Ucapan Subhanallahi Wabihamdih Peruntuh Dosa - Dosa

قَالَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
مَنْ قَالَ سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ فِي يَوْمٍ مِائَةَ مَرَّةٍ حُطَّتْ خَطَايَاهُ وَإِنْ كَانَتْ مِثْلَ زَبَدِ الْبَحْرِ (صحيح البخاري

Sabda Rasulullah saw : “Barangsiapa yg membaca SUBHANALLAHI WABIHAMDIH 100X pada harinya, maka berjatuhanlah dosa dosanya walau sebanyak buih di lautan” (Shahih Bukhari)



Limpahan Puji Kehadirat Allah Swt Yang Maha Mencintai hamba – hamba Nya melebihi cinta hamba-Nya satu sama lain. Yang tiada satu makhluk bisa melebihi cintanya Allah kepada seorang hamba-Nya dan yang paling mencintai adalah Allah, cinta Nya (kepada kita) yang utama dan muncul dan jelas adalah anugerah kehidupan, yang itu merupakan cinta yang tidak bisa ditandingi oleh semua cinta dan kasih sayang yang lainnya. Dialah (Allah) yang memberi kita kehidupan, yang memanjakan kita dengan kemanjaan dalam kehidupan di dunia, yang memberikan kepada kita jamuan jamuan kemanjaan matahari dan bulan dan seluruh panca indera yang dari dasar keagungan kasih sayang Illahi sehingga seakan – akan hal itu terjadi tanpa ada yang memberi.

Sebagaimana seorang bayi yang kecil yang disayangi oleh ibunya dan ia tidak sadar bahwa ia ada yang sangat menyayangi. Memandikannya siang, pagi dan malam, memberi ia makanan, minuman, menyusuinya, memberinya hal – hal yang bermanfaat baginya, menyiapkan segala kebutuhannya, menyiapkan apa yang diperlukan untuk menunjang kehidupannya. Inilah keadaan setiap hamba di dalam kehidupan dunia. Mereka yang taat dan mereka yang tidak taat, mereka yang dalam dosa atau mereka yang dalam pahala. Inilah cinta yang melebihi semua cinta yang tak akan kau dapatkan dari yang lain selain-Nya. Ilallah (terkecuali Allah) Yang Maha Tunggal dan Maha Abadi dan cinta kasih sayang-Nya ditawarkan lagi lebih bagi mereka yang mendambakan cinta Allah Yang Abadi yaitu dengan tiada menduakan-Nya dan menjawab seruan kasih sayang-Nya untuk berbuat hal – hal yang dicintai-Nya yang dengan itulah Allah Swt menampakkan kepada kita kesempurnaan yang kekal dan abadi.

satu – satunya kekasih yang tidak akan mengecewakan kekasihnya adalah Allah Swt. Kasih sayang yang muncul pada setiap jiwa hamba – hambaNya dijawab lebih daripada cinta itu kepadanya.

“Wama taqarraba ilayya abdi syibran taqarabbtu ilaihi dzira’an”, demikian riwayat Shahih Bukhari di dalam hadits qudsiy “tiadalah seorang hamba mendekat kepada-Ku satu jengkal kecuali Ku-jawab kedekatan kepadanya satu hasta”.

“Wama taqarabba ilayya abdi dzira’an taqarabbtu ilaihi ba’a, jika hamba-Ku mendekat dan mencintai-Ku dengan mendekat satu hasta maka Aku mendekat kepadanya satu depa”.

“wa in atayna maasyiyan ataytuhu harwalah, jika ia datang padaku dengan melangkah Aku datang padanya dengan bergegas”. Menunjukkan jawaban cinta Allah lebih besar selalu menjawab cinta hamba-Nya. Sebesar apapun rindu hamba-Nya, Allah lebih rindu kepadanya.

“Man ahabba liqaAllah ahabballah liqa’ah, barangsiapa yang rindu berjumpa dengan Allah, Allah rindu berjumpa dengannya”, demikian riwayat Shahih Bukhari.

yang saya bawakan (ajarkan) adalah menuntut kita bersama – sama untuk mencapai kedamaian cinta yang abadi ialah Allah. Cinta Allah Swt ini tidak akan bisa diputus, cinta yang tidak terputus di dunia dan di akhirat adalah cinta Allah dan cinta yang ada sangkut – pautnya dengan cintanya Allah tidak bisa diputus dengan kematian, tidak bisa diputus dengan matinya jasad.

Sampailah kita pada hadits agung yang disabdakan oleh Nabiyyuna Muhammad Saw “man qaala subhanallahi wabihamdih fi yaumin mi’at marrah, huththat khathaayaahu wa in kaanat mitsla zabadilbahr, barangsiapa yang di harinya membaca SUBHANALLAH WABIHAMDIH (100X) maka berjatuhan dosa – dosanya walau sebanyak buih di lautan”.

Kita bertanya untuk apa Sang Nabi saw mengucapkan hadits ini? untuk apa Sang Nabi saw menyampaikan hal ini? untuk apa Allah menginginkan Sang Nabi saw menyampaikan hal ini? karena telah di firmankan oleh Allah “tiadalah Nabi saw itu bicara dari apa yang ia inginkannya saja dari hawa nafsunya terkecuali ucapan Sang Nabi itu adalah yang di wahyukan oleh Allah”. Kenapa Allah menghendaki Sang Nabi berbicara seperti itu?

Barangsiapa yang mengucap satu harinya “Subhanallahi Wabihamdihi sebanyak 100X berjatuhanlah dosa – dosanya sebanyak buih di lautan”. Subhanallah artinya Maha Suci Allah. Orang yang mensucikan Allah Swt berarti ia mengagungkan Allah, berarti ia menjadikan Nama Allah itu agung dan suci di hatinya. Allah tidak perlu disucikan karena sudah Maha Suci tapi ucapan itu menunjukkan kesetian hamba dan cinta hambanya pada Allah. Wabihamdihi artinya dan banyaknya puji untuk-Nya.

Al Imam Ibn Hajar Al Asqalani di dalam Fathul Baari bisyarah Shahih Bukhari mensyarahkan hadits ini bahwa kalimat “Subhanallah Wabihamdihi” juga teriwayatkan di dalam Shahih Muslim “ahabbul kalimah ilallah, kalimat yang paling dicintai oleh Allah adalah Subhanallah Wabihamdihi”. Al Imam Ibn Hajar “afdholul kalimah laa ilaha illallah, seagung – agung kalimat adalah Lailahailallah”.

Berkata Imam Ibn Hajar menukil satu pendapat dari para muhadditsin bahwa kalimat “Subhanallah Wabihamdihi” sudah terangkul didalamnya kalimat Lailahailallah. Karena “Lailahailallah” mentauhidkan Allah dari segala sesembahan selain Allah sedangkan kalimat Maha Suci Allah dan segala puji tentunya salah satu bentuk dari kesempurnaan pemahaman kalimat Lailahailallah. Ketika seseorang memahami kalimat Lailahailallah dan mendalami hakikat maknanya bahwa tiada yang patut disembah selain Allah maka sampailah ia kepada samudera cinta kepada Allah maka ia selalu mensucikan dan memuji Allah. Dalam keadaan seperti itu orang yang mempunyai bibir dan sanubari yang mensucikan dan memuji Allah 100X dengan kalimat ini dalam harinya, pupus dan berjatuhan dosa – dosanya walau sebanyak buih di lautan.

Apa itu dosa? Dosa adalah perbuatan yang tidak disenangi oleh Allah. Itu berjatuhan dengan perasaan cintamu kepada Allah yang terbuahkan dengan kalimat Subhanallah Wabihamdihi.

Kalimat Subhanallahi Wabihamdihi ini kalimat yang sangat agung diajarkan oleh Sang Nabi saw kepada kita karena besarnya keinginan Sang Nabi saw agar kita dekat kepada Allah, agar kita dicintai oleh Allah, agar kita tidak terjebak dengan terjauhnya dari Allah sebab dosa – dosa kita. Teriwayatkan di dalam hadits Shahih hal – hal yang menghapus dosa tentunya hal – hal yang fardhu dan hal – hal yang sunnah namun ini salah satu daripada beribu – ribu gerbang kasih sayang Illahi yang ditawarkan kepada kita setiap siang dan malam. Dalam munajat, dalam dzikir, dalam doa, dalam perbuatan baik, dalam perbuatan meninggalkan kemunkaran, memerintahkan pada kebaikan, dalam segala hal itu terdapat gerbang – gerbang kasih sayang Illahi dan salah satunya adalah Subhanallahi Wabihamdihi. Ini jika di amalkan, kalimat ini juga membawa ketenangan hati.

Boleh dicoba bagi mereka yang membaca setiap harinya Subhanallah Wabihamdihi, jangan setiap hari dulu tapi satu hari dulu, rasakan di pagi hari kau membacanya dalam keadaan suci Subhanallahi Wabihamdihi 100X, rasakan hari itu betapa berbedanya dengan hari yang lainnya. Lebih sejuk, lebih tenang, lebih banyak kemudahan, lebih banyak terselesaikan permasalahan dan sakinah yang sangat mahal yaitu kedamaian jauh dibanding hari yang kau tidak membaca padanya Subhanallahi Wabihamdihi. Dan dengan itu Insya Allah lanjutkan selagi kau mampu dan jangan sesekali kau tinggalkan karena membacanya 100X itu tidak menghabiskan waktu sampai 10 menit, barangkali tidak sampai 10 menit, beberapa menit saja kau akan dapatkan sejuknya harimu disaat itu.

Sang Maha Berkasih Sayang Rabbul Alamin yang selalu memperhatikan setiap hamba – hambaNya karena mereka yang hidup itu adalah milik Allah dan inilah sebaik – baik pemilik. Dialah pemilik tunggal segenap kehidupan, pemilik tunggal segenap apa – apa yang ada di alam semesta dan Dialah yang paling memperhatikan semua kehidupan hamba-Nya maka itu manusia, jin maupun hewan dan tetumbuhan.

Diriwayatkan didalam Shahih Bukhari ketika Rasul saw menyampaikan satu hikayah kejadian yang pernah terjadi pada Nabi sebelum beliau. Ketika Nabi itu duduk dibawah sebuah pohon dan disaat ia duduk ia digigit oleh seekor semut yang menyakitkan, gigitannya berbisa. Gigitannya semut tidak mematikan cuma menyakitkan maka Nabi itu berdiri dari duduknya dan memanggil kaumnya untuk membakar sarang semut itu semuanya karena membahayakan. Al Imam Ibn Hajar mensyarahkan hadits ini Nabi itu berbuat hal yang benar karena semua hewan yang mengganggu manusia boleh untuk dibunuh namun Allah menurunkan Jibril as untuk Nabi itu bukan Nabi Muhammad saw. Nabi itu sebelum Nabi Muhammad saw seraya berkata “Hallaa namlatun waahidah..?, wahai Nabi-Ku bukankah yang berbuat Cuma seekor semut saja yang menggigitmu kenapa harus semua dimusnahkan?, kata Allah. Maksudnya apa? Allah melihat seekor semut yang berbuat jahat pada Nabi-Nya mengganggu tapi kan satu ekor itu yang mengganggu, kata Allah. Sedangkan yang lain tidak mengganggu, bagaimana engkau seorang Nabi? Orang yang sangat dekat kepada Allah membunuh makhluk yang dicipta oleh Allah yang tidak bersalah?

Imam Ibn Hajar mensyarahkan bahwa ucapan dan perbuatan Nabi itu tidak salah secara syari’ah, namun Allah ingin mengingatkan kepada Nabi itu betapa Allah itu melihat seluruh perbuatan hamba-Nya dan hamba Allah itu menyayangi setiap makhluk hidup yang dicipta-Nya. Kalau seekor semut saja diperhatikan oleh Allah, siapa yang menyakitinya, siapa yang mengganggunya, apalagi keturunan Adam as, lebih – lebih lagi ummat Nabi Muhammad saw. “Innahu kaana tawwaaba, sungguh Allah itu Maha Menerima Taubat”. Kalimat ini hadirin jika kita renungkan “innahu kaana tawwaba” kalimat ini menjawab semua keputus-asaan hamba yang tenggelam dalam samudera dosa. Kalimat ini menghibur mereka bahwa cinta Allah pasti mereka dapatkan “innahu kaana tawwaba” Dia (Allah) Maha menerima semua taubat.

Mereka yang telah tenggelam dalam gelapnya dosa dan kesalahan, jangan sampai menyangka tidak akan bisa mencapai cinta Allah. Masih ditawarkan untuk mereka yang ingin dicintai oleh Rabbul Alamin, “Sungguh Aku Maha Menerima Taubat”, kata Allah. Apa itu taubat? Taubat itu anugerah bagi pendosa yang menyesali dosanya. Dapat anugerah dari Allah bukan hukuman, yang datang bukan hukuman. Ketika seseorang berbuat dosa lalu ia menyesal kepada Allah, kepada Sang Pemilik dirinya, Sang Pemilik setiap debu yang diinjaknya, Sang Pemilik langit dan bumi ini, ia menyesali kesalahannya, menyesali bahwa perbuatan ini menyakiti hati Tuhannya maka Allah berikan kepadanya ampunan dan Allah dekatkan ia kepada-Nya Swt.

Diriwayatkan didalam riwayat yang tsigah, ketika Nabiyullah Musa as diperintah oleh Allah berdakwah mendatangi Fir’aun. Allah berfirman kepada Nabi Musa 21.15 “faqaalaa lahu qaulan Layyinan .., ucapkanlah kepada Fir’aun itu ucapan yang lembut”. Padahal Fir’aun itu sudah mengaku sebagai Tuhan. “faqala lahu qaulan layyina.., wahai Musa dan Harun ucapkan padanya kalimat yang lembut”. Hadirin – hadirat, diriwayatkan didalam riwayat yang tsigah ketika Nabi Musa mengajak Qarun, seorang yang kaya – raya tapi membawa kerusakan dan menyembah selain Allah dan mengajak orang – orang ikut kepada kesesatannya dengan membagi – bagikan hartanya. Maka Nabi Musa mendakwahinya dan Qarun tetap dalam kekufurannya. Maka Nabi Musa as berkata “wahai bumi pendamlah Qarun sampai kelututnya” maka bumi memendam Qarun sampai ke lututnya. “Ayo..kau mau taubat?”, kata Nabiyullah Musa as dan ia berkata “tidak” maka Nabi Musa berkata “wahai bumi pendam ia sampai ke perutnya” maka bumi memendam Qarun sampai ke perutnya. “Aku tidak akan taubat wahai Musa!” maka berkata NAbi Musa “wahai bumi pendam Qarun sampai ke lehernya” maka Qarun pun dipendam oleh bumi sampai ke lehernya. Qarun menjerit “ya Musa cukup Musa aku sekarang mau taubat“, Nabi Musa berkata “wahai bumi pendam Qarun sampai ke seluruh tubuhnya” maka bumi pun memendamnya sampai keseluruhannya. Allah turunkan malaikat Jibril kepada Musa “man .. ya Musa .., wahai Musa kau ini tega sekali pada Qarun? kalau ia memanggil aku dan minta maaf padaku akan kumaafkan ia wahai Musa”. Demikian hadirin kasih sayang Allah dan cinta-Nya selalu ditawarkan kepada hamba-Nya.

Sampailah kita di bulan Rabiul Awwal, bulan yang sangat menyenangkan dan membawa kebahagiaan bagi muslimin – muslimat, ummat Nabi Muhammad saw. Kebahagiaan yang abadi, surga yang kekal, keridhoan Allah yang kekal, kesemuanya ini dipadu kejadiannya oleh Allah di bulan Rabiul Awwal. Lahir Sang Nabi saw di 12 Rabiul Awwal, demikian pendapat yang mu’tamad. Hari senin, 12 Rabiul Awwal hijrah Sang Nabi saw pun riwayat Shahih Bukhari bahwa beliau masuk ke kota Madinah Al Munawwarah pada hari senin, 12 Rabiul Awwal. Dan wafatnya beliau pada hari senin, 12 Rabiul Awwal.

Diriwayatkan didalam Shahih Bukhari bahwa ketika Abbas bin Abdul Mutholib bermimpi Abu Lahab setelah wafatnya. Dilihatnya Abu Lahab berada didalam api yang mengerikan, maka ditanya kepada Abu Lahab apa yang kau terima setelah kematianmu wahai Abu Lahab? berkata Abu Lahab “tidak pernah kurasakan kenikmatan dan ketenangan sejak aku wafat terkecuali setiap hari senin aku diberi keringanan karena membebaskan budakku Juwairiyah mendengar kabar kelahiran Nabi Muhammad saw”. Jadi Juwairiyah itu budaknya Abu Lahab. Disaat hari senin lahirnya Rasul saw datang Juwairiyah kepada Abu Lahab “Abu Lahab, Aminah sudah melahirkan” maka Abu Lahab gembira (ini belum jadi musuhnya) kemudian Abu Lahab menjadi musuh sebesar – besarnya musuhnya Rasul saw adalah Abu Lahab, sampai diangkat 2 kali oleh Allah dalam 1 ayat “tabbat yadaa abilahabiwwatabba, celaka dua tangan Abu Lahab dan celaka” QS. Al Lahab : 1. Tidak ada satu orang pun yang dimurkai oleh Allah dalam satu ayat 2X kecuali Abu Lahab. Tapi ia bebaskan budaknya begitu dengan kabar gembira Aminah sudah melahirkan anak. “oohhh.. kau bebas karena aku gembira kau yang bawa kabar gembira ini maka kau bebas”. Itu (Abu Lahab) di kemudian hari menjadi musuh besar Nabi Muhammad saw. Tapi Allah tidak melupakan kegembiraan atas kelahiran Nabi Muhammad saw. Setiap hari senin, Abu Lahab itu berkata “aku diberi keringanan dengan bisa minum air dari ibu jariku ini, antara telunjuk dan ibu jari itu Allah keluarkan pancarkan air agar ia bisa minum karena pernah membebaskan budaknya Juwairiyah saat hari kelahiran Nabi Muhammad saw”. Ini riwayat Shahih Bukhari. Namun ini adalah mimpi dan tentunya sudah dipahami bahwa mimpi tidak bisa dijadikan dalil. Akan tetapi para muhadditsin dan para hujjatul islam dan para imam menjelaskan mimpi tidak bisa dijadikan dalil sebagai dalil syari’ah tapi bisa dijadikan dalil sebagai dalil afdholiyah wal hikmah. Kalau hukum (hukum syari’ah) tidak bisa dari mimpi, mimpi tidak bisa diterima. Tetapi kalau dalil hikayah, dalil hikmah, dan dalil afdholiyah bisa dipakai. Contohnya mimpinya pendeta Buhairah akan kelahiran Nabi Muhammad saw sudah dekat, non muslim yang mimpi kelahiran Nabi Muhammad saw sudah dekat jadi dalil. Dalil apa? dalil kebangkitan Nabi Muhammad saw tapi bukan dalil syari’ah. Itu maknanya. Jadi jelas sudah para muhadditsin, para imam kita melihat bagaimana indahnya perbuatan Allah kepada orang yang gembira kepada hari kelahiran Rasulullah saw.

Salafunnaasshalihin dan para Sahabat Rasul radiyallahu anhum memang tidak pernah membuat perayaan maulid karena tidak perlu. Jiwa mereka dan harta mereka dan seluruh hari – hari mereka telah mereka korbankan untuk cintanya kepada Allah dan Rasul saw. Mereka tidak punya idola selain Muhammad Rasulullah saw didalam kehidupan hamba – hamba Allah. Idola mereka satu saja Sayyidina Muhammad saw, Qudwah dari semua yang dijadikan Qudwah). Tapi setelah mulai jauh dari kemangkatan Sang Nabi saw mulailah hati muslimin – muslimat ini berguncang, mengalihkan idola mereka bukan lagi kepada Nabi saw. Maka dibuatlah perayaan maulid untuk membangkitkan kembali semangat ummat agar kembali mengingat sejarah Sang Nabi saw, budi pekerti Sang Nabi saw, tuntunan Sang Nabi saw dan kasih sayang Allah yang muncul dengan kebangkitan Nabi Muhammad saw.

berkata Sayyidina Abbas bin Abdul Mutholib didalam Syi’bul Iman oleh Al Imam Baihaqi diriwayatkan pula dalam Musnad Ahmad, dalam Shahihain dan lainnya berkata Sayyidina Abbas bin Abdul Muthalib “ya Rasulullah turridu an’amta.., ya Rasulullah aku mohon ijin memujimu”. Memuji Nabi saw adalah salah satu bentuk pujian kepada Allah. Rasul saw senang dipuji, kenapa? karena jabatannya sebagai seorang Rasul. Beliau tidak mempunyai hati yang bangga atas pujian orang terhadap dirinya tapi beliau tahu pujian kepada beliau adalah bentuk cinta seseorang kepada Allah. Kenapa? Karena beliau mempunyai jabatan sebagai Rasulullah dan iman seseorang itu sempurna dengan cintanya kepada Nabi Muhammad saw. Karena makin seseorang cinta kepada Rasul saw, makin akan mengikutinya. Kalau seandainya kita mencintai seseorang dijadikan idola makin kita berusaha untuk mengikutinya. Oleh sebab itu Nabi saw gembira dengan semua perbuatan yang bias mendorong ummat ini mencintai beliau saw termasuk diantaranya pujian. Maka berkatalah Rasul saw kepada Sayyidina Abbas bin Abdul Mutholib “qul Laa Yafdhudhillahi faak.., silahkan Abbas ucapkan syairmu dan Allah akan menjaga bibirmu”. Maksudnya apa? Sayyidina Abbas berkata “sampai aku lanjut usia tidak pernah aku sakit gigi, tidak ada satupun gigiku yang tanggal karena doanya Nabi Muhammad saw saat aku akan mengucapkan syair pujian padanya”. Diantara kalimat Sang Nabi, Sayyidina Abbas bin Abdul Mutholib “kau yang disaat kelahiranmu ini wahai Sang Nabi saw, terang benderanglah bumi dg cahaya, terbitlah cahaya di ufuk dan disaat itu terbitlah cahaya mulia dan kami selalu berada didalam cahaya hidayah dan cahaya kelahiranmu itu yg masih menaungi kami sampai saat ini, kata Abbas bin Abdul Mutholib”. Ini menunjukkan salah satu kalimat yang diucapkan karena cintanya para sahabat dan gembiranya atas kelahiran Nabi Muhammad saw. Risalah dan seluruh tuntunan syari’atul muthaharah ini Allah munculkan ke muka bumi di awali kelahiran Nabi Muhammad saw. Terbitnya dari kelahiran Sang Nabi saw maka Allah bersumpah dengan usia beliau saw, ini salah satu firman Allah “demi usiamu wahai Muhammad”. Menunjukkan dari sejak kelahiran hingga wafatnya beliau itu dimuliakan oleh Allah Swt.

pujian kepada Nabi Muhammad saw adalah hal yang sunnah dan diperbolehkan dilakukan didalam masjid ataupun diluar masjid. Sebagaimana riwayat Shahih Bukhari ketika Sayyidina Hasan bin Tsabit ra membaca syair pujian untuk Nabi saw masjid nabawiy maka Rasul saw berdoa untuk Hasan bin Tsabit “Allahumma ayyid-hu biruhil qudus, wahai Allah bantulah Hasan bin Tsabit itu dengan Jibril as”. Belum pernah Nabi saw mendoakan orang seperti itu kecuali untuk Hasan bin Tsabit yang membacakan syair pujian untuk Nabi saw didalam masjid. Oleh sebab itu jika muncul di masa sekarang, orang mengatakn pujian pada Sang Nabi itu bid’ah maka belum memahami hadits ini. Hadits ini riwayat Shahih Bukhari dan kemudian inilah hal yang sunnah memuji Nabi saw didalam masjid bahkan didoakan oleh Rasul saw. Kenapa? Karena memuji beliau saw akan menumbuhkan cinta kepada beliau saw. Dan cinta kepada beliau saw adalah kesempurnaan iman. “Belum sempurna iman kalian sebelum aku lebih dicintainya melebihi keluarganya, dari ayahbundanya, dan dari seluruh manusia”. Kenapa hadirin – hadirat? Karena tidak ada orang yang mencintai kita melebihi Nabiyyuna Muhammad saw kecuali Allah. Kalau saya tidak mengatakan kecuali tapi saya katakan Nabi Muhammad saw ini salah satu bentuk dari cintanya Allah kepada kita. Salah satu bentuknya adalah Nabi Muhammad saw.

Laqad jaa’akum rasuulun min anfusikum ‘azizun ‘alaihi ma ‘anittum, hariishun ‘alaikum bil mu’miniina raufurrahim, Sang Pemilik matahari dan bulan, langit dan lautan, kehidupan dari zaman ke zaman berfirman “Telah datang kepada kalian seorang Rasul dari bangsa kalian (manusia), sangat berat memikirkan hal yang menimpa kalian, sangat menjaga kalian dan sangat berkasih sayang kepada orang – orang yang beriman” QS. At-Taubah : 128. Siapa otrang – orang yang beriman? Muslimin – muslimat.

Beliaulah yang menjadi pembela utama untuk umatnya di yaumal qiyamah disaat semua orang lari dari dosa, saat semua orang takut pada dosa sampai para Nabi berkata “nafsiy..nafsiy.., pergi – pergi kalian aku tidak bisa untuk menyelamatkan kalian diriku ..diriku”, para Nabi berkata demikian. Ini diriwayatkan didalam Shahih Bukhari. Hanya beliau inilah yang mempertahankan kita agar tidak masuk neraka, beliau saw sujud kepada Allah Swt seraya berkata “ummatiy..ummatiy...,umatku..umatku wahai Allah”. Sujud untuk membela para pendosa agar jangan masuk neraka maka Allah berkata “…, angkat kepalamu beri syafa’at pada orang yang akan engkau beri syafa’at”. Dan beliau saw memberi syafa’at banyak orang, dibagi syafa’at kepada amal shalih, shadaqah bisa memberi syafa’at, hewan kurban bisa memberi syafa’at, masjid memberi syafa’at, semua bisa memberi syafa’at dari amal shalih. Sedemikian hebatnya para shalihin, para syuhada, para awlia memberi syafa’at. Terus saling membagi – bagi syafa’at agar banyak tertolong ummat ini. Ternyata masih ada yang menjerit didalam hati, mereka memanggil – manggil Nama Sang Nabi untuk mendapatkan syafa’at. Para pendosa, para penjahat, para orang yang wafat dalam kedhaliman, mereka masih menjerit dan Sang Nabi saw tidak tega mendengar jeritan mereka seraya kembali sujud kepada Allah meminta lagi syafa’at (dalam riwayat dikatakan 4X beliau meminta syafa’at) “ambil..ambil..orang yang akan kau beri syafa’at”, kata Allah. Demikian indahnya idolaku dan idola kalian Nabiyyuna Muhammad saw.

Mereka bertanya mana kasih sayang Allah? Koq Nabi saw lebih cinta kita daripada Allah Swt. Justru jawabannya Muhammad itu adalah bentuk cintanya Allah Swt kepada kita. Oleh sebab itu mencintai beliau adalah sempurnnya iman.

0 komentar:

Posting Komentar

Website Syababul Huda Mahabbah Qolbu 2011