Saudariku.. Inilah Musuh-Musuh Wanita Maka, Waspadailah Olehmu..
Sesungguhnya musuh-musuh wanita tiada lain juga merupakan musuh kaum lelaki, dan musuh tersebut secara umum ada 4 (empat) golongan, yaitu:
1. Kaum Yahudi;
mereka adalah golongan yang sangat antusias dan berkeinginan keras untuk merusak ummat manusia,dengan menghancurkan aqidah dan akhlaknya. Permusuhan busuk ini disebabkan kepincingan pandangan mereka, bahwa identitas mereka tidak akan pernah ada kecuai dengan memperbudak atau merusak ummat lainnya.
2. Kaum Nashrani;
yang menganut agama yang telah menyimpang hingga menjauhi kebenaran.
3. Kaum Sekuleris,
walaupun masih mengaku sebagai “muslim”, tiada lain mereka adalah boneka Sekuleris Barat.
4. Kaum Penikmat,
yang hanya menginginkan kenikmatan atau pemuasan nafsu dan mendapatkan keuntungan, hingga rela mengorabankan kaum wanita, dengan menjadikan wanita sebagai barang komoditi (jualan), model iklan, bintang merek dagang atau bahkan pemuas nafsu birahi dan penjaja seks murahan.
Rencana, Makar,dan Intrik Musuh Merusak Kaum Wanita
Musuh-musuh wanita beserta para pengikutnya memiliki rencana-rencana jahat untuk merusak kaum wanita serta untuk mengeluarkan mereka dari kodrat dan posisi yang sebenarnya. Mereka bertekad bulat untuk melaksanakan semua rencana tersebut di negara-negara kaum muslimin. Dan mereka senantiasa berusaha semaksimal mungkin untuk melaksanakan rencana-rencana tersebut, baik secara keseluruhan ataupun sebagiannya, di negara-negara lainnya. Jadi mereka sebenarnya adalah musuh kaum wanita secara umum, dan bahkan musuh kemanusiaan itu sendiri.
Di antara rencana dan intrik-intrik tersebut adalah:
Pertama:
Mengaburkan Persoalan Wanita
Manusia tidak akan tergerak atau beraktifitas tanpa adanya masalah atau persoalan yang mampu membuat mereka ragu-ragu, bahkan terkadang dapat menggangu tidur lelap dan makan enak mereka. Berangkat dari sini, maka musuh-musuh tersebut merasa terilhami, bahwa wanita mempunyai persoalan yang perlu didiskusikan, dibela dan dilindungi. Kemudian muncullah beragam slogan yang menyuarakan hal tersebut. Sungguh pun demikian, kenyataan di tengah masyarakat, wanita tetap saja menderita dan tetap teraniaya.
Apabila masyarakat diibaratkan sebagai satu tubuh, maka wanita adalah salah satu anggotanya, namun tidak pernah difungsikan. Mereka belum memperoleh dan menikmati hak-haknya secara penuh. Sementara itu, kaum laki-laki dapat berbuat segala sesuatu tanpa batasan seperti halnya kaum wanita. Sehingga muncullah asumsi, bahwa persoalan wanita di tengah-tengah masyarakat kita, jika dipikirkan, memang tidak ada wujudnya sama sekali.
Kita tidak dapat memungkiri terjadinya beragam kezhaliman terhadap wanita yang dilakukan oleh seorang suami atau ayah yang dungu. Namun hal-hal seperti itu sebenarnya merupakan produk dari tindakan suatu ummat yang menyalahi akidah dan ajaran agamanya. Jadi, tidak salah kalau dikatakan persoalan tersebut sesungguhnya juga merupakan persoalan seluruh masyarakat Islam yang di dalamnya telah menyebar wabah penyakit yang serius, sebagai akibat kepongahan mereka untuk tidak mau mencari penangkal serta terapinya. Kalau demikian, persoalan ini merupakan salah satu hasil dari sikap kaum muslimin yang menjauhi agama mereka sendiri. Sebaliknya, mereka justru mengikuti musuh-musuhnya.
Upaya mengatasi persoalan wanita, hakikatnya juga mengatasi persoalan ummat secara keseluruhan. Sedapat mungkin kita harus mengembalikan persoalan ini sesuai proporsinya. Apabila seseorang sudah mempunyai satu asumsi, bahwa persoalan wanita sama sekali terpisah dari persoalan individu-individu masyarakat yang lain, itu artinya perangkap musuh telah mendapatkan mangsa yang empuk. Menganggap persoalan wanita sebagai persoalan internal yang bersifat mikro, selamanya tidak akan dapat mengatasi persoalan, karena hal itu telah menyimpang dari persoalan menyeluruh yang terjadi dalam masyarakat atau ummat terlebih dahulu.
Kedua:
Melumpuhkan Daya Tahan Masyarakat
Sesungguhnya masyarakat Islam sekalipun mengalami kelemahan, namun akan tetap mampu menghalau hal-hal yang buruk dari dirinya. Ia akan memerangi akidah-akidah yang menyimpang dari kebenaran dan akan membenci akhlak-akhlak yang bejat. Perumpamaan masyarakat Islam adalah laksana sebatang tubuh yang tidak lumpuh digerogoti oleh penyakit sepanjang masih memiliki daya tahan yang prima.
Oleh karena itu, pihak musuh sangat antusias untuk melemahkan daya tahan masyarakat Islam. Mereka akan terus mengupayakannya sampai masyarakat Islam itu benar-benar kehilangan rasa kecemburuan kepada agamanya, bahkan sampai ia tidak mau peduli menjaga akidahnya. Pada saat itulah mereka dengan mudah mampu membujuk masyarakat tersebut tanpa khawatir akan adanya perlawanan, sehingga dengan leluasa mereka dapat mewarnai berbagai macam kejahataan di dalamnya.
Upaya melumpuhkan daya tahan masyarakat Islam dilakukan dengan berbagai macam cara dan dari berbagai penjuru. Pertama kali, jiwa seseorang sangat boleh jadi akan bergetar menyaksikan perbuatan munkar. Namun untuk kedua kalinya, mungkin ia akan menganggap sepele getaran perasaan tersebut. Untuk kemudian pada kali ketiga, ia tidak akan memperdulikannya lagi. Sedangkan pada kali keempat, ia akan mencari hal-hal yang sekiranya dapat mentolerirnya. Dan bahkan pada kali kelima, ia justru melakukannya dengan penuh kenikamatan. Hingga akhirnya pada kali keenam, ia akan menfalsafatinya.
Upaya melumpuhkan daya tahan masyarakat Islam ini dilakukan dengan banyak cara, di antaranya:
1. Dengan menyebarkan majalah-majalah porno yang tidak memperdulikan nilai-nilai etika dan susila. Majalah-majalah tersebut mempertontonkan gambar-gambar wanita dalam pose vulgar dan kotor.
2. Dengan menyebarkan pemikiran menyimpang yang dilakukan dengan berbagai macam cara dan lewat berbagai media, supaya orang terbiasa mendengar ucapan atau pendapat-pendapat yang kontroversial.
3. Dengan membelah dinding penghalang jiwa antara seorang muslim dengan orang-orang kafir, sehingga tidak lagi terjadi perang pemikiran antara mereka. Musuh-musuh Islam sangat mengharapkan agar kita mau membenarkan konsep inter komunikasi modern, yang menuntut kita menempuh politik pintu terbuka dan bebas (sekarang dikemas dalam wacana egaliter, demokrasi dan pluralisme).
Ketiga:
Tuntutan Kebebasan Wanita
“Siapa sih manusia di dunia ini yang benci kebebasan dan menyukai keterikatan..?”
Dari pertanyaan inilah muncul banyak penggunaan mengenai istilah kebebasan wanita. Seolah-olah hal itu memberikan kesan, wanita adalah budak yang harus dimerdekakan. Tidak jarang orang-orang yang lantang menyerukan kebebasan wanita, padahal sesungguhnya merekalah perusak kaum hawa tersebut. Dengan berkedok sebagai kaum penyelamat yang penuh kasih sayang, mereka bermaksud mengangkat harkat kaum wanita. Padahal semua orang tahu siapa mereka sebenarnya.
Kita perlu bertanya:
“Apakah di dunia ini ada kebebasan mutlak yang lepas tanpa adanya ikatan? Apakah bila seseorang menikmati kebebasan, tanpa perlu adanya ikatan sedikitpun..?”
Seperti kita ketahui bersama, sebagian besar manusia di muka bumi ini hidup dalam suatu masyarakat yang masing-masingnya diatur oleh berbagai sistem, norma dan undang-undang yang direkayasa oleh otak-otak mereka sendiri. Kepadanya mereka berhukum dan memutuskan perkara di antara mereka. Tapi apa yang mereka ada-adakan itu pada hakikatnya adalah perbuatan menyekutukan Allah dari berbagai aspek yang sangat fundamental. Baik pedoman yang harus dipedomani, penguasa yang harus ditaati, maupun ketaatan yang harus diwujudkan.
Sesungguhnya penyebarluasan anarkhi dengan nama kebebasan, adalah intrik yang pernah dilakukan oleh kaum Yahudi. Dan mereka adalah orang-orang yang pertama kali dianggap kafir karena perbuatan tersebut.
Keempat :
Tuntutan Emansipasi
Sesungguhnya tuntutan seperti ini jelas bertentangan dengan fitrah Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang telah menciptakan manusia menjadi dua macam jenis. Dalam satu jenis saja, baik laki-laki maupun perempuan, rasanya tidak mungkin seseorang menuntut persamaan di antara seluruh individu. Bahkan seluruh kehidupan ini akan rusak jika persamaan diartikan seperti itu. Harus diakui, hukum semua materi yang ada dalam kehidupan ini adalah berdasarkan pada perbedaan. Kalau di antara sesama kaum lelaki saja tidak mungkin terwujud persamaan, bagaimana pula eratnya antara kaum lelaki dan perempuan..?
Kita tidak bisa menerima prinsip persamaan secara mutlak. Namun kita harus yakin, bahwa dibaliksemua itu tentu ada kadar persamaan antara laki-laki dan perempuan, yang secara mutlak sebaiknya kita namakan sebagai keadilan, bukan persamaan.
1. Wanita sama dengan laki-laki dalam artian sama-sama dibebani dengan hukum-hukum syari’at sekalipun tetap ada perbedaan dalam beberapa hukum yang bersifat detail.
2. Wanita sama dengan laki-laki dalam hal mendapatkan pahala dan siksa, baik yang bersifat dunia maupun ukhrawi secara keseluruhan.
3. Wanita sama dengan laki-laki dalam hal pemilikan harta berikut penggunaannya.
4. Wanita sama dengan laki-laki dalam hal kebebasan memilih calon pasangan hidup. Jadi, seorang wanita tidak boleh dipaksa menikah dengan laki-laki yang tidak disukainya.
Salah satu konsep yang ditetapkan Islam adalah bahwa seorang laki-laki harus menjaga kelaki-lakiannya. Oleh sebab itu, diharamkan kepadanya memakai emas dan sutera. Begitu pula seorang wanita juga harus menjaga kewanitaannya. Karena itulah, diharamkan atasnya berbaur dengan kaum laki-laki, apalagi sampai sengaja mempertontonkan diri atau “mejeng” di hadapan mereka.
Kelima:
Menggambarkan Rumah Tangga, Tugas Ibu Dan Kekuasaan Laki-Laki Dengan Gambaran Yang Tidak Menyenangkan
Pihak musuh yang memang tidak simpati kepada Islam sengaja menggambarkan rumah tangga sebagai penjara abadi, suami sebagai seorang penjaga penjara (sipir) yang kejam, dan dominasi laki-laki (suami) sebagai pedang terhunus yang siap ditebaskan. Sementara tugas ibu yang harus mengasuh anak-anaknya diibaratkan laksana seorang penggembala. Akibatnya, jiwa kaum wanita menjadi jijik dan muak. Mereka ingin bebas tanpa adanya ikatan-ikatan yang membelenggunya.
Perlu ditegaskan, bahwa lingkungan rumah dan pekerjaan mengurus anak-anak, adalah sesuatu yang paling dapat membantu membentuk kepribadian seorang wanita. Beberapa wanita yang dikenal secara internasional baik di bidang seni lukis, film, tari dan sebagainya, menegaskan bahwa kebahagiaan yang mereka raih dari popularitasnya, sama sekali tidak ada nilainya jika dibandingkan dengan kebahagiaan mereka terhadap anak-anaknya.
misalnya, ada yang pernah mengatakan:
“Sesungguhnya kasih sayangku terhadap anak-anakku, adalah resep yang paling hebat untuk memerangi atau menghambat proses ketuaan. Banyak wanita yang membicarakan tentang usia-usia yang paling membahagiakan dan berkesan dalam kehidupan mereka. Lazimnya mereka menyebutkan, bahwa usia keemasan bagi seorang wanita ialah ketika ia berumur sembilan belas tahun, ataupun dua puluh dua tahun. Namun bagiku, masa keemasan adalah usia tiga puluh empat tahun ketika mereka (wanita) memiliki anak pertama, dan usia tiga puluh delapan ketika lahir anaknya yang kedua”
Adapun mengenai masalah dominasi atau kepemimpinan, sebenarnya isteri lebih memerlukannya ketimbang suami. Karena seorang wanita tidak dapat merasakan kebahagiaan selama ia berada dalam naungan suami yang sejajar dengannya atau bahkan ia lebih tinggi kedudukannya daripada suaminya.
Pemahaman mengenai kepemimpinan suami banyak diasumsikan secara tidak benar. Dominasi atau kepemimpinan seorang suami atas istri merupakan kaidah organisatoris yang harus ada demi terciptanya situasi yang mantap dalam kehidupan dunia.
“Laki-laki itu adalah pemimpin bagi wanita…” [QS. an-Nisā’ (4): 34]
Rasulullah Salallahu Alaihi Wasalam bersabda:
“Tiap-tiap diri dari anak cucu Adam adalah pemimpin. Seorang suami adalah pemimpin bagi keluarganya, dan seorang istri adalah pemimpin dalam rumah tangga-nya” (HR. Ibnu Suniy: 388 dan dishahihkan al-Albāniy dalam al-Jāmi’ ash-Shagīr: 4/183)
Ruang lingkup yang tercakup oleh dominasi atau kepemimpinan seorang suami, tidak akan menyentuh kehormatan dan harga diri seorang istri, karena terbatas hanya pada kepentingan dan kebaikan rumah tangga, serta agar konsisten menjalankan perintah-perintah Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan hak-hak suami.
Selain itu, seorang suami tidak berhak ikut campur. Seperti misalnya mengenai masalah kepentingan istri yang berkaitan dengan urusan harta, dalam hal ini si suami juga tidak boleh ikut campur. Seorang istri juga tidak wajib taat kepada suaminya dalam urusan maksiat atau dalam urusan sesuatu yang tidak ma’ruf. Seorang suami tidak dibenarkan menyakiti isterinya. Sebaliknya, sebagai suami yang ideal, maka sudah seharusnya dia memperlakukan isterinya dengan baik.
Keenam:
Memutar-balikkan Kebenaran
Menjauhkan diri dari hal-hal nista adalah sikap yang timbul dari jiwa yang bersih yang tidak menyukai kebusukan. Sesungguhnya mengenakan hijab dan menjauhi laki-laki lain yang bukan mahram, adalah dimaksudkan untuk membersihkan perilaku dan menghindarkan diri dari hal-hal yang diharamkan, bukan karena terpaksa.
Musuh-musuh Islam begitu antusias mencari bukti ke sana ke mari untuk mendukung pendapatnya, di antaranya adalah memutar-balikkan masalah hijab.
Namun ada beberapa hal yang harus kita ketahui, yaitu:
1. Sesungguhnya hijab yang disyariatkan oleh agama, maka ia memiliki banyak dalil, baik dari al-Qur’an maupun al-Hadits.
2. Terdapat banyak nash yang menujukkan larangan laki-laki berbaur dengan wanita.
3. Seorang wanita yang berbaur dengan kaum laki-laki apalagi sampai sengaja tabarruj (bermejeng ria seraya beRdandan menor), berarti telah menerjang beberapa bahaya, baik menurut pandangan agama maupun etika duniawi, yaitu:
* Ia telah berbuat durhaka (maksiat) kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan Rasul-Nya Salallahu Alaihi Wasalam.
* Ia telah mengundang laknat atau kutukan Allah Subhanahu Wa Ta’ala sehingga ia ditolak dari rahmat-Nya.
* Secara langsung ia telah membantu tersebarluasnya kejahatan di tengah-tengah masyarakat.
* Ia telah meniru perbuatan kaum Yahudi dan orang-orang yang sebangsanya yang turut membantu membuat kerusakan di muka bumi.
4. Kita tidak mengatakan bahwa setiap wanita yang berjilbab pasti terjaga dari perbuatan-perbuatan nista, dan sebaliknya setiap wanita yang membiarkan wajahnya terbuka akan tersungkur dalam lumpur maksiat. Tidak demikian halnya.
Sesungguhnya hijab sangat membantu seorang wanita untuk menjaga rahasia dan perasaan malunya. Hijab akan melindunginya dari tatapan-tatapan mata yang jalang dan liar.
Ketujuh:
Siasat Membelah Gelombang
Untuk merealisasikan makar jahatnya, mereka menempuhnya secara bertahap. Mereka tidak menuntut masyarakat untuk memberikan respon sekaligus. Sebab, kalau toh mereka lakukan, masyarakat sudah barang tentu tidak sanggup mewujudkannya. Karena itu, dalam menyebarluaskan niat jahat yang merusak, mereka berusaha secara perlahan sampai mereka dapat mewujudkan semua yang mereka inginkan.
Tidak ada yang menghalangi mereka sama sekali untuk membuat kepala tertunduk sedikit. Kemudian lain kali mereka kembali lagi untuk maksud yang sama. Dan pada kesempatan yang lain mereka kembali lagi dengan melakukan yang lebih berani dari yang sebelumnya. Begitupun untuk kali yang ketiga, keempat dan seterusnya.
Kedelapan:
Memberlakukan Sesuatu Yang Tengah Trend Sekalipun Membenahi Masyarakat
Contohnya seperti; membuka kelas-kelas untuk kajian-kajian ilmiah yang sebenarnya tidak dibutuhkan oleh masyarakat. Kemudian tampillah ribuan wanita lulusannya yang menuntut jaminan pekerjaan bagi mereka setelah bersusah payah selama bertahun-tahun. Sudah barang tentu masalah ini sangat menyentuh hajat hidup manusia yang bersifat material. Dan hal ini merupakan beban bagi masyarakat.
Dibukalah bidang-bidang pelajaran yang sebenarnya tidak sesuai, seperti misalnya bidang-bidang pelajaran teater. Akibatnya, beberapa lulusannya menuntut tempat yang sesuai dengan bidang yang telah ditekuninya tersebut.
Terkadang masyarakat sekonyong-konyong dikejutkan oleh rencana-rencana yang bersifat investasi atau instruksi. Namun hal itu baru diketahui belakangan setelah terwujud menjadi realita.
Terkadang dibuka bidang-bidang spesialisasi yang tinggi, di mana yang mempelajarinya hanyalah terdiri dari kaum laki-laki saja. Sementara materinya menuntut kebersamaan dan saling pandang-memandang.
Kesembilan:
Ilmu
Musuh Islam juga mempunyai rencana dan intrik tersendiri di bidang ilmu dan pengajaran. Tidak lupa mereka pun menjadikannya sebagai alat untuk mewujudkan apa yang mereka inginkan.
Dalam Islam, ilmu termasuk sebaik-baiknya amal. Hanya orang-orang bodoh dan takabur saja yang mengingkarinya. Banyak sekali nash, baik dari al-Qur’an maupun as-Sunnah yang menganjurkan untuk mencari ilmu, dan hal ini ditujukan kepada kaum laki-laki dan juga kaum wanita.
Pada zaman Nabi Salallahu Alaihi Wasalam, pernah ada beberapa orang wanita yang meminta agar beliau menyediakan waktu khusus bagi mereka barang satu hari untuk mengajarkan ilmu kepada mereka. Di antara wanita-wanita itu ada yang berpredikat alim di bidang ilmu fiqih, seperti Aisyah Radhiallahuanha.
Akan tetapi, musuh-musuh Islam merasa dengki terhadap hal tersebut. Mereka lalu membuat metode atau kurikulum bagi wanita yang sama seperti metode atau kurikulum bagi laki-laki. Jenjang-jenjang pendidikan wanita pun disamakan seperti jenjang-jenjang pendidikan laki-laki. Bahkan kita melihat ada orang yang sengaja mengadakan suatu kelas tertentu untuk mempelajari bidang-bidang teater wanita pada salah satu fakultas sastra kita.
Sesungguhnya memang ada satu ilmu yang memberlakukan sama saja antara laki-laki dan perempuan, yaitu ilmu wajib untuk membenarkan akidah, ibadah dan perilaku. Namun bagi wanita harus memiliki metode atau kurikulum tersendiri yang sesuai dengan perannya dalam kehidupan, sebagaimana laki-laki juga harus memiliki metode atau kurikulum tersendiri yang sesuai dengan perannya dalam kehidupan.
Lalu mana metode kurikulum yang mengajarkan kepada puteri-puteri kita mengenai hak-hak wanita dalam Islam supaya mereka dapat menolak keraguan-keraguan yang sengaja disebarluaskan oleh orang-orang yang bermaksud jahat..?
Mana metode kurikulum yang menerangkan secara terperinci mengenai tugas-tugas seorang wanita selaku isteri maupun selaku ibu..?
Mana metode kurikulum yang membicarakan secara mendalam hubungan antara seorang wanita dalam rumah tangganya dan menempatkan rumah tangga tersebut dalam arti yang sebenarnya, bukan seperti yang digambarkan oleh orang-orang yang memusuhi Islam..?
Seorang wanita itu butuh melakukan interaksi dengan anak-anaknya baik secara fisik maupun secara psikis. Jadi, untuk itu ia perlu mempelajari cara-cara bagaimana melakukan interaksi dengan beberapa macam penyakit yang bisa saja menyerang mereka berikut berbagai macam terapi pengobatannya.
Seorang wanita diperintahkan untuk selalu memperhatikan kesehatan jasmani anak-anaknya dan memberikan makan kepada mereka dengan makanan yang sehat. Lalu mana metode kurikulum yang mengajarkan hal itu kepadanya..?
Seorang wanita perlu mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan cara mengatur perabot-perabot rumah tangganya, dan menatanya seindah mungkin. Lalu mana metode kurikulum yang mengajarkan kepadanya supaya ia dapat melakukan hal itu secara sempurna..?
Seorang wanita itu harus selalu diarahkan dan dididik. Namun mana upaya yang dapat menunjang meraih tujuan tersebut, seperti misalnya menanamkan kegemaran membaca..?
Kita tidak mengatakan, bahwa semua itu tidak diperhatikan dalam kuliah. Akan tetapi, hal itu tidak ditempatkan pada proporsi yang memadai, kecuali metode kurikulum yang memukul rata laki-laki dan perempuan.
Upaya Menjegal Serangan Musuh Adalah Kewajiban Kita
Mengenai upaya menjegal serangan musuh-musuh, ada kewajiban yang harus kita lakukan, yaitu:
1. kita harus merasa mulia dan bangga dengan agama Islam ini.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
“Janganlah kamu bersikap lemah, dan ja-nganlah (pula) kamu bersedih hati, pada-hal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya) jika kamu orang-orang yang beriman” [QS. Ali ‘Imran (3): 139]
Saat ini, merasa malu mengakui keIslaman telah berakhir. Sebaliknya yang sedang aktual ialah dimulainya masa bersikap tegas.
2. Kita harus membekali diri dengan ilmu agama yang benar.
Tidak ada yang lebih menguatkan semangat dan kemauan daripada memiliki argumen yang kuat dan cemerlang. Dengan ilmu agama, seseorang akan dapat mengatasi kesesatan orang-orang yang ingin menyesatkan dan penyimpangan orang-orang yang mau memalingkan orang lain dari kebenaran.
3. Mempelajari apa yang ditulis oleh orang-orang Barat dan orang-orang Timur mengenai situasi masyarakat mereka.
Kita dengar apa yang tengah mereka serukan dari sana sini, setelah mereka merasakan betapa sengsaranya jika harus menjauhkan diri dari agama karena terlena dengan berbagai macam kebebasan dan kesenangan nafsu.
4. Memperhatikan pendidikan putera-puteri kita dengan benar dan penuh semangat, karena hal ini akan dimintai pertanggungjawabannya.
Rasulullah Salallahu Alaihi Wasalam bersabda:
“Kalian semua adalah pemimpin, dan kalian semua akan dimintai pertanggungan jawab tentang yang kalian pimpin” (HR. al-Bukhariy: 13/111 dan Muslim: 1869)
Pendidikan yang sehat akan sanggup memotivasi masyarakat untuk melakukan hal-hal yang bermanfaat sekaligus untuk menjaga dari pemikiran-pemikiran yang menyesatkan.
5. Mengetahui orang-orang sekuler lewat tulisan dan ucapan-ucapan mereka.
Untuk selanjutnya kita memperingatkan orang lain agar jangan sampai tertipu dan tersesat oleh perbuatan mereka. Kita harus menjelaskan kepada orang lain betapa berbahayanya mereka bagi ummat dan agama. Dunia Islam telah mengalami berbagai peristiwa pahit akibat ulah tingkah mereka. Dan sangat boleh jadi mereka akan masuk dan membuat kerusakan setiap negara yang belum mau tunduk pada paham sekularis mereka.
6. Kita harus menyerukan kepada ummat manusia, agar berkiblat pada ulama dan para da’i yang shaleh yang tetap konsisten dengan al-Qur’an dan as-Sunnah.
Kita pun harus memperingatkan mereka agar menjauhi tindakan-tindakan emosional dan tanpa perhitungan, yang terkadang dimaksudkan untuk memancing kaum muda yang baik-baik agar bergabung. Dengan demikian, orang yang berniat jahat akan mudah memancing di air yang keruh.
Saudariku…!
Itulah musuh-musuhmu, serta berbagai rencana dan makar mereka yang busuk, maka kenalilah mereka, waspadailah, belajarlah dan didiklah kaummu dengan pendidikan kewanitaan yang Islami.
Selamat bertugas dan berjuang wahai kuntum mekar nan mewangi..!
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar