قال رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : رَحِمَ اللَّهُ رَجُلًا سَمْحًا إِذَا بَاعَ وَإِذَا اشْتَرَى وَإِذَا اقْتَضَى
(صحيح البخاري)
Sabda Rasulullah saw :
“Allah menyayangi orang yg pemaaf dalam jual dan beli, dan pemaaf pada hutang piutangnya” (Shahih Bukhari)
Limpahan Puji Kehadirat Allah Swt Yang Maha Luhur, Maha Menerangi jiwa hamba – hambaNya dengan keluhuran, dan tiadalah yang lebih indah sepanjang kehidupan melebihi iman, melebihi kehadirat untuk dekat kepada Allah, tidak ada kemuliaan dari semua kehidupan yang pernah hidup dari keturunan Adam as Mulai Nabiyullah Adam alaihis salam wa Sayyidatuna Hawa alaiha salam sampai manusia yang terakhir hidup di muka bumi, tidak ada kehidupan yang lebih mulia dari kehidupan para pecinta Allah. Orang – orang yang ingin dekat kepada Allah, orang yang ingin mencapai kesuksesan hakekat dari segenap kesuksesan, puncak dan akhir dari semua karir, jabatan – jabatan tertinggi dari semua jabatan yaitu kedekatan kepada Allah di istana – istana kemewahan yang abadi.
Sehingga mereka yang jiwanya dipenuhi dengan asyik dan rindu kepada Allah, dan itulah seindah – indah jiwa. Mereka tidak lagi terfikirkan pedihnya neraka dan tidak lagi terfikirkan indahnya surga. Tapi yang mereka dambakan adalah dekat dan dicintai Allah. Itulah yang mereka inginkan. Maka kita bertanya, kenapa Sang Nabi saw selalu meminta surga dan minta jauh dari neraka, apakah Sang Nabi saw masih menginginkan surga dan masih risau pada neraka? Bukan itu maksudnya, tapi mereka para shiddiqin dan muqarrabin mengetahui bahwa surga adalah tempat orang – orang yang dicintai Allah dan neraka adalah tempat orang – orang yang dimurkai Allah. Maka mereka meminta surga, karena surga adalah tempat orang – orang yang dicintai Allah.
Image
Allah Swt telah menjamu kita di malam ini dengan mengumpulkan para malaikat yang menyaksikan setiap kehadiran tamu – tamu Allah di masjid – masjid atau orang yang duduk karena untuk beribadah kepada Allah. Sehingga sabda Rasul saw “malaikat laa tazaal yusholli ala ahadikum” (Shahih Bukhari) tiada henti – hentinya malaikat bershalawat dan mendoakan kepada kalian ketika diantara kalian masih duduk didalam masjid dalam keadaan suci atau masih duduk ditempat ia shalat atau ibadah maka malaikat itu terus mendoakannya dengan doa “allahumma shalli a’laihi allahummarhamhu” wahai Allah limpahkan baginya shalawat dan kemuliaan, wahai Allah sayangilah ia. Terus malaikat mendoakan dengan doa itu sepanjang kita masih duduk di majelis ini, didalam istana keridhaan Allah (Masjid), di muka bumi. Betapa Allah memanjakan dan memuliakan kita, betapa indahnya cinta Allah kepada kitas sehingga dikerahkanlah para malaikat untuk mendoakan orang – orang yang ingin dekat kepada-Nya, yang datang bertamu kepada istana keridhaan-Nya, ke masjid – masjid atau ke mushalla atau ke tempat ia ibadah walau hanya sajadahnya sendiri, selama ia masih duduk di tempat itu, malaikat terus dan dan terus – menerus mendoakannya.
Sampailah kita pada hadits mulia di malam ini, riwayat Shahih Bukhari “rahimallahu rajulan samhan idzaa baa’a wa izaa isytaraa wa izaaqtadhaa” kasih sayang Allah selalu berlimpah kepada seseorang yang apabila ia membeli dan menjual (dalam jual belinya) selalu senang memaafkan, memudahkan dan pempermudah. Kalau ia membeli, tidak terlalu sangat banyak menawar, kalau ia menjual tidak terlalu banyak mengambil untung dan tidak menipu pembelinya. “..wa izaaqtadha” dan ketika mereka saling melunasi hutang piutang. Ketika mereka mempunyai hutang kepada orang lain dengan sifat baiknya, ia datangi orang yang ia pinjam uangnya dan ia kembalikan dengan baik , dengan sopan dan dengan mulia. Atau sebaliknya jika ia orang lain berhutang padanya maka ia meminta atau menagihnya dengan sopan dan baik. Orang – orang yang seperti ini dicintai oleh Allah, disayangi Allah. Allah berfirman “wailullilmuthaffifiin; alladzina idzaktaaluu a’lannasi yastawfuun; waidza kaaluuhum awwazanuuhum yukhsiruun; ala yadhunnu ulaaika annahummab’utsun; liyawmin a’dhim; yaumayaquumunnaasu lirabbil a’lamin” (QS. Al Muthaffifiin : 1-5). Allah Swt berfirman : Celakalah orang yang berbuat dhalim dalam timbangan perdagangannya (Qs. Al-Muthaffifiin : 1). Kalau mereka yang belanja, mereka meminta timbangan itu seadil – adilnya, jangan sampai ada berat yang sampai mendhalimi. Jika mereka sendiri yang menjual maka mereka mengurangi timbangannya (Qs. Al-Muthaffifiin : 2), celakalah mereka, kata Allah Swt. Apakah mereka tidak mengira bahwa kelak akan berdiri di satu hari yang sangat dahsyat (Qs. Al-Muthaffifiin : 4-5). Hari yang sangat agung, hari dimana Allah Swt menjadikan manusia itu berdiri satu persatu menghadap-Nya, disaat itu betapa meruginya para pedagang yang berbuat dhalim. Kalau mendhalimi timbangan saja seperti itu, bagaimana mendhalimi penjual dengan penipuan.
Image
Rasul saw menuntun kita kepada seindah – indah tuntunan, kepada semulia – mulia bimbingan dan inilah bimbingan Nabi kita Muhammad Saw. Dan Rasul saw sebaik – baik orang yang beramal. Ketika beliau saw meminjam kepada orang lain, mestilah beliau saw sendiri yang mengembalikannya atau dengan sebaik – baik cara. Diriwayatkan didalam Shahih Bukhari, bagaimana Rasul saw meminjam uang kepada seorang yahudi (seorang yang diluar Islam) maka orang yahudi itu, padahal sudah tahu bahwa Rasulullah saw itu adalah orang yang amanah masih meminta jaminan dan Rasulullah saw memberikan jaminan baju besinya. Untuk apa uang itu, untuk menjamu tamunya. Demikian indahnya budi pekerti Sayyidina Muhammad Saw.
Dan beliau saw adalah yang paling sempurna akhlaknya. Sehingga diriwayatkan didalam Shahih Bukhari, ketika beliau saw berjalan menemukan sebutir kurma yang terjatuh di tanah, seraya mengambilnya dan berkata “lawla antakuna shadaqah la..” kalau bukan takut karena ini kurma shadaqah (karena shadaqah tidak boleh dimakan oleh Rasul saw, namun boleh oleh muslimin lainnya) aku akan memakannya, kata Sang Nabi saw. Dari menghargai rezki yang ada di muka bumi yang asal muasalnya dari Allah. Ini hukumnya luqatah (barang temuan yang tidak berharga). Jadi kalau kita menemukan barang yang tidak ada harganya boleh diambil, tapi kalau barang yang berharga tidak boleh diambil dan waktu penantiannya adalah 1 tahun kalau barang itu barang berharga. Diambil, dipegang saja, dicari orang yang memilikinya atau diumumkan selama 1 tahun. Kalau 1 tahun tidak datang juga pemiliknya, boleh dipakai tapi kalau pemiliknya datang harus dikembalikan atau diganti dengan uang. Demikian hadirin – hadirat, barang temuan.
Ini kita keluar dari pembicaraan ini sudah sangat banyak laporan bahwa para pencopet selalu ikut hadir di majelis ini. Subhanallah!! Orang datang untuk niat berbuat baik dan kau (pencopet) datang untuk mendhalimi orang yang berbuat baik. Tidak terfikir di hati saya, di majelis mulia seperti ini ada orang yang datang dengan niat sengaja untuk mendhalimi dan berbuat jahat kepada orang – orang yang datang kepada keridhaan Allah Swt. Tidak terbayangkan dendamnya Allah di kehidupan mereka di dunia dan di akhirat. Semoga Allah melimpahkan kepada mereka hidayah, tidak terbayangkan kemarahan Allah dan kemurkaan-Nya terhadap mereka yang mendhalimi para tamu-Nya. Orang datang mengaji dan pulang tidak membawa handphone lagi, handphonenya lenyap karena sudah ada orang – orang tertentu yang ingin mengambil handphonenya. Subhanallah, tobatlah!! Wahai engkau yang berniat berbuat jahat di majelis ini karena bala dan musibah akan datang padamu, kemiskinan, kehancuran di dunia dan di akhirat. Semoga Allah memberikan kepada mereka hidayah.
Image
Demikian Sang Nabi saw bersabda diriwayatkan didalam Shahih Bukhari. Rasul saw bersabda “akan datang satu masa kepada manusia ini dimana ia tidak perduli lagi apa – apa yang masuk kepadanya, Apakah dari hal yang halal atau dari hal yang haram”. Ia sudah tidak mau lagi bedakan, mana itu halal mana itu haram. Akan datang masa itu, kata Nabi Saw. Dan masa itu telah datang kepada kita.
Hadirin – hadirat, inilah masa pembenahan bagi kita, inilah pemuda kita dan majelis kita yang selama ini Allah Swt memberikan Inayah selalu semoga kepada kita untuk semakin memakmurkan majelis – majelis kita, majelis – majelis mulia ini. Semoga Allah Swt semakin memakmurkannya, Amin Allahumma Amin. Dan menjadikan orang – orang yang hadir ini dalam kemakmuran dunia dan akhirat.
Diriwayatkan didalam Shahih Bukhari ketika bagaimana indahnya Sang Nabi saw memberikan tarbiyah kepada para sahabat dengan seindah – indahnya tuntunan. Abdullah bin Amr bin Ash alaihimaa ridhwanallah, sampai kabar kepada Sang Nabi saw bahwa Abdullah bin Amr bin Ash ini sepanjang malam shalat malam sambil membaca Alqur’an. Siang hari puasa, tiap hari ia lakukan seperti itu. Maka Rasul saw memanggilnya “apakah engkau betul (shalat sepanjang malam) di malam hari berapa banyak kau membaca Alqur’an?” ia berkata “aku khatam Alqur’an setiap malamnya, wahai Rasulullah”. “Lalu siang hari?”, “siang hari aku puasa setiap harinya wahai Rasulullah”. Rasul saw berkata “jangan kau perbuat!, bacalah Alqur’an 1 bulan sekali khatam (1 hari = 1 juz)” itu yang terbaik dan yang sunnah untuk kita. Orang – orang yang mempunyai kesibukkan dan lainnya disunnahkan untuk membaca 1 juz 1 hari bila mampu. Rasul saw mengajarinya, 1 bulan 1X khatam dan berpuasalah 3 hari setiap bulannya. Maka Abdullah bin Amr bin Ash berkata “Wahai Rasulullah, aku mampu lebih dari itu wahai Rasulullah”. Maka Rasul saw terlihat wajahnya berubah, sudah diberi saran malah didebat saran Sang Nabi saw. Maka Rasul saw berkata “kalau begitu 1 minggu 3 hari puasanya”, ia menjawab “ya Rasulllah aku bisa lebih dari itu”. Terus ia meminta dan meminta, sampai akhirnya Rasul saw berkata “kalau begitu 1 hari puasa 1 hari tidak, yaitu puasa Nabi Daud as, dan tidak ada yang lebih dari itu”. Maksudanya Rasul saw tidak memberi izin untuk puasa lebih dari puasa Nabiyullah Daud as yaitu sehari puasa sehari tidak puasa, besoknya puasa besoknya tidak puasa. Itu sudah puasa yang terbanyak bagi umat Nabi Muhammad Saw.
Sampai tak lama kemudian Rasul saw wafat dan sampai khilafah dan sampai Abdullah bin Amr bin Ash meriwayatkan hadits ini jauh setelah wafatnya Sang Nabi saw. Ia berkata “coba kalau aku terima saran Sang Nabi saw itu dari awal, jangan sampai tidak, apa artinya ibadahku yang sedemikian banyak kalau seandainya ibadahku itu menyinggung perasaan Rasulullah Saw”. Coba kalau dari awal aku terima saran Sang Nabi saw sehingga Sang Nabi saw gembira kepadaku, sehingga Sang Nabi saw menyayangiku karena menerima wasiatnya saw, coba itu maka jauh lebih berharga daripada ibadahku, yang ibadah – ibadah sunnahnya saw. Walau ia berjuang dengan puasa Nabiyullah Daud nya atau berjuang dengan amalan ibadah lainnya, belum tentu ia menemukan kesempatan menggembirakan hati Sang Nabi Muhammad Saw.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar