Setiap diri manusia seharusnya mempunyai mimpi,harapan dan cita2 dalam hidupnya.Bila manusia tidak memiliki mimpi,harapan dan cita-cita tentu akan seperti manusia yang hidup tanpa punya arah atau tujuan.
Ibarat diri ini adalah sebuah kendaraan yang kita kemudikan untuk mencapai suatu tempat atau tujuan.Bila kita tidak mampu untuk mengemudikan diri kita maka tentu diri ini tidak sampai ke tempat tujuan.Bila kita tidak mampu untuk mengemudikan diri ini maka tentu akan ada orang lain yang mengemudikan diri ini.Masalahnya apakah kita siap untuk memberikan kepercayaan kepada orang yang akan mengemudikan diri ini.Dan bila seperti itu kejadiannya maka kita harus benar2 memilih orang yang bisa kita percaya untuk mengemudikan diri ini dan kita juga siap untuk menjadi penumpang yang baik.Alangkah lebih baiknya kita sendiri yang mengemudikannya agar kita merasakan nikmatnya sampai pada tempat tujuan dari hasil usaha kita.Berarti sebelum bisa mengemudikan diri ini tentu memerlukan ilmu mengemudi.Ilmu itu bisa kita dapatkan dari berbagai sumber misalnya dari orang yang bisa mengemudikan kendaraannya,dari buku petunjuk mengemudi dan dari berbagai media yang menyediakan ilmu tentang mengemudi.
Ibaratnya kita yang ingin meraih mimpi,harapan dan cita2 tentu harus membawa diri ini untuk meraihnya.Membawa diri ini tentu dengan ilmu.Dengan ilmu maka kita akan paham bagaimana membawa diri ini meraih mimpi,harapan dan cita2.Ilmu yang dicari harus sesuai dengan mimpi,harapan dan cita2.Kita bisa mendapat ilmu itu dari orang yang bisa membawa dirinya dengan baik,dari Al Qur an dan Al Hadist dan dari berbagai referensi yang menyediakan ilmu untuk meraih mimpi,harapan dan cita2 kita.
Bila ilmu mengemudi itu telah kita dapatkan sehingga kita telah paham maka kita harus ikhlas untuk menerimanya.Karena ilmu itu akan tertanam di diri kita bila akal dan hati sejalan.Bila ilmu hanya tertanam di akal saja maka yang terjadi bahwa ilmu itu hanya seperti hafalan yang sewaktu2 akan hilang atau bahkan dicabut.Bila ilmu hanya tertanam di hati saja maka kita hanya akan mengemudikan diri ini menurut prasangka kita saja tanpa mempertimbangkan benar atau salah.Maka kita padukan antara akal dan hati (keikhlasan) dalam menerima ilmu.Insya Allah mengemudikan diri ini seperti bagian dari ibadah disebabkan ilmu yang didapatkan oleh akal dan diterima oleh hati diniatkan murni semata2 karena mencari ridho Allah SWT (Keikhlasan).
Tidak cukup pula kita hanya menerima ilmu mengemudi dengan akal dan hati saja.Karena kendaraan (diri) ini perlu dijalankan.Maksudnya ilmu mengemudi itu akan benar2 bermanfaat kita rasakan bila dipraktekkan (diamalkan).Saat mengamalkan ilmu mengemudi itu maka kita memerlukan orang2 yang melatih dan mendampingi kita untuk bisa mengemudikan kendaraan (diri) ini.Tentunya orang2 itulah yang telah memiliki pengalaman dan pengetahuan lebih daripada kita.Kita pun tidak perlu malu dan segan untuk bertanya kepada orang2 tersebut.Seperti kata pepatah malu bertanya sesat di jalan.Coba aza kita nekad untuk mengemudi sendiri tanpa dilatih orang2 berpengalaman dan berpengetahuan lebih,yang ada kita akan kebingungan bila ilmu yang didapat dihadapkan dengan kondisi nyata yang terjadi di jalanan.Lalu bisa terjadi sesuatu yang tidak diinginkan dengan kendaraan (diri) kita.Tentunya yang namanya manusia sebagai makhluk sosial tidak bisa lepas dari bantuan orang lain.
Nah,kan kita udah bisa tuch menjalankan kendaraan (diri) ini.Berarti tahap selanjutnya kita harus mempunyai kesungguhan (jihad) untuk membawa kendaraan (diri) ini menuju mimpi,harapan dan cita2.Jangan sampai dech karena melihat sesuatu yang memalingkan kita untuk terus mengemudi di jalan menuju mimpi,harapan dan cita2,kita rela memutar kemudi dan bahkan berbelok arah.Di mana kesungguhan kita itu?.
Hanya karena jalan yang dilalui kendaraan (diri) ini sangat terjal,penuh onak,penuh duri,sangat panjang,bergelombang dan lain2 maka kita rela untuk berbelok arah?!? Sebagai pengemudi yang profesional tentunya ada keinginan untuk bisa sampai pada tujuan yang diinginkan walaupun jalan yang dilaluinya tidak sebaik seperti apa yang dipikirkannya.Pengemudi profesional tentunya akan menikmati jalan yang ditempuhnya.Maka,sebagai pengemudi bagi kendaraan (diri) ini tentunya sudah selayaknya mempersiapkan mental dan fisik untuk rela berkorban apapun jua dalam mencapai tujuan yang dimimpikan,diharapkan dan dicita2kan.Kalau tidak ada rasa pengorbanan itu maka kita tidak akan mampu bertahan mengemudikan kendaraan (diri) ini di jalan penuh onak dan duri dsb untuk menuju mimpi,harapan dan cita2 kita.Tanpa pengorbanan kita rela mencari jalan lain yang lebih menyenangkan.Padahal hanya satu2nya jalan itu yang harus kita lalui jika ingin menuju mimpi,harapan dan cita2 itu.Sebenarnya ini adalah pillihan kita untuk terus melaju atau mundur bahkan berbelok arah hanya karena ketidaksiapan kita untuk berkorban.
Ternyata telah diputuskan untuk terus melaju di jalan ini dan siap untuk berkorban.Maka, tahap selanjutnya adalah kita mentaati segala peraturan dan perintah yang ada agar kendaraan (diri) bisa dengan selamat sampai pada tujuan yang diharapkan.Kita tidak ragu2 lagi dengan peraturan dan perintah itu,baik berupa rambu2,undang2,bahkan perintah pak polisi ( ^_^ ).Peraturan dan perintah itu menjadi pedoman perjalanan kendaraan (diri) kita.Pedoman itu dianalogikan seperti Al Qur an dan Al hadist.Biar tidak kesasar/tersesat maka kita harus siap untuk taat terhadapnya dan siap taat kepada orang2 yang menyerukannya,baik Rasulullah saw,Sahabat2 beliau dan para pengikutnya yang tetap istiqomah membawa risalahnya.Kalau tidak siap untuk taat berarti tidak siap untuk menuju mimpi,harapan dan cita2 kita.
Ketaatan itu harus diselimuti dengan keteguhan.Karena kalau tidak teguh kita tidak akan kuat mentaati peraturan dan perintah yang ada.Dan ini dikhawatirkan kendaran (diri) yang kita kemudikan ini akan berhenti di tengah jalan.Atau bahkan karena kejenuhan kita maka kita akan melanggar sedikit peraturan dan perintah tersebut yang bisa berakibat kurang baik kepada kendaraan (diri) kita.Kalau tiba2 ada polisi yang menilang diri kita maka kita akan punya catatan kriminal.Maka,sudah sebaiknya kita tetap teguh untuk mentaati peraturan yang ada dan senantiasa memperbaharui keteguhan kita.
Keteguhan terhadap peratuan dan perintah yang ada membuktikan kita sebagai pengemudi yang memiliki loyalitas.Dan biasanya akan ada saja reward yang kita dapatkan dari arah yang tidak disangka2.Ooo iya,ketika kita mengemudikan kendaraan (diri) kita maka kita harus mengenal makna persaudaraan (ukhuwah).Karena kendaraan (diri) kita yang cukup besar dan luas untuk dibawa agak mubadzir donk kalo dibiarkan bangku2 kendaraan (diri) kita itu kosong.Maka kita senantiasa mengajak saudara2 kita yang lain untuk bisa ikut bersama kita meraih mimpi,harapan dan cita2 yang sama dan mulia.Kita pun juga bisa menyerukan kepada orang lain yang sedang membawa kendaraan(diri)nya untuk ikut menjadi rombongan menuju mimpi,harapan dan cita2 yang sama dan mulia.Tapi meyerukan bukan berarti memaksakan,hanya sekedar menyadarkan saja bahwa mimpi,harapan dan cita2 kita itu amat indah dan mulia.Dengan bersama2 meraih mimpi,harapan dan cita2 dalam bingkai ukhuwah Islamiyah segala hambatan dan rintangan bisa diminimalisir.Kita pun bisa saling melengkapi dan memahami kelebihan dan kekurangan yang dimiliki oleh kendaraan (diri) kita masing2.Walaupun kendaraan (diri) setiap yang dibawa saudara2 kita berbeda2 namun tetap satu hati untuk bisa sampai pada tujuan yang indah dan mulia.Sebagaimana yang kita tau bahwa tahapan ukhuwah Islamiyah itu diawali dengan rasa saling mengenal (ta aruf),memahami (tafahum),saling tolong menolong (ta awun) dan saling menjamin antara satu dengan yang lain (takaful).Landasan paling dasar dalam ukhuwah sebelum saling mengenal yaitu senantiasa berprasangka baik (Husnu Dzon) dan tingkat tertingginya setelah adanya rasa saling menjamin yaitu adanya rasa saling mengorbankan dirinya untuk kepentingan saudaranya (itsar).Perjalanan yang akan kita lalui akan terasa indah bila bersama saudara2 kita dengan satu hati menuju tujuan,mimpi,harapan dan cita2 yang mulia.
Dan terakhir,karena perjalanan kendaraan (diri) kita untuk menuju tujuan yang mulia itu sangat panjang dan berliku maka kita dan saudara2 kita harus senantiasa ada rasa saling mempercayai dalam kebenaran.Bila rasa saling kepercayaan itu pudar maka hendaklah kita memperbaharuinya.
Bagaimana kita bisa percaya kepada orang2 yang tidak membawa kebaikan untuk kendaraan (diri) kita?....
Bagaimana kita bisa percaya kepada orang2 yang memalingkan kita dari jalan menuju mimpi,harapan dan cita2 indah dan mulia itu?...
Bagaimana kita bisa percaya kepada orang2 yang ternyata melemahkan kita untuk menuju mimpi,harapan dan cita2 indah dan mulia itu?...
Bagaimana kita bisa percaya kepada orang2 yang ternyata menggugurkan kendaraan (diri) kita dari perjalanan yang sudah kita azzamkan (tekadkan) untuk kita lalui?...
Bagaimana kita bisa percaya kepada orang2 yang menawarkan mimpi,harapan dan cita2 yang semu?...
"Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan kemudaratan bagimu.Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu.Telah nyata kebencian dari mulut mereka,dan pa yang disembunyikan oleh hati mereka lebih besar lagi.Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami),jika kamu memahaminya."(QS.Ali Imran (3):118)
"Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah.Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang2 yang fasik."(QS.Ali Imron (3):110)
Wahai jiwa-jiwa yang membawa kendaraan(diri)nya masing2 bersegeralah untuk menentukan mimpi,harapan dan cita2 agar bisa kita tentukan jalan mana yang kita pilih untuk siap kita lalui....
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar