suami pergi maka dia akan amanah menjaga harta dan kehormatan nya. istri yang tidak silau dengan gemerlap dunia melainkan istri yang selalu bergegas merengkuh setiap kemilau ridha suami.

Ukhtifillah..

Lelaki yang berpredikat lelaki terbaik adalah suami yang memuliakan istri nya. suami yang selalu dan selalu mengukirkan senyuman di wajah istri nya. suami yang menjadi qawwam istri nya. suami yang begitu tangguh mencarikan nafkah halal untuk keluarga. suami yang tak lelah berlemah lembut mengingatkan kesalahan istri nya. suami yang menjadi seorang nahkoda kapal keluarga, mengarungi samudera agar selamat menuju tepian hakiki "Surga". Dia memegang teguh firman Allah, "Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka..." (QS. At-Tahrim: 6)

Ukhtifillah..

Akhir nya, semua nya mudah-mudah tetap berjalan dengan semestinya. semua berlaku sama seperti permulaan. tidak kurang, tidak juga berlebihan.meski riak-riak gelombang mengombang-ambing perahu yang sedang di kayuh, atau karang begitu gigih berdiri menghalangi biduk untuk sampai ketepian. karakter suami istri demikian, insya Allah kita dapat melalui nya dengan hasil baik. sehingga setiap butir hari yang bergulir akan tetap indah, fajar di ufuk selalu saja tampak merekah. kedua nya menghiasi masa dengan kesyukuran, kedua nya berbahtera dengan bekal cinta. sama seperti syair yang di goreskan seorang Kahlil Gibran,

Bangun di fajar subuh dengan hati seringan awan
Mensyukuri hari baru penuh sinar kecintaan
Istirahat di terik siang merenungkan puncak getaran cinta
Pulang di kala senja dengan syukur penuh di rongga dada
Kemudian terlena dengan doa bagi yang tercinta dalam sanubari
Dan sebuah nyanyian kesyukuran tersungging di bibir senyuman

Ukhtifillah..

Semoga Allah selalu menghimpunkan kita (yang saling mencintai karena Allah dalam ikatan halal pernikahan) dalam kebaikan. mudah-mudahan Allah yang maha lembut melimpahkan kepada kita bening saripati cinta, cinta yang menghangati nafas keluarga, cinta yang menyelamatkan. semoga Allah memampukan kita membingkai keluarga sakinah, mawaddah, warrahmah.

Ukhtifillah..

Semoga Allah mematrikan helai keikhlasan di setiap gerak dalam keluarga. Juga Allah yang maha menetapkan, mengekalkan ikatan pernikahan tidak hanya di dunia yang serba fana tapi sampai ke sana (akherat), the real world "Akhirat". Mudah-mudahan kalian selamat mendayung sampai ketepian.
Allahumma Aamiin.

Ukhtifillah..

maka izinkanlah aku mengkhitbahmu dengan ucapan basmallah agar keridhaan-Nya tercurah untuk kita menjalin suatu ikatan (pernikahan) yang begitu nyata menandakan ketakwaan kita kepada Allah serta ketaatan kita kepada sunnah Rasul saw pilihan, dan akan ku tunggu jawabanmu atas lamaran ku ini..

Website Syababul Huda Mahabbah Qolbu 2011