Jalan Ibadah Amat Luas Untukmu, Ukhti

Wahai saudari-saudari muslimahku,
Cobalah kalian nilaikan berapa banyakkah ibadah-ibadah yang kalian boleh lakukan ketika haidh tetapi kalian masih tidak melakukannya. Bukaklah Hisnul Muslim, lihatlah doa-doa dan zikir-zikir yang Nabi Muhammad shallallahu 'alayhi wa sallam amalkan, nilailah, cerminlah diri kita sudahkah kita amalkan semua zikir-zikir yang ada di dalamnya.
Jika masih belum puas, periksalah pula kitab al-Adzkar oleh Imam an-Nawawi. Lihat berapa banyak zikir-zikir dan doa-doa yang kalian belum amalkan. Jadi tiada alasan untuk kalian wahai-wahai srikandi tercinta untuk berkata bahwa apabila haidh maka kami kurang beribadah berbanding lelaki.


Wahai saudari-saudari seaqidahku,
Dalam bab membaca dan menyentuh al-Quran. Ulama-ulama umat masih berbeda pendapat tentang pengharamannya. Seandainya saudari berpegang kepada pendapat mengharamkannya, masih banyak ibadah yang saudari boleh lakukan bahkan tak akan habis untuk saudari lakukan di satu malam.

Wahai srikandiku,
Apabila kalian uzur, bukan alasan untuk kalian menghabiskan waktu dengan menonton televisi tatkala si suami sedang sholat. Bukanlah ia menjadi alasan untuk saudari menghabiskan hari siang dan malammu dengan tidur dan membiarkan si suami sholat malam sendirian. Bukan juga ia menjadi alasan untuk kalian membiarkan anak-anak terlupa untuk mempelajari al-Quran sendirian.

Wahai srikandiku,
Cuba kalian pikirkan, berapa menitkah untuk melakukan solat yang kalian lakukan apabila kalian berada dalam keadaan suci. Andai kata 5 menit. Kenapa tidak kalian gunakan 5 menit itu untuk membaca doa-doa dan zikir-zikir yang Rasulullah s.a.w amalkan. Jika kalian solat malam selama 1 jam di bulan Ramadhan ketika kalian suci. Kenapa tidak kalian gunakan sejam itu diwaktu kalian uzur untuk kalian membanyakkan istighfar, memohon keampunan daripada Tuhan. Biarkanlah air mata kalian keluar pada malam itu. Biarkan ia menjadi saksi ketundukan kalian kepada Allah yang Maha Pengampun.

Wahai saudariku,
Jika kalian tidak berpuasa, gunakanlah kelebihan kekuatan yang ada pada hari itu untuk membantu kawan-kawan kalian yang berpuasa. Saudari dapat menyediakan hidangan berbuka untuk mereka dan membiarkan mereka beristirahat. Saudari juga boleh membantu mereka melakukan pekerjaan rumah, dan mengurangi pekerjaan mereka. Bukankah ini semua ibadah wahai srikandiku.

Wahai saudariku,
Jika saudari berpegang kepada ulama yang menyatakan haram wanita uzur memasuki masjid, masjid banyak ibadah yang boleh saudari lakukan dirumah. Jika saudari berpegang kepada pendapat membenarkan saudari yang uzur ke masjid, banyak juga yang saudari boleh lakukan di masjid walaupun tidak solat.
Saudari boleh membantu menjaga anak-anak kecil yang sedang bermain tatkala ibu bapak mereka solat. Saudari boleh bacakan kepada mereka kisah-kisah nabi, saudari boleh mengajar mereka membaca Alif, Ba, Ta. Saudari boleh menenangkan mereka tatkala mereka menangis menanti si ibu yang sedang solat. Bukankah ini semua ibadah wahai srikandiku.

Ya ukhti,
Sungguh luas jalan ke syurga yang Allah bentangkan untuk saudari. Janganlah saudari sempitkan jalan yang luas itu. maukah saudari menempuh jalan mudah ke syurga? Bukankah jalan ke syurga dimudahkan untuk mereka yang menuntut ilmu.
Saudari boleh gunakan masa yang biasa saudari lakukan untuk solat dengan membaca buku-buku agama. Saya nasihatkan saudari untuk memulai dengan bahan bacaan agama. Saudari mulailah dengan membaca buku-buku berkaitan dengan akidah. Pilihlah buku yang mudah. Saudari boleh membaca Kitab at-Tauhid karangan Shaikh Muhammad bin Abdul Wahab. Sangat ringkas buku ini dan mudah untuk saudari pahami. Saudari juga boleh membaca buku saudara Hafiz Firdaus Abdullah tentang contoh-contoh hal yang dapat merusak akidah. Selepas itu saudari hendaklah membaca buku tentang bersuci.
Buku kecil Sifat Wudhu Rasulullah amatlah berguna buat saudari. Selepas itu bacalah buku Sifat Solat Nabi untuk saudari memperbaiki mutu solat saudari. Saudari juga tidak boleh melupakan hukum-hukum khas untuk gadis atau wanita seperti saudari. Bacalah buku-buku berkaitan hukum hukum haidh, istihadah dan lain-lain. Saudara boleh membaca buku karangan Shaikh Shalih al-Utsaimin berkaitan hal ini.

Wahai saudariku,
Saya kira jika ingin ditulis semua di sini akan hal-hal yang boleh dilakukan oleh wanita-wanita yang uzur, niscaya akan habislah dakwah pena, akan menjadi berhalaman-halaman tulisan ini. Dan saudari juga mungkin tidak akan mampu melaksanakan semuanya.

Ya ukhti,
Ingatlah Allah Maha Adil. Keuzuran pada wanita bukan penghalang mereka beribadah. Sematlah rasa cinta pada Tuhan, yakinlah pada keadilanNya, titiskanlah air mata memohon keampunanNya.
Wallahu’alam

Haruskah Kau Buka Auratmu....?

Saat ini banyak wanita yang menitikberatkan pandangannya pada kepuasan dan kebebasan hidup dengan tidak lagi mengindahkan norma-norma agama maupun masyarakat. Menurut pandangan mereka, keindahan tubuhnya adalah anugerah yang tidak harus disembunyikan. Lekuk-lekuk tubuh yang di dunia modern disebut ‘artistik’ sengaja ditonjolkan lewat baju yang ekstra ketat atau malah tidak dibungkus pakaian.



Ketika manusia dihadapkan pada kebutuhan hidup yang terus meningkat, sementara lapangan pekerjaan semakin sulit, maka orang akan cenderung berfikir praktis untuk mendapatkan uang. Jalan yang termudah adalah menjual harga diri untuk disuguhkan kepada khalayak umum dengan mengesampingkan norma-norma agama.




Pupusnya rasa malu seorang wanita terlihat dari kerelaannya ‘menjajakan tubuhnya’ demi popularitas. Tak heran, jika banyak wanita yang berantrian panjang berebut kursi popularitas hingga siap menanggalkan seluruh auratnya. Akhirnya menjamurlah tabloid-tabloid, klip-klip lagu, dan sinetron-sinetron yang berlatar belakang wanita setengah telanjang menjajakan tubuhnya di tengah-tengah generasi muda yang sedang bingung mencari jati diri. Untuk legalisasi perilakunya, mereka berlindung di balik hak asasi manusia, kebebasan berekspresi, seni, suka-suka gue, dan alasan lainnya yang sebenarnya hanya topeng dari kebobrokan moral.



Pertanyaan yang muncul adalah kemanakah rasa malu itu ? Padahal malu adalah sebagian dari iman.



Wanita shalihah akan merasa malu dan tidak rela bertelanjang, meskipun dalam keadaan menyendiri. Apalagi bila dijadikan obyek tontonan untuk meraih keuntungan yang sebanyak-banyaknya. Ia ingat dengan sabda Rasulullah shallallahu alayhi wa sallam :



“Derajat malu yang paling tinggi adalah tidak rela bertelanjang meskipun dalam keadaan sendiri, semata-mata karena malu kepada Allah SWT (HR. Tirmidzi)



Sifat malu laksana rem yang akan mengerem kita dari perbuatan nista. Semakin besar rasa malu, rem itu semakin pakem, sehingga seseorang akan terhindar dari perilaku yang bertabrakan dengan norma.



Sedemikian pentingnya rasa malu, sampai-sampai Rasulullah saw memberikan sindiran, “Jika rasa malu hilang maka lakukanlah apa saja sesuka kalian”. Hal ini mengandung pengertian bahwa jika rasa malu telah hilang maka seseorang tidak akan mampu menimbang mana yang mulia dan mana yang tercela.



Kalau sudah demikian, apa bedanya dengan binatang. Mereka hidup hanya bermodalkan hawa nafsu tanpa berlandaskan akal sehat. Padahal, Allah Swt telah memberikan peringatan dalam Al-Qur’an :



“Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Ilahnya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya? atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya dari binatang ternak itu” (QS. Al-Furqon : 43-44)



Firman Allah Subhanahu wa ta'ala tersebut seolah mengisyaratkan bahwa manusia yang hilang rasa malunya di kategorikan seperti binatang ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mengapa demikian ? Binatang telanjang karena memang tidak memiliki akal dan hati nurani. Sementara manusia diciptakan sebagai makhluk yang paling sempurna dengan seperangkat jasmani dan ruhani yang lengkap. Manusia diberi akal dan pikiran agar bisa membangun dirinya, sekaligus bisa membedakan mana yang baik dan buruk, mana yang mulia dan tercela. Jadi, manakala manusia berprilaku seperti binatang, tentunya ia jauh lebih sesat dari binatang.



Dalam hal ini, kasus buka-bukaan atau pamer aurat merupakan cermin manusia (wanita) bermental binatang yang menggadaikan rasa malu demi meraih kesenangan semu.



Sedangkan wanita shalihah akan merasa malu jika melakukan hal-hal yang rendah dan tercela. Karena itu, ia senantiasa bersikap iffah (memelihara diri dari hal-hal yang rendah). ia senantiasa berpegang pada sabda Rasulullah shallallahu alayhi wa sallam :



“Sesungguhnya Allah Azza Wa Jalla (Yang Maha Perkasa dan Agung) apabila hendak membinasakan seseorang, maka dicabutlah dari orang itu sifat malu. Bila sifat malu telah dicabut darinya, maka engkau akan mendapatkan dia dibenci orang, malah dianjurkan supaya orang-orang benci padanya. Kemudian bila kamu mendapatkan dia dibenci orang, maka sifat amanah dicabut darinya. Apabila dicabut darinya sifat amanah, kamu akan menemukan dia sebagai orang yang khianat. Jika dia sudah bersifat khianat, maka dicabut darinya sifat kasih sayang. Dan apabila sifat kasih sayang telah dicabut darinya, kamu akan menemukan dia sebagai seorang yang terkutuk. Apabila dia telah menjadi orang yang terkutuk, maka lepaslah islam darinya” (HR. Ibnu Majah)

Duhai Ukhti, Engkau Memang Cantik...

Hmmz.. kamu cantik tapi kenapa kamu tidak cantik dimata kami?

Kamu sholat tapi mengapa kamu tidak menjadi mulia dengannya?

Apalah kamu tidak sadar dengan apa yang kamu pakai dan kamu lakukan?wahai ukhti..?

Apakah kamu tidak sayang dengan dirimu sendiri. Duh..ukhti kamu itu memang sangat cantik dalam bentuk fisik, tapi mengapa kamu begitu murah. Sehingga kamu terkesan tidak ada nilai sama sekali dimata kami kaum adam. Kamu ingin mendapat penghargaan dari mata kami kaum adam. Tapi malah sebaliknya yang kamu dapatkan. Tak jarang jika dimata kami, kamu hanyalah penghias bumi saja. Yang seketika akan rusak dan usang dimakan waktu. Tak lebih. Maafkan kami duhai ukhti bila engkau marah kepada kami kaum adam. Kami menilai dari apa yang kami lihat. Benar, kamu memang cantik duhai ukhti. Tubuhmu sempurna,matamu indah dan tinggimu semampai, tapi apa itu berguna jika semua itu menjadi barang yang basi. Kami merasa sudah jemu tatkala setiap hari kamu hanya bisa memamerkannya. Berjalan dihadapan kami dengan berlenggang dan dihiasi dengan wanginya aroma parfummu yang menyengat hidung kami. Jangan salahkan kami tatkala kamu memang seperti wanita yang menjajakan dirinya dimalam hari. Karena dimata kami kamu dan mereka tidak ada bedanya. Sungguh amat kami sayangkan dirimu kelak duhai ukhti. Tatkala tanah, papan, dan pakaian kebangsaan telah dikenakan serta menjadi teman setia. Tak ada lagi yang dapat kamu banggakan. Tak juga sadarkah engkau bahwa dirimu itu sebenarnya indah dan mahal. Tak sadarkah engkau bahwa posisimu bisa lebih tinggi dari para bidadari yang begitu cantik. Tapi kamu bisa lebih cantik dari mereka dan kamu bisa menjadi pemimpin mereka.

 Ingatlah ukhti sayang... dalam neraka jahannam itu hanya kaummu yang paling banyak. Dan janganlah kamu menambah daftar panjang dengan namamu salah satu dari mereka. Tapi jadilah kamu salah satu pemimpin bidadari disyurga. Sehingga kami, kaum adam akan tergila-gila melihat kecantikanmu yang sangat sempurna kelak dan tentunya itu akan abadi. Takkan lekang dimakan waktu dan usia karena engkau akan muda dan cantik selalu. Bukankah itu lebih indah dan mahal dari pada yang kamu lakukan sekarang. Rambutmu memang indah tapi kenapa kamu memperlihatkan kepada kami. Tak sadarkah kamu bahwa kami ini adalah serigala yang setiap saat siap menerkammu karena kelaparan yang ada. Janganlah kamu menyalahkan kami sebagai perengut kehormatanmu, tapi tanyakan kepada dirimu mengapa itu semua bisa terjadi kepadamu. Apa yang salah dengan dirimu sehingga martabatmu terinjak-injak layaknya kotoran anjing yang dibuang tidak berguna. Apa yang kamu cari dalam dunia ini, jika kamu hanya memikirkan kecantikanmu tapi martabatmu lebih hina dari binatang. Sungguh, kami sangat prihatin kepadamu duhai ukhti. Tapi mengapa kamu tak sadarkan dirimu.

Duhai ukhti.... kamu sholat dan mengenakan mukena yang indah. Terbuat dari sutra dan bordiran yang mahal dan indah. Engkau begitu memukau dengannya. Sehingga seluruh malaikat bertasbih kepadamu dan para bidadari syurga cemburu kepadamu. Karena begitu indahnya kau dalam balutan mukenamu membuat hati kami tertegun melihatnya. Duh...duhai ukhti pingsan hati kami melihatmu terbalut mukena sutra yang berwarna hijau dan putih. Begitu indah dan syahdu engkau dengan mukenamu. Beginilah engkau bersahaja dan berpakaian wahai ukhti. Tapi...tatkala engkau menanggalkannya dan engkau kembali memakai pakaian hinamu, maka hilanglah kebanggaan kami kepadamu. Tak ada lagi keindahan yang engkau tampilkan melainkan kehinaan yang sangat menjijikan. Engkau begitu murah dan bermuran durja. Duhai ukhti...sungguh, tak ada yang kami inginkan melainkan melihatmu tersenyum sebagai pemimpin bidadari dengan kecantikan yang abadi takkan hilang dimakan waktu. Kami tak ingin melihatmu terjerembab dalam lembah neraka dan menjadi bahan bakar untuk menyalakan api yang pada akhirnya membakar dirimu sendiri. Duhai ukhti...apa yang kau cari dalam kehidupanmu ini. Tak sadarkah engkau bahwa kehidupanmu ini hanya sementara dan kau akan lebih lama didalam kuburmu dan akhirat. Apakah engkau mencari penghargaan yang abadi, padahal itu ada ditanganmu sendiri. Bukan ditangan dan dimata kami para kaum adam. Tidak. Tidak ada pada kami wahai ukhti, semua yang kau inginkan ada ditanganmu dan Allah Tuhanmu.

Tak sadarkah bahwa setiap mata lelaki ini ada binar serigala yang selalu menginginkan keindahan tubuhmu yang selalu kau tampakkan. Tak sadarkah engkau bahwa matanya yang jelalatan selalu mengintai tiap sudut dari likuk bentuk tubuhmu. Tak sadarkah engkau bahwa hidungnya selalu mencium bau harum dari parfummu yang membuatnya selalu merasakan kelaparan. Duhai ukhti, sadarlah dengan sesadar-sadarnya. Apalagi yang kau inginkan? Bila engkau mencari kemulian dengan cara ini maka kau hanya mendapatkan ludah dan kehinaan dari kami. Kami tak pernah memandangmu mulia karena kamu selalu memamerkan keindahan tubuhmu dan cara bicaramu yang merendahkan dirimu sendiri. Duhai ukhti, kami memohon agar engkau tidak menjadi penyihir tua yang selalu meniupkan buhul-buhulnya mencari pelampiasan. Bukankah itu adalah kecantikan yang semu. Walau kau berhasil memikat kaum adam, tapi sesungguhnya kami telah melepaskan harga dirimu sendiri. Apa guna semua yang kau buat tetapi semua itu hanya semu. Tak ada yang nyata melainkan harga dirimu yang kini telah terinjak oleh dirimu sendiri dan itu kau lakukan dengan sadar. Bila engkau mengingikan sang pangeran maka jadilah dulu engkau seorang putri yang indah dan mulia. Karena sang pangeran akan mencari yang indah dan mulia. Walaupun dia hanya seorang putri petani.

Sungguh, duhai ukhti..kami sangat menyayangimu, tapi kenapa kamu tidak menyayangi dirimu sendiri, begitu mudah kau mengobral cinta dan hatimu. Padahal engkau tidak pernah mengerti akankah dia menjadi yang terbaik dari dirimu. Duhai ukhti, nafasmu dan desahanya, sangat mematikan kami kaum adam. Jangan kau paksa kami untuk membubuhi keindahan dirimu dengan darah para syetan yang durja.

Wahai ukhti....
Sayangilah dirimu sendiri...
Berikan dirimu persembahan dari syurga...
Jika engkau ingin menjadi bunga, maka jadilah engkau bunga yang paling mahal. Jika engkau ingin menjadi mutiara, maka jadilah engkau mutiara yang sangat mahal sehingga untuk menjamahmu harus menjadi yang terkaya dan terhebat. Duhai ukhti, menjelmalah menjadi zamrud hijau di hamparan khatuliswa dan jadilah engkau awan senja yang teduh. Tatkala kami memandangmu, maka ketenangan hati yang didapat. Tatkala kami ingin menjamahmu, maka harga yang termahallah yang harus kami keluarkan yaitu keimanan kami untukmu. Duhai bunga yang menguntum dalam keindahan syurgawi, janganlah engkau menguncup dengan hawa neraka yang kau hirup dengan hidungmu sendiri.

Duhai ukhti....

Cintailah dirimu sendiri.....

Sayangilah kami dan dirimu sendiri...

Saudariku… Sampai Kapan Kau Terlena?

Segala puji bagi Allah swt, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi termulia, pemuka para rasul saw. Aku bersaksi bahwasanya tiada sesembahan yang berhak diibadahi kecuali Allah swt dan aku bersaksi bahwa Muhammad saw adalah hamba dan utusannya.

Saudariku muslimah…
Ketahuilah, kesulitan yang menimpa umat Islam saat ini merupakan adzab dari Allah. Adzab tersebut tidaklah turun kecuali disebabkan dosa-dosa para hamba, yang dengan itu diharapkan mereka mau bertaubat kepada Rabb mereka dan mau kembali kepada-Nya.

Dalam tulisan ringkas ini kami ingin menjelaskan sebagian sebab yang menyampaikan kita pada apa yang kita alami sekarang ini, agar kita mengoreksi diri dan memperbaiki kesalahan.

Pertama, dosa-dosa dan kemaksiatan
Tidak diragukan lagi bahwa dosa dan kemaksiatan termasuk sebab terbesar yang menyampaikan umat terdahulu pada kebinasaan. Ali radhiyallahu’anhu berkata: “Tidaklah turun bala (siksaan) kecuali karena dosa, dan bala tersebut tidak akan diangkat kecuali dengan taubat.”

Ketika bala menimpa suatu kaum, tak ada satupun usaha manusia yang mampu menahannya, meski ada orang-orang shalih ada diantara mereka, adzab tetap meliputi. Sebagaimana ucapan Zainab kepada Nabi saw: “Apakah kita akan dibinasakan sedangkan ada orang-orang shalih diantara kita?” Nabi bersabda: “Ya, apabila telah banyak kejelekan.” (HR. Bukhari no. 7059 dan Muslim no. 2880)

Pada umat ini pun ada orang-orang shalih, akan tetapi banyak pula tersebar kejelekan. Oleh karena itu hendaknya orang-orang yang memiliki akal menjauhi dosa-dosa dan kemaksiatan agar Allah swt  tidak memasukkan dirinya ke dalam adzab-Nya yang pedih dan tidak menghadapkan dirinya kepada kemurkaan Allah swt.

Berapa banyak penduduk negeri yang berada dalam keamanan dan ketenangan, mereka diberi nikmat dengan makmurnya kehidupan kemudian Allah swt membinasakan dan mengubah keadaan mereka. Allah swt ganti nikmat tersebut dengan kelaparan dan rasa aman dengan ketakutan disebabkan dosa dan kemaksiatan.

Allah berfirman (yang artinya): “Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan dengan sebuah negeri yang dahulunya aman dan tentram, rezeki datang kepada mereka melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi penduduknya mengingkari nikmat-nikmat Allah swt, karena itu Allah swt menimpakan kepada mereka kelaparan dan ketakutan disebabkan apa yang mereka perbuat.” (QS. An-Nahl:112)

Maka perhatikanlah kelembutan sifat Allah swt dan perhatikan bagaimana Allah swt mengubah keadaan mereka. Semua itu disebabkan dosa dan kemaksiatan hamba.

Kedua, lemahnya ketakwaan
Ketahuilah wahai Saudariku, semoga Allah swt merahmatimu.
Lemahnya takwa dalam hati juga merupakan sebab yang mengantarkan kepada kebinasaan dan hilangnya kenikmatan serta berubahnya keadaan yang paling baik menjadi yang paling buruk. Lemahnya takwa termasuk sebab datangnya murka Allah swt.

Dia yang Maha Suci berfirman (yang artinya): “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka barakah dari langit dan bumi. Tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat) Kami, maka Kami siksa mereka karena perbuatan mereka itu.” (QS. Al A’raf: 96)

Ketiga, merajalelanya kerusakan
Merajalelanya bermacam-macam perbuatan dosa, seperti wanita menampakkan perhiasan (aurat) nya di depan laki-laki yang bukan mahram, bercampur baurnya laki-laki dan wanita yang buka mahram tanpa hijab yang syar’i, banyaknya perzianaan, ditinggalkannya shalat dan zakat, banyaknya riba, homo seks, dan sebagainya termasuk sebab turunnya bala pada umat ini. Ketika perbuatan tersebut dilakukan terang-terangan dalam suatu kaum dan disiarkan sampai merata di kalangan mereka, maka dipastikan akan turun adzab. Allah berfirman dalam surat Ar-Ruum ayat 41 (yang artinya): “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia, agar Allah menimpakan kepada mereka sebagian dari akibat perbuatan mereka agar mereka mau kembali.”

Bila Allah ingin membinasakan suatu kaum, Allah swt jadikan orang-orang yang paling jahat diantara mereka bertambah kefasikan dan kerusakkannya kemudian mereka menyebarkan kerusakkan itu dan menyeru manusia untuk melakukannya. Saat itulah turun adzab, sebagaimana firman Allah swt (yang artinya): “Dan jika kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu supaya mentaati Allah swt, tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku perkataan (ketentuan) Kami, kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya.” (QS. Al Isra:16)

Keempat, merasa aman dari makar Allah swt.
Orang-orang yang shalih selalu tunduk dalam ketaatan, bertaubat, dan khusyu. Hati mereka bergetar karena takut kepada Allah swt dan khawatir terhadap adzab-Nya yang pedih. Namun sungguh mengherankan, ada orang yang menampakkan kemaksiatan di hadapan Allah swt secara terang-terangan. Sungguh mengherankan, ia terus-menerus melakukan dosa besar dan kemaksiatan. Tidaklah ia meninggalkan satu dosa kecuali telah melakukan dosa yang lain.

Sungguh mengherankan, wanita yang keluar dalam keadaan tidak berpakaian kecuali hanya sekedar menutup separuh badannnya, kemudian ia pergi ke pasar dan menimbulkan fitnah di hati hamba-hamba Allah swt. Betapa mengherankan orang yang lalai padahal ia berada dalam pengawasan Allah swt. Sungguh sangat mengherankan, bagaimana mereka semua merasa aman dari makar Allah swt !!

Apakah mereka belum pernah mendengar firman Allah swt (yang artinya): “Maka apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari datangnya siksaan Kami pada mereka di malam hari saat mereka tidur? Atau apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari datangnya siksaan Kami di waktu dhuha ketika mereka sedang bermain? Apakah mereka merasa aman dari adzab Allah (yang tidak terduga-duga)?. Tidaklah merasa aman dari adzab Allah kecuali orang-orang yang merugi.” (QS. Al A’raf:97-99)

Orang-orang yang merasa aman dari makar Allah swt adalah orang-orang yang merugi, karena mereka lengah dari adzab Allah swt hingga adzab itu sampai kepada mereka dengan tiba-tiba tanpa mereka sadari. Yang demikian itu disebabkan mereka merasa aman dari makar Allah swt. Mereka terus-menerus dalam kemaksiatan, tidak menyadari kemurkaan Allah swt hingga terjadilah apa yang terjadi.

Wahai Saudariku muslimah…sepantasnya seorang muslim yang hakiki mengetahui beberapa perkara penting berikut ini:

Pertama, hendaknya kita berserah diri dan meyakini bahwa Allah swt tidak akan mendzalimi siapapun sebagaimana firman-Nya (yang artinya): “Dan sekali-kali Allah tidak mendzalimi hamba-hamba-Nya.” (QS. Fushilat: 46)

Sebab turunnya adzab kepada manusia adalah akibat ulah mereka sendiri, sebagai buah dari amalan mereka. Allah swt berfirman (yang artinya): “Dan musibah apapun yang menimpa kalian adalah disebabkan perbuatan kalian sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahan itu).”

“Dan Allah swt tidaklah mendzalimi mereka, akan tetapi diri-diri mereka sendirilah yang dzalim.” (QS. Ali Imran: 117)

Kedua, wajib atas setiap muslim mengetahui bahwa ujian itu datangnya dari Allah swt. Firman Allah swt (yang artinya): “Dan Kami akan memberi kalian cobaan dengan kejelekan dan kebaikan sebagai ujian dan hanya kepada Kami lah kalian akan dikembalikan.” (QS. Al Anbiya: 35)

Hendaknya pula ia mengerti bahwa Allah swt menguji hamba-hamba-Nya agar dapat dibedakan siapa yang betul-betul beriman kepada Allah swt dan siapa orang-orang munafik, siapa yang jujur dan siapa yang dusta. Hal ini adalah sunatullah yang berlaku pada umat-umat terdahulu. Allah swt berfirman (yang artinya): “Dan agar Allah swt membersihkan orang-orang yang beriman (dari dosa mereka) dan membinasakan orang-orang kafir. Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad diantara kalian dan belum nyata orang-orang yang sabar.” (QS. Ali Imran: 141-142)

Ketiga, wajib bagi kita untuk bersabar, mengharap pahala, dan memuji Allah swt atas segala yang ditakdirkan-Nya. Hendaknya kita tidak mengeluh atas takdir buruk yang menimpa kita. Kesabaran adalah jalan yang paling selamat dan paling mudah untuk mendapatkan kelapangan dari Allah swt. Dia berfirman (yang artinya): “Jika kalian bersabar dan bertakwa maka yang demikian itu sungguh merupakan hal yang patut diutamakan.” (QS. Ali Imran: 186)

Keempat, marilah kita bertaubat kepada Allah swt dan memohon ampunan-Nya atas apa yang telah kita lakukan baik itu perbuatan maksiat dan dosa-dosa ataupun kelemahan dalam menjalankan kewajiban. Kita sadari bahwa taubat adalah satu-satunya cara mencapai jalan keselamatan. Akankah kita sambut seruan Allah tatkala berfirman (yang artinya): “Dan bertaubatlah kamu sekalian wahai orang-orang yang beriman agar kalian beruntung.” (QS. An Nur: 13)

Ataukah kita akan terus berada dalam kemaksiatan dan dosa dengan meninggalkan shalat, memakan riba, dan lainnya?
Akankah para wanita tetap bertabarruj (bersolek dan dipertontonkan di depan laki-laki bukan mahram) dan safar (bepergian) tanpa mahram? Apakah kita ingin menunda taubat dan melupakan firman Allah swt (yang artinya): “Dan barangsiapa yang tidak bertaubat maka merekalah orang-orang yang merugi.” (QS. Al Hujurat: 11)

Wahai Saudariku muslimah…marilah kita bertaubat kepada Allah swt dengan taubatan nashuha (yang tulus):
“Wahai Rabb kami, hilangkanlah adzab dari kami, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang beriman kepada-Mu.” (QS. Ad Dukhan: 12)

Mari kita kembali kepada Allah swt. Semoga Allah swt meringankan bencana atas kita dan menahan siksa-Nya. Shalawat dan salam atas Nabi kita Muhammad saw

Sebuah Renungan Hati Untuk Ukhti Muslimah

Teruntuk Ukhti muslimah putri islami bagi dien ini. “semoga Allah swt senantiasa menjaga kesucian harga dirimu di tengah dahsyatnya fitnah dan ujian.”.

Ukhti muslimah, Ukhti islami di negeri pertiwi…

Malam ini ada gelisah yang menyusup kedalam jiwaku.Aku terbangun dengan ikatan -ikatan kecemasan.Mataku berembun sebagaimana kaca jendela kamarku yang setiap malam berbasah embun musim dingin yang begitu dahsyat.Tak ada suara selain teriakan – teriakan bathin yang menggema di liang telingaku ketika teringat keadaanmu di negeri pertiwi yang dirudung fitnah begitu besar.

Ukhti islami dinegeri pertiwi …

Kuambil pena setelah kulantunkan untaian do'a. Semoga lantunan pena kegelisahan ini membuat jiwa-jiwamu tersadar akan apa yang sebenarnya kami rasakan. Hingga pena ini tergerak untuk menasihatkan.

Ukhti muslimah…

Jika tarian pena kegelisahan ini terlalu latah dan kering , semoga tetesan bening yang membersamai tulisan ini bisa menyejukkan suasana hatimu laksana gerimis ketika hadirnya musim panas.

Ukhti islami yang sedang membaca renungan hati ini , adakah waktu beberapa menit saja di tengah kesibukanmu bersama tugas sekolah/kuliah/kerja..? Dan adakah beberapa saat saja untuk meluangkan isi hati dan perasaan demi membaca tarian pena di lembar putih ini..? Dan adakah sebentuk kesabaran yang setiap sisinya dihiasi perhatian untuk menyelesaikan membaca renungan hati ini hingga akhir..? Aku mohon engkau tak merasa keberatan ataupun waktumu tercuri untuk sekedar mendengarkan renungan hati dari seseorang yang barang kali tak pernah engkau mengenalnya.

Ukhti islami…

Izinkan tarian pena ini menggores lembut lembaran-lembaran putih ini sebagai lukisan hati aku yang sedang cinta dan cemburu karena Allah swt. Biarkan diri ini berterus terang menuliskan untaian kalimat yang sebelumnya telah aku tulis di lembar hati aku sebelum ku tuangkan di lembar putih ini. aku pun tak mengerti apakah dirimu merasa senang atau malah benci dengan kehadiran renungan hati ini yang tak pernah kau harapkan sebelumnya. aku serahkan semua kepada pemilik hati setiap jiwa yaitu Allah swt...


Ukhti islami …

Sengaja kutulis renungan hati ini untukmu ,karena aku berharap lewat renungan hati ini bisa menjadi wasilah yang membuat harga dirimu mewangi bak melati yang mekar berseri..

Ukhti muslimah…

Aku tulis renungan hati ini disaat hati aku kalut dan resah melihat keadaanmu. Hingga terkadang hanya elusan dada sebagai rasa iba yang terpendam didalam jiwa.

Bagaimana tidak iba jika setiap hari aku lihat saudari-saudarimu ditelanjangi auratnya..? Ditelanjangi sehelai demi sehelai pakaian harga dirinya di depan jutaan orang sebagai tontonan para penggembira yang mengabdikan diri kepada hawa nafsu setan.

Bagaimana tidak resah jika tiap waktu slalu kudengar saudari-saudarimu di nodai kehormatannya , bahkan menyerahkan seluruh tubuhnya demi diobral di majalah-majalah murahan yang menjerumuskan ke jurang perzinaan, Jurang yang menjijikkan yang tak pantas dilakukan kecuali para binatang yang tak berakal.

Hmmz…. bagaimana diri ini tak bersedih menangis bahwa sebenarnya pasukan setan itu menggiring mereka ke lembah-lembah jahanam di balik ketertawaan dan kemasyhuran yang sebenarnya adalah tipuan.

Ukhti islami di negeri pertiwi…

Tidak tahukah dirimu bahwa ada bening yang menetes hangat membasahi dua pipi ini saat melihat keadaanmu..? Akan tetapi seolah dirimu tak pernah mengerti arti sebuah air mata dari seseorang yang mengharapkan kejayaan harga dirimu dalam menopang panji islami bagi dien ini, Hingga akhirnya dirimu enggan mendengarkan nasehat yang dengannya mungkin Allah swt menjadikan wasilah kebaikan bagi dirimu di dunia dan akhirat kelak.

Kutulis suratan hati ini sebagai nasehat uintukmu karena Allah swt semata. Kugores saat mulut ini tak sanggup lagi bicara karena saudari-saudarimu yang tertipu itu semakin membabi buta mengumbar aurat didepan pria, Mereka bangga menjadi mangsa serigala-serigala pengumbar cinta dusta, Seakan mereka tak pernah bersedih dan justru bangga menumpuk dosa setiap harinya. Berzina dengan setiap pria yang diinginkannya demi memuaskan nafsu bejatnya.Berlenggak lenggok bagaikan cacing yang kepanasan di club-club malam, Menghabiskan hari-hari siang dan malam dengan lantunan musik yang melalaikan, Meninggalkan istananya menuju panggung–panggung hiburan. Wajahnya menghitam dibalik polesan bedak tebal yang tak pernah terbasuh sucinya air wudhu yang mencerahkan, Keningnya telah jauh dari sujud sebagaimana bejat akhlaqnya yang tak karuhan.Berdandan dan berdandan demi laris dalam perzinaan.

Oh… betapa jauhnya mereka dari belaian suami tercinta, karena kekasih mereka adalah serigala yang tajam taring dan kukunya. Tak pernah merasakan nikmatnya bercanda dengan anak tercinta karena rahim mereka telah mereka haramkan dari mengandung anak sebagai anugerah dari Arrahman, Rahim mereka kotor dengan air mani haram dan menjijikan . Naudzu b illahi mindzalik

Wahai Ukhti islami…

Tidak sampaikah kabar yang benar dari langit akan kebanyakan penghuni neraka adalah wanita..? Belum datangkah kepadamu akan nasehat dari kitab dan sunnah tentang orang-orang dari kalangan wanita yang di haramkan Allah swt mencium bau jannah..? Padahal bau jannah itu tercium dari jarak 500 tahun perjalanan. Itulah para wanita penggembira di dunia tanpa mengindahkan perintah-Nya.

Ukhti islami…

Sampai disini aku tak megerti apakah kata–kata ini menembus ke relung hatimu, Hingga membuat dirimu sudi merenung sejenak untuk memperbaiki diri menjadi sesosok muslimah sejati..?  Muslimah sejati yang hidupnya bahagia dengan suami setia tercinta hingga di surga. Muslimah sejati yang jiwanya kaya dengan kasih sayang tulus kepada anak tercinta. Dan muslimah sejati yang hidupnya mulia karena menutup auratnya.

Kuharap masih tersisa secuil kesempatan untuk telusuri goresan-goresan pena di lembar putih ini.

Ukhti islami di negeri pertiwi…

Kutulis suratan hati ini saat nuraniku menjerit dan berteriak kesakitan melihat harga dirimu diinjak–injak oleh anjing–anjing durjana yang setiap saat mengintaimu, Mereka menyembunyikan kebuasan nafsunya di balik kata-kata cinta manis dan menawan, Emansipasi dan persamaan gender yang sebenarnya rayuan gombal, Mereka menyembunyikan semua itu padahal hati mereka penuh dengan makar dan tipuan bejat mereka.

Ukhti islami di negeri pertiwi…

Kedua mata ini sudah sepat membuka dan menatap hari-hari yang ditaburi kemaksiatan dan telinga ini pun juga bosan mendengar musik–musik setan yang dihalalkan pengikut kebatilan, Setiap ruang dan waktu musik-musik itu bergema di telinga dengan syair-syair cinta dusta, Di puja-puja dan dihafal para remaja melebihi cintanya terhadap ayat-ayat al-quran yang mulia, Bahkan ratusan ribu keluar demi menyaksikan konser musik, dengan berdesak-desakan dan berjingkrak ria. Bahkan diantara mereka ada yang meningggal di tempat maksiat bersama iringan suara gitar dan band yang melalaikan.

Ukhti islami…

Sampai kapan air mata ini kan mengering dan sampai kapan kepedihan ini kan berakhir, Aku tak mengerti jawabannya. Yang aku bisa hanyalah memberikan nasehat bagi jiwa-jiwa yang menerimanya, Ukhti islami yang masih tenggelam dalam keterlenaaan, Ku harap engkau segera mengakhiri hari-hari kelabumu dimana bunga-bunga harga dirimu berguguran di tangan kumbang-kumbang tak beradab.

Ukhti islami…

Biarkan diriku dengan seonggok kesedihan ini meneruskan kembali goresan renungan hati ini. Dan kalaulah boleh jujur hati ini sering kali menangis melihat putri-putri islami di sembelih rasa malunya dengan pisau–pisau mode, dirobek dengan belati emansipasi dan ditusuk-tusuk dengan pedang persamaan gender. Sungguh mereka telah menghalalkan segala cara.demi tercapai tujuan nafsunya.

Ukhti islami…

Musuh-musuhmu telah menyiapkan ribuan wanita yang setia berperang di jalan setan, Mereka memberikan seluruh tubuhnya untuk merusakmu lewat film -film porno majalah-majalah bejat dan jutaan situs terlaknat, Mereka berikan suara indahnya tuk mendendangkan syair-syair setan yang mereka atas namakan dengan cinta, Setiap hari mereka bicara dengan subhat mereka dengan dukungan ratusan media masa.
Ukhti islami yang hatinya masih terbingkai anggun keyakinan bahwa Allah swt adalah Rabb sesembahannya, Kekhawatiran dan kecemburuan dalam hati ini tidak lain karena kebanyakan dirimu telah terperangkap di lorong-lorong fujur itu. Bahkan diantara dirimu telah terbuai dengan ungkapan-ungkapan gombal dari para wanita jalang di layar lebar dan majalah kacangan di pinggir jalan, Diantara dirimu telah terlena dengan rasi-rasi bintang yang tak lebih perkataan syirik yang dihiasi dengan ramalan kebatilan

Ukhti islami…

Aku menghawatirkan karena subhat dalam dirimu akan hijab sebagai pakaian wajibmu dimana mereka memakai kerudung kecil berwarna warni merangsang pandangan mata .Berjalan didepan pria dengan celana jeans dan baju ketatnya. Wajahnya bersolek dan dibumbui parfum yang menyengat setiap orang yang dilaluinya. Mereka tampak islami sebenarnya menodai kemurniaan islam. dibalik kejahiliyahan model baru. Dimanakah mereka diantara hijab islami yang diajarkan Nabi saw..? Dimanakah mereka diantara adab islami yang dicontohkan istri-istri Nabi saw..? Mengapa masih ada muslimah yang bertabarujj bahkan tidak mengenal jilbab sementara al qur’an dia dengar setiap hari..?

Ukhti islami…

Apa yang membuatmu membenci jilbab padahal ia pakaian anggunmu dimata Allah swt..? Apa yang membuatmu ragu dengan jilbab padahal ia menjaga kehormatanmu dari mata-mata jalang, Kenapa engkau lebih menyukai berdandan seronok dengan aurat terbuka menjadi ajang zina mata durjana. Jika bukan ridha Allah swt ridha siapa lagi yang akan engkau cari..?

Ukhti islami…

Kutulis renungan ini untukmu karena ada harga yang harus kau bayar dengan mahal di batas waktu yang tak terhingga, Dan sesungguhnya penggalan nafas yang tak akan kembali ini akan bersaksi dihadapan ilahi. Tapi kenyataannya mengapa masih ada yang begitu tega menggadaikan harga diri dan kehormatan demi selembar uang..? Bahkan harga dirinya tak sewangi bunga lagi karena naik turun sesuai pasaran perzinaan..

Ukhti islami…

Akal sehat yang mana yang rela menjual harga dirinya dengan hanya sebotol sampo atau sebutir sabun untuk telanjang di mata jutaan orang. Ah…barang kali engkau terlalu bermimpi menggapai kemasyhuran dan lupa siksaan sebagai tebusan. Tidak tahukah tubuhmu yang setiap hari kau dandani itu telah ditunggu ulat-ulat busuk yang siap menggorogoti..? Dan dirimu dikenal orang sebagai bintang perzinaan yang didemeni laki-laki biadab yang berhianat pada istri-istrinya, Apakah engkau suka saat kematian menjemputmu dan dirimu menjadi maskot dalam kemaksiatan..?

Hmmz…kuharap engkau mengerti renungan hati ini. Bahwa sesungguhnya aku sangat ingin engkau masuk islam dengan kaffah. Aku ingin dirimu merasakan secuil iman yang setelah itu engkau tak berpaling kepada kejahiliyahan. Aku ingin engkau meneguk setetes hidayah yang membuat kehausan nafsu birahimu terobati selamanya, Semoga Allah swt membuatmu mencintai keimanan dan membenci jalan-jalan kejahiliyahan dan kefasikan.

Ukhti islami…

Kalau bukan dien ini nasehat apa gunanya pena latah ini ku alunkan. Harapanku minimal nasehat ini membebaskan ku dari tuduhan sebagai ”setan bisu” yang ridha dengan kemungkaran. Lebih jauh dari itu semoga suratan hati ini menjadi wasilah dan hujjah yang mengantarkan ke janah abadi bersanding bersama bidadari.

Saudariku Ukhti islami…

Kuharap engkau tak bosan membaca renungan hati ini, Nasehat yang jujur apa adanya dari seseorang yang cinta dan cemburu karena Allah swt dengan harga diri saudarinya, Kalau bukan karena ridha Allah swt tak akan pernah ku goreskan pena ini untukmu..  Semoga setiap kata yang kau baca dapat kau pahami dan bernilai ibadah disisi Allah swt

Ukhti islami…

Ingatlah para muslimah di zaman sahabat, ridha Allah swt dan Rasul-Nya adalah tujuan utama. Tak bergeming menghadapi ocehan orang-orang musyrik dalam memegang diennya. Bersegera meyambut seruan Allah swt, bahkan dalam berbagai moment mereka adalah rijal yang siap membela Rasulullah saw saat di lukai dan di lecehkan kehormatannya. Asma’,Nusaibah, Khansa tak perlu ku ceritakan tentang mereka karena namanya telah terukir indah dalam sejarah ummah. Pesona teladan yang mekar mewangi bagi para muslimah sejati.

Ukhti islami …

Lihatlah sekelilingmu tentang keadaan kaum muslimah hari ini. Siapakah diantara mereka yang menjadikan para istri Nabi saw dan sahabat sebagai teladan..? Padahal mereka adalah orang-orang yang di janjikan dengan jannah. Bahkan diantara mereka namanya telah tercatat sebagai penghuni surga sedang mereka masih hidup di dunia.

Kenapa wanita-wanita penzina lebih di sukai dan disebut-sebut dari pada sosok mulia itu..? Meniru mereka dari gaya rambut dan pakaian serba terbuka. Bahkan jika mereka terpelosok kedalam lembah zina akan mereka ikuti juga. Dimanakah harga diri itu wahai putri islami....? Dimanakah kesucian diri dari perbuatan busuk itu...?

Lihatlah wahai putri islami, lihatlah dengan matamu yang bersinar betapa ribuan muslimah telah mengabaikan perintah Allah swt. Bahkan mereka tak mengerti bahwa jilbab itu wajib sebagaimana shalat dan zakat, Bahkan mereka akan berdosa jika mereka enggan memakainya, Tapi kebanyakan mereka menutup diri dan mencaci pemilik jiwa yang murni yang menunaikan perintah Allah swt. Siapa yang hari ini tak mencibir orang muslimah yang berjilbab besar dan bercadar. Ejekan-ejekan tak senonoh, kata-kata pedas dan menghina, pandangan-pandangan benci dan marah, serta tuduhan-tuduhan ekstrim dan kolot lekat dari mulut-mulut yang mengaku dirinya seorang muslimah..

Tidakkah mereka melihat dirinya yang lebih hina dengan bermaksiat kepada Allah swt setiap harinya..? Tidakkah mereka sadar akan ancaman siksa Allah swt yang begitu perih..? Dan tidakkah mereka mengerti bahwa harga dirinya telah membusuk dikelilingi makhluk kotor setan penyembah syahwat..?

Ukhti islami….

Jika serigala hewan itu hanya menginginkan daging, tapi serigala manusia menginginkan sesuatu yang lebih berharga dari itu, Dia ingin engkau kehilangan harga diri. Mereka berusaha memburu harga dirimu dan merobek-robek dalam ranjang perzinaan setelah itu engkau ditertawakan karena engkau bagaikan binatang jalang yang tak punya lagi harga diri kemudian dijadikanlah engkau ajang jual beli bagi para penyembah birahi.

Ukhti islami…

jangan tertipu kebusukan makar setan yang dibalut dengan cinta-cinta palsu seperti valentine day. Betapa hari itu telah menjadi sakral bagi penodaan yang berkedok cinta dan kasih sayang, Berapa harga diri telah melayang dalam kepalsuan dan kenaifan Bahkan mereka mengenangnya sebagai hari bersejarah tentang kebusukan cinta mereka, mencatatnya didalam agenda dan seolah dosa-dosa itu terasa manis saat di kenangnya,Naudzubillahi mindzaliq..

Tidakkah engkau melihat wanita-wanita kafir penyembah syahwat yang hidupnya bergelimang dengan zina setiap harinya..? Bahkan mereka membunuh anak dalam perutnya sebelum ia dilahirkannya..? Entah berapa ribu anak yang dibunuh dari berzina, entah berapa ribu pula anak yang hidup tak mengetahui siapa bapaknya, Hmmz…begitukah yang kau cari wahai Ukhti islami..?

Saudariku….

Tak perlu aku ceritakan tentang pacaran yang telah menjadi tuntunan bagi para pemuda umat ini, Hati ini diris-iris ketika masuk dan melihat sosok-sosok pemuda-pemudi di universitas-universitas islam,di Mall,pinggir jalan juga tempat rekreasi Duduk berdua-duaan di kesepian asyik pacaran.
Jilbab gaul yang tak karuan, pergaulan bebas yang telah dihalalkan. Musik-musik yang dilantunkan pengganti al qur’an . Hanya beberapa gelintir ihwah mahasiswa dan akhwat lainnya yang Allah swt selamatkan dari kejahiliyahan itu, Dan itu pun mendapat tekanan dari berbagai kalangan, Semoga Allah swt teguhkan jiwa mereka.


Ukhti islami …

Tahukah engkau bahwa seseorang akan diadzab karena cinta yang ia sekutukan karena Allah swt..? Pahamkanlah dirimu bahwa rindu-rindu palsu itu ibarat kerak dosa didalam qolbu yang menghalangi beningnya hatimu dari hidayah Allah swt..? Dan mengertikah cinta selain Allah swt itu tidak pernah akan abadi meskipun ibarat Romeo dan Juliet..?

Lantas mengapa begitu mudahnya kau obralkan cintamu dengan seseorang yang berkata “I LOVE YOU” untuk merayumu..? Kenapa kata-kata itu membuatmu luluh tak berdaya dan kau berikan seluruh dirimu kepada laki-laki asing yang bukan suamimu..? Kenapa kata kata itu menjadi berhala didalam hatimu dan kau nodai cinta Allah swt..? Kenapa wahai putri islami kata yang sebenarnya bisikan iblis itu membuat dirimu gelisah tidur dan jiwamu melayang-layang..?

Semua itu karena engkau tak mengerti akan cinta Allah swt, Dan ruang hatimu kau biarkan kosong dengan cinta-cinta setan, Lupakan kata kata itu dari hatimu kecuali suamimu yang Allah swt halalkan sebagai bajumu. Jadikanlah cintamu ladang pahala, Ladang pahala yang tumbuh dari akar-akar ma’rifatullah, Dan batangnya kuat perkasa menjulang keangkasa dengan tauhidulloh. Jagalah cintamu, awasi jangan pernah lengah hingga engkau berlabuh di dermaga ketenangan jiwa yang bernama pernikahan islami yang diberkahi.

Hmmz… betapa banyaknya muslimah hancur dengan cintanya yang liar diantantara serigala-serigala buas. Demi hawa nafsunya yang berkata atas nama cinta sejati mereka serahkan seluruh tubuh dari ujung rambut sampai ujung kaki untuk di nodai. Bahkan demi cinta palsunya ribuan orang rela bunuh diri.

Ukhti islami…

Cobalah berfiikir bening dan jernih. Tanyakan dengan jujur kepada nuranimu yang lembut itu. Tentang kemasyuran yang kau buru atau pun kebebasan yang kau tuju. Apakah kebebasan yang kau maksud itu kebebasan berkencan dan berzina, seperti wanita-wanita kafir penyembah syahwat..? Apakah berjingkrak ria dikonser musik itu kebebasan yang kau cari..? Ataukah berdandan seksi didepan umum itu yang kau maksud..? Cobalah tanyakan lagi semua itukah kebahagiaan seorang wanita..? Ataukah dengan tunduk dengan syari'ah Allah swt Menjadi wanita shalehah yang terjaga auratnya..? Yang dibelai suami dengan mesranya kasih sayang dalam keluarga. Begitu juga didamba putra dan putri tercinta dalam membina keluarga bahagia.

Tanyakanlah wahai Ukhti islamiku...

Demi Allah tanyakan kepada pemburu syahwat itu. Apakah mereka rela jika anak cucunya kelak menjadi biduanita yang dihargai dengan selembar uang..? Apakah mereka tega melihat anak-anaknya dicengkram serigala-serigala buas yang siap merobek harga dirinya..? Tanyakan pada mereka yang setiap malam menjual diri di club-club malam menjadi wanita penghibur. Apakah mereka mendapatkan kebahagiaan dengan tidur bersama laki-laki buas dan relakan mereka jika putrinya kelak seperti dia yang tak punya harga..? Tanyakan wahai putri Islamiku, tanyakan jika engkau masih ragu. Tentang orang yang termahsyur diantara penyembah syahwat itu, tanyakan kepada mereka yang berlenggak-lenggok disorak sorai tepukan tangan jutaan orang. Kebahagiaan seperti apa yang dia cari dibalik keternodaaan harga dirinya.

Ukhti islami…

Kenapa kebanyakan engkau tak sadar bahwa kebanyakan wanita telah menjadi barang dagangan di tangan penyembah syahwat, Lihat dan bukalah matamu disepanjang jalan penuh dengan pampangan wanita telanjang disapu mata sembarang orang. Lihat wahai putri Islamiku disetiap produk barang kecantikan wanita dijual dengan kemurahan. Dan iklan Tv pun setiap detik seolah tak berhenti memamerkan aurat wanita. Siapakah diantara bintang Tv yang paling terkenal..? Tidak lain wanita yang paling berani menjual harga dirinya. Dan tak perlu kau tanya tentang koran murahan dan majalah rendahan disudut-sudut jalanan yang memamerkan wanita telanjang penghibur preman jalanan.

Apa yang kau cari wahai putri islamiku di balik semua itu...? Apa yang kau dapat dengan berkencan dan foto bersama dengan orang orang fasik pembela musik...?
Apa gunanya menghabiskan masa mudamu dengan pacaran bersama laki-laki yang belum tentu jadi suamimu..?

Ukhti islamiku…

Ku harap engkau masih bersamaku hingga akhir renungan hati ini, Aku selalu dirundung duka dan dibalut rasa resah selama dirimu tak mau mengerti atau kau anggap angin lalu tentang apa yang aku ungkapkan di lembar putih ini. Bukannya diri ini ingin dikenang, sama sekali tidak wahai Ukhti islamiku, Aku tidak ingin setiap muslimah menjadi mangsa bagi serigala-serigala buas penyembah syahwat dan aku tidak ingin mereka nantinya menyesal karena merasa mengkhianati calon suaminya meskipun mereka tak mengetahuinya saat ini.

Ukhti islami …

Jika fitrahmu yang lembut itu masih murni, dan jika nalurimu yang halus itu belum terkoyak dan ternodai aku yakin, ya demi Allah aku yakin engkau akan menemukan jalan kembali dari kebimbangan yang engkau hadapi. Tidak lain dan tidak bukan dengan mengetuk pintu Allah swt yang terbuka bagi siapa saja siang dan malam.

Saudariku berhentilah dari kefujuran itu. Engkau adalah calon ibu yang menjadi teladan bagi putra-putrimu. Jauhilah teman dan tempat-tempat yang akan menyeretmu kejurang kehinaan, Dan mulailah mengenal Allah swt dengan menuntut ilmu dihalaqah halaqah kajian keislaman.

Ukhti islami…

Temanilah jiwa-jiwa yang tegar yang menjaga syari'ah Allah swt dan saling menasehatilah dalam ketaqwaan dan kesabaran.

Ukhti islami…

Setelah kau baca renunganku ini aku berdo'a semoga engkau menjadi permata yang selalu berkilau menyejukkan pandangan suamimu yang shaleh, Begitu juga menjadi teladan bagi keluargamu dan anak anakmu,Hingga bisa menjadi pelangi islam yang indah itu menghiasi setiap rumah tanggamu.

Dan maafkan aku jika kata-kata dilembar putih ini terlalu hambar dan kasar. Namun aka yakin engkau lebih tahu apa yang harus kau lakukan setelah membaca Artikelku ini. Memang tak pantas diri ini menulis banyak karena memang bukan ulama yang pantas menuliskannya,Bukan pula seorang pujangga yang kata-katanya bagai mutiara gemerlap didalam jiwa. Namun aku hanya seorang yang ingin menyampaikan nasehat kepada saudaranya satu agama.

Jika pena yang latah ini menuliskan kata-kata yang mengiris pilu hatimu, maka bukan itu maksudku renungan hati ini tak lebih hanyalah wasilah yang semoga bersamaan membaca surat ini maka bersama pula turunnya hidayah atas dirimu, Ya aku sangat berharap seperti itu.

Ukhti islami…

Engkau mempunyai andil yang besar dalam meretas jalan panjang perjuangan, Entah apa jadinya jika wanita muslimah bertingkah laksana wanita kafir yang Allah swt janjikan jahanam. Sekali-kali jangan lah engkau tertakjub, dimata Allah swt mereka tak ada harganya dengan wanita budak yang beriman, Keindahan sejati itu bukan diwajah dan tubuh tapi dalam keshalehahan dan akhlak yang terpuji, Engkau lah seharusnya pemilik keindahan itu, Ya.. hanya engkau wahai putri islami.

Dan inilah akhir dari renungan hatiku. Mudah mudahan akhir renungan ini mengakhiri pula kebimbanganmu untuk memutuskan menjadi muslimah sejati. Begitu juga menjadi akhir dari hari-hari lalumu yang penuh kejahiliyahan.

Saudariku tak ada yang terlambat untuk menjadi muslimah sejati. Buang kata kata, ”TAPI AKU BELUM MANTAP, NANTI KELUARGAKU GIMANA..?”. Tak ada kata “NANTI“ bagi pribadi yang ingin mekar mewangi. Dan tak ada kata “TAPI” untuk merubah diri lebih berseri.

Saudariku…

Allah swt setia menanti taubatmu setiap pagi siang serta sore dan malam hari. Segeralah bertaubat sebelum mentari terbit dari barat atau nyawa telah sampai ditenggorokan dengan mengucap,

Astaghfiruuka wa 'atuubu ilaih.

"Aku memohon ampunan dan aku bertaubat kepada Allah."

Sekarang katakan pada dirimu sendiri :
“AKU HARUS MENJADI MUSLIMAH SEJATI, HARUS DAN HARUS APAPUN YANG TERJADI”.
Saudariku aku sangat yakin dengan dirimu. Kau bisa mewujudkan cita cita mulia itu. PERCAYALAH..!!!

Ya Allah.. Ya Rasulullah..

Ya Allah.., aku masih ingat saat pertama dulu aku belajar mencintai-Mu dan Rasulullah saw, lembar demi lembar kitab kupelajari Untai demi untai kata para ustadz,Waliyullah serta Habiballah  kuresapi Tentang cinta para nabi Tentang kasih para sahabat Tentang mahabbah para Ahlusunnah wal jama'ah Tentang kerinduan para syuhada Lalu kutanam di jiwa dalam-dalam Kutumbuhkan dalam mimpi-mimpi dan idealisme yang mengawang di awan

Tapi Rabbii, Berbilang detik, menit, jam, hari, pekan, bulan dan kemudian tahun berlalu aku berusaha mencintai-Mu dan Rasulullah saw dengan cinta yang paling utama, tapi Aku masih juga tak menemukan cinta tertinggi untuk-Mu dan Rasulullah saw. Aku makin merasakan gelisah. Dalam cinta yang mengawang, Sedang kakiku mengambang tiada menjejak bumi Hingga aku terhempas dalam jurang Dan kegelapan Wahai Ilahi…

Kemudian berbilang detik, menit, jam, hari, pekan, bulan dan tahun berlalu Aku mencoba merangkak, menggapai permukaan bumi dan menegakkan jiwaku kembali Menatap, memohon dan menghiba-Mu: Allahu Rahiim, Ilaahi Rabbii, Perkenankanlah aku mencintai-Mu dan Rasulullah saw, Semampuku Allahu Rahmaan, Ilaahi Rabii Perkenankanlah aku mencintai-Mu dan Rasulullah saw Sebisaku Dengan segala kelemahanku Ilaahi…

Aku tak sanggup mencintai-Mu dengan kesabaran menanggung derita Umpama Nabi Ayyub, Musa, Isa hingga Al musthafa Karena itu izinkan aku mencintai-Mu dan Rasulullah saw melalui keluh kesah pengaduanku pada-Mu atas derita bathin dan jasadku atas sakit dan ketakutanku Rabbii, aku tak sanggup mencintai-Mu dan rasulullah saw seperti Abu bakar yang menyedekahkan seluruh hartanya hanya untuk  mengharap serta mendapat ridha-Mu dan Rasul-Mu' atau layaknya Umar yang menyerahkan separuh harta demi jihad. atau Utsman yang menyerahkan 1000 ekor kuda untuk syi'arkan dien-Mu. Izinkan aku mencintai-Mu dan Rasulullah saw melalui seratus-dua ratus perak yang terulur pada tangan-tangan kecil di perempatan jalan, pada wanita-wanita tua yang menadahkan tangan di pojok-pojok jembatan. Pada makanan-makanan sederhana yang terkirim ke handai taulan. Ilaahi, aku tak sanggup mencintai-Mu dan Rasulullah saw  dengan khusyuknya shalat seperti khusyuknya shalat Sayidina Ali r.a.(menantu Rasulullah saw)hingga tiada terasa anak panah musuh terhujam di kakinya. Karena itu Ya Allah, perkenankanlah aku tertatih menggapai cinta-Mu, dalam shalat yang coba kudirikan terbata-bata, meski ingatan kadang melayang ke berbagai permasalahan dunia...

izinkanlah aku untuk mencintai-Mu dan Rasulullah saw dalam satu atau dua raka'at Qiyamul lailku. Dalam satu dua sunnah nafilah-Mu. Dalam desah napas kepasrahan tidurku. Ya Rahmaan.., aku tak sanggup mencintai-Mu dan Rasulullah saw bagai para al hafidz dan hafidzah, yang menuntaskan kalam-Mu dalam satu putaran malam. Perkenankanlah aku mencintai-Mu dan Rasulullah saw melalui selembar dua lembar tilawah harianku. Lewat lantunan satu atau dua ayat hafalanku. Yaa Rahiim aku tak sanggup mencintai-Mu dan Rasulullah saw semisal Sumayyah, yang mempersembahkan jiwa demi tegaknya Dien-Mu. Seandai para syuhada yang menjual dirinya dalam jihadnya bagi-Mu dan Rasul-Mu. Maka perkenankanlah aku mencintai-Mu dan Rasulullah saw dengan mempersembahkan sedikit bakti dan pengorbanan untuk dakwah-Mu. Maka izinkanlah aku mencintai-Mu dan Rasulullah saw dengan sedikit pengajaran bagi tumbuhnya generasi baru.

Allahu Kariim..,aku tak sanggup mencintai-Mu di atas segalanya bagai Nabi Ibrahim yang rela tinggalkan putra dan zaujahnya, dan patuh mengorbankan pemuda biji matanya. Maka izinkanlah aku mencintai-Mu dan Rasulullah saw di dalam segalanya. Izinkan aku mencintai-Mu dan Rasulullah saw dengan mencintai keluargaku, dengan mencintai sahabat-sahabatku, dengan mencintai manusia dan alam semesta. Allaahu Rahmaanur Rahiim, Ilaahi Rabbii Perkenankanlah aku mencintai-Mu dan Rasulullah saw semampuku. Agar cinta itu mengalun dalam jiwa. Agar cinta ini mengalir di sepanjang nadiku…

MATA HATI YANG BUTA

Sasaran penggarapan peribadatan dalam Islam adalah Hati. Sebelumnya juga telah dijelaskan bagaimana cara melembutkan hati agar bisa memunculkan aura jernih, yang menjadi ciri khas ahli Surga nantinya.

Disisi lain Allah swt juga memberikan gambaran bahwa hati ternyata menjadi indera utama kita ketika hidup di akhirat nanti. Hal tersebut dikemukakan oleh Allah swt di dalam ayat berikut,

"Dan barangsiapa di dunia ini buta hatinya, maka di akhirat nanti juga akan buta,dan lebih sesat lagi jalannya." QS. Al Israa:72

Sangat jelas Allah swt memberikan gambaran dalam ayat di atas bahwa kalau hati kita buta di dunia ini, maka nanti di akhirat kita tidak akan bisa melihat, dan kemudian hidup kita menjadi sangat susah di sana karena tidak tahu jalan. Tersesatlah kita. Kenapa bisa demikian?
Bagaimana menjelaskannya?

Manusia sebenarnya memiliki enam indera. yang lima indera disebut sebagai panca indera, sedangkan yang keenam disebut sebagai indera ke enam atau hati. Fungsi dan mekanisme panca indera dan indera ke enam sangatlah berbeda.

Panca indera terdiri dari mata, telinga, hidung, lidah, dan kulit. Mata digunakan untuk melihat. Dan hanya bisa melihat ketika ada pantulan cahaya dari benda yang ingin dilihat ke mata kita. Jika tidak ada pantulan cahaya, meskipun ada benda di depan kita, benda tersebut tidak bisa kita. lihat. Misalnya dalam kegelapan yang sangat, kita pun tidak mampu melihat tangan kita sendiri.

Indera penglihatan ini memiliki berbagai keterbatasannya. la hanya mampu melihat jika ada pantulan 'cahaya Tampak' pada frekuensi 10 pangkat 14 Hz. Ia tidak bisa melihat benda yang terlalu jauh. la juga tidak bisa melihat benda yang terlalu kecil seperti atom atau elektron. Juga tidak bisa melihat benda-benda di balik tembok.

Bahkan mata kita gampang tertipu dengan berbagai kejadian, misalnya fatamorgana. Atau juga pembiasan benda lurus di dalam air, sehingga kelihatan bengkok. Dan lain sebagainya.

Penglihatan oleh mata kita sangatlah kondisional, dan tidak
'menceritakan' fakta yang sesungguhnya kepada otak kita. Ambillah contoh, gunung kelihatan biru bila kita lihat dari jauh. Padahal fakta yang sesungguhnya : pepohonan di gunung itu berwarna hijau. Contoh lain, bintang-bintang di langit kelihatan sangat kecil dan berkedip-kedip. Padahal sesungguhnya ia sangatlah besar, ratusan sampai ribuan kali lebih besar dibanding bumi yang kita tempati dan tidak berkedip-kedip.

Juga jika kita menganggap bahwa besi adalah benda padat yang massif dan diam. Pada kenyataannya, besi itu berisi jutaan elektron yang bergerak berputar-putar dan penuh dengan lubang. Dan masih banyak lagi contoh lainnya yang membuktikan bahwa penglihatan kita ini mengalami distrorsi alias penyimpangan yang sangat besar.

Namun demikian mata inilah yang kita gunakan untuk memahami dunia kita. Ya, dunia di luar diri kita. Mata tidak bisa kita gunakan untuk 'melihat' dunia di dalam diri kita, seperti pikiran dan kehendak.

Keterbatasan penglihatan kita ini sebenarnya karunia dari Allah. Bayangkan jika penglihatan kita tidak terbatas. Kita pasti bisa melihat jin, bisa melihat manusia lain di balik tembok, atau melihat elektron-elektron pada air yang mau kita minum, atau melihat molekul-molekul udara yang mau kita hirup untuk bernafas. Hidup kita akan sangat kacau dan menakutkan...

Telinga, demikian pula adanya. Telinga adalah alat kelengkapan kita untuk memahami suara yang berasal dari dunia di luar diri kita. Telinga juga memliki berbagai keterbatasannya. la hanya bisa mendengar suara dengan frekuensi 20 s/d 20.000 Hertz (getaran per detik). Suara yang memiliki frekuensi tersebut akan menggetarkan gendang telinga kita, untuk kemudian diteruskan ke otak oleh saraf-saraf pendengar. Maka, hasilnya kita bisa 'mendengar' frekuensi suara yang berasal dari dunia luar kita itu.

Jika ada suara-suara yang getarannya di luar frekuensi tersebut (lebih tinggi atau pun lebih rendah) maka kita tidak akan bisa mendengarnya. Misalnya suara kelelawar dengan frekuensinya yang sangat tinggi. Atau juga suara belalang. Dan beberapa jenis suara lainnya.

Kita juga tidak mampu menangkap suara yang terlalu lemah
intensitasnya, seperti orang yang berbisik. Atau, kita juga tidak mampu menangkap suara yang terlalu jauh sumbernya dari kita. Juga tidak mungkin kita mampu menangkap suara-suara pada frekuensi sangat tinggi, seperti pada gelombang radio, dan lain sebagainya.

Pada intinya, telinga kita memiliki keterbatasannya. Sebagaimana mata, juga sering mengalami distorsi alias penyimpangan. Di tempat yang riuh misalnya, telinga kita tidak mampu menangkap pembicaraan dengan volume normal. Dan jika digunakan untuk mendengar suara yang terlalu keras, gendang telinga kita bisa mengalami kerusakan.

Allah memberikan batas pendengaran kita sebagai karunia dan rahmat. Bayangkan jika pendengaran kita tidak dibatasi, maka kita akan bisa mendengarkan suara-suara berbagai binatang malam. Juga kita bisa mendengarkan suara jin, dan
lain sebagainya. sehingga kita pasti tidak akan bisa tidur karenanya...

Indera yang ketiga adalah hidung. Indera ini digunakan untuk memahami bau. Gas yang mengandung partikel-partikel bau menyentuh ujung-ujung saraf pembau di lubang hidung kita bagian dalam. Maka, dikatakan kita bisa membaui benda atau masakan tertentu, karena rangsangan yang ditangkap oleh saraf pembau itu akan diteruskan ke otak kita, dan
kemudian memberikan 'kesan' bau tertentu kepada kita.

Namun ini juga memiliki berbagai keterbatasannya, serta memberikan distorsi yang beragam. Jika kita membaui aroma yang terlalu 'pedas' misalnya, maka hidung kita akan bersin-bersin. Demikian pula jika kita membaui aroma busuk terlalu lama, maka hidung kita akan beradaptasi dan kemudian memberikan kesan bahwa aroma tersebut tidaklah busuk lagi. Dan sebagainya.

Dan kemudian indera pengecap dan peraba, yaitu lidah dan Kulit. Lidah digunakan untuk mengecap rasa, sedangkan kulit digunakan untuk merasakan kasar halusnya sebuah benda. Sebagaimana indera indera sebelumnya, maka kedua indera ini juga memiliki banyak keterbatasan dalam memahami fakta yang ada di luar dirinya.

Kalau kulit kita dibiasakan dengan benda kasar terus dalam kurun waktu yang panjang, maka kepekaan kulit kita untuk memahami benda yang halus juga akan berkurang. Kalau kulit dibiasakan dengan suhu panas dalam kurun waktu yang lama, maka ia juga tidak mampu mendeteksi suhu dingin dengan baik. Begitu juga dengan kemampuan lidah kita. Dalam kondisi terlalu pedas, misalnya, kepekaan lidah kita akan sangat berkurang. Dan lain sebagainya.

Dengan berbagai penjelasan di atas, saya hanya ingin menunjukkan kepada pembaca bahwa indera kita bekerja dalam keadaan yang sangat kondisional, dan kurang bisa dipercaya. Juga memiliki keterbatasan-keterbatasan yang sangat sempit dalam memahami fakta yang sesungguhnya. terjadi. Panca indera hanya bisa digunakan untuk melihat 'Dunia Luar' dalam kondisi yang sangat terbatas!

Sebenarnya, manusia memiliki indera yang jauh lebih hebat
dibandingkan dengan panca inderanya. Itulah Indera ke enam. Setiap orang memiliki indera ke enam yang bisa berfungsi melibat, mendengar, meraba, merasakan, dan membaui sekaligus. Indera ini ada di dalam Hati kita.

Kenapa tidak semua kita bisa menggunakannya? ya, karena kita tidak melatihnya. Sejak kecil, setiap manusia memiliki indera ke enamnya, dan berfungsi dengan baik. Karena itu, seorang bayi bisa melihat dunia Dalamnya. la menangis dan tertawa sendiri, karena melihat ada 'Dunia Lain', selain yang bisa 'dilihat' oleh panca indera orang dewasa. Seorang anak sampai usia balita bisa melihat dunia jin.

Akan tetapi seiring dengan pertambahan waktu, kemampuan indera ke enam kita itu menurun drastis. Sebabnya adalah orang tua kita tidak melatih indera ke enam kita itu. Mereka lebih melatih panca inderakita untuk memahami 'Dunia Luar'. Orang tua kita lebih risau jika kita tidak bisa memfungsikan panca indera ketimbang indera yang ke
enam. Padahal kemampuan indera ke enam ini jauh lebih dahsyat.

Kita bisa membuktikannya pada beberapa orang yang mengalami masalah dengan penglihatannya, tetapi ia memiliki 'perasaan' (feeling) yang lebih kuat dibandingkan dengan orang normal.

Dan yang menarik, Allah mengatakan di dalam ayat di atas bahwa kehidupan akhirat nanti akan sangat dipengaruhi oleh kemampuan indera ke enam. Barang siapa buta hatinya di dunia, maka di akhirat nanti akan buta juga, bahkan lebih sesat lagi jalannya. Kenapa demikian? Karena memang panca indera kita itu tidaklah bisa diandalkan untuk memahami kenyataan. Apalagi untuk 'bertemu' Allah.

Apa yang kita lihat sekarang ini, bukanlah fakta yang sebenarnya dari kehidupan ini. Apa yang kita dengar, juga bukanlah fakta yang sebenarnya dari alam sekitar ini. Semua yang kita pahami lewat panca indera kita di dunia ini sebenarnya bukanlah fakta yang sesungguhnya. Fakta yang sesungguhnya akan terungkap ketika kita hidup di akhirat.
Allah berfirman : "Pada hari terbongkar segala rahasia...." (QS. At Thaariq : 9)

"Pada hari mereka mendengar suara dengan sebenarnya. Itulah hari keluar dari kubur" (QS. Qaaf:42)

"Sesungguhnya kamu berada dalam keadaan lalai dari (hal) ini maka Kami singkapkan daripadamu tutup (yang menutupi) matamu, maka penglihatanmu pada hari itu amat tajam" (QS. Qaaf:22)

Ketiga ayat tersebut di atas memberikan gambaran kepada kita bahwa pendengaran dan penglihatan yang sebenarnya itu adalah ketika, kita berada di alam akhirat. Pendengaran dan penglihatan di dunia ini serba menipu. Pada saatnya nanti, yang tidak nampak kini, akan dinampakkan oleh Allah.

Kenapa demikian? Karena alam akhirat adalah alam berdimensi 9 di langit yang ketujuh yang memungkinkan kita untuk melihat alam berdimensi lebih rendah langit 1 sampai dengan langit 6 dengan lebih gamblang.

Kita, manusia, hidup di langit pertama yang berdimensi 3. Sedangkan bangsa jin, menempati langit kedua yang berdimensi 4. Dan malaikat adalah makhluk Allah yang bisa bergerak lintas dimensi, sampai ke langit yang ketujuh.

Akan tetapi secara ringkas, saya ingin mengatakan bahwa di alam akhirat yang berdimensi 9 itu kita, tidak bisa menggunakan panca indera kita. Seperti halnya, kita tidak bisa melihat jin dan malaikat dengan mata kita. Bisanya hanya dengan indera ke enam. Apalagi untuk 'melihat' Allah. Mata kita tidak berfungsi. Allah hanya bisa 'dilihat' dengan mata batin, alias Hati.

Karena itu, orang yang tidak melatih hatinya saat hidup di
dunia sehingga hatinya tertutup maka mereka akan dibangkitkan Allah di akhirat nanti dalam keadaan buta. Hal ini diungkapkan Allah dalam ayat-ayat berikut.

"Dan barangsiapa berpaling dari peringatan Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta." (QS. Thahaa:124)

"Dan barangsiapa yang ditunjuki Allah, dialah yang mendapat petunjuk dan barangsiapa yang Dia sesatkan maka sekali-kali kamu tidak akan mendapat penolong-penolong bagi mereka selain dari Dia. Dan Kami akan mengumpulkan mereka pada hari kiamat (diseret) atas muka mereka dalam keadaan buta, bisu dan pekak. Tempat kediaman mereka adalah neraka Jahannam. Tiap-tiap kali nyala api Jahanam, itu akan padam
Kami tambah lagi bagi mereka nyalanya." (QS. Israa:97)

Bagaimana cara melatih hati kita agar terbuka? Banyak banyaklah melakukan berbagai peribadatan yang diajarkan Rasulullah kepada kita, seperti shalat yang khusyuk, puasa, dzikir, berhaji, dan lain sebagainya dengan tulus dan ikhlas

Seorang wanita terinfeksi AIDS setelah rutin mengikuti syarat pesugihan atau mencari kekayaan yang dibuatnya dengan antek-antek iblis. Maksud hati ingin kaya tapi malah penyakit mematikan yang diterimanya. Wanita itu terinfeksi AIDS setelah mengikuti ritual mencari pesugihan dengan cara berhubungan seks dengan pria yang bukan suaminya. Ritual yang tak masuk akal sehat itu dilakukannya di kawasan Gunung Kemukus, Sragen, Ja-Teng, dan sudah berjalan selama 2 tahun.

Dua minggu sekali ia dan suaminya mengikuti ritual itu, dimana ia berganti-ganti berhubungan badan dengan pria yang berbeda. Keinginan untuk mencari kekayaan telah membutakan hati pasangan suami isteri itu, dan mereka menerima konsekuensi yang membinasakan.

Charles Spurgeon berkata : Orang-orang tidak melihat bahaya yang sangat mengerikan dengan mata mereka yang terbuka lebar-lebar. Namun ada banyak dari mereka sebenarnya berada dalam kondisi itu, ada di ujung penghukuman namun tidak berpikir sedang ada dalam bahaya. Mereka telah dibutakan. “

Mata hati yang buta jauh lebih berbahaya dari buta secara fisik. Jika seseorang tidak menyadari kebutaannya dan tidak ingin disembuhkan, maka dia akan dibuat iblis tertidur lelap dan akan sadar saat sudah berada di neraka, dimana penyesalan sudah tak berguna.

Mari, buka hati dan koreksi diri, apakah kita sedang menghidupi rupa-rupa keinginan daging, yaitu : percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah belah, kedengkian, kemabukan dan pesta pora? Jangan ikuti keinginan daging, sebab saat kita ikuti maka kita akan terjerat lebih dalam dari keinginan daging yang satu kepada keinginan daging lainnya. Dan, ketika itulah kita dikuasai oleh iblis yang adalah seteru Tuhan.

NOTE : SEMAKIN KEINGINAN DAGING DIIBERI MAKAN, SEMAKIN MUDAH IBLIS MENGELABUI UNTUK MEMBINASAKAN KITA.

Semoga ALLAH Yang Maha Menatap,yang mengurus diri kita setiap saat benar-benar menyadarkan bahwa hidup ini hanya mampir dan akhiratlah tempat yang kekal,sebaik-baiknya tujuan,sebaik-baiknya cita-cita.bagaimana mungkin mengagadaikan yang kekal dengan yang akan sirna.Sangat mengherankan orang yang laridari apa yang sangat dibutuhkan dan tidak lepas dari padanya,justru mencari apa yang tidak akan kekal,sesunguhnya bukan mata kepala kita yang buta.tetapi yang buta ialah mata hati yang ada dalam dada.  Kita sering prihain,kasihan ,kepada orang yang matanya tidak bisa melihat.Padahal tidak melihat dunia ,bukan masalah besar..Masalah besar ketika mata hati yang buta.tidak bisa melihat kebenaran,,dan salah satu buta mata hati yaitu tidak bisa membedakan mana yang kekal,dan mana yang akan sirna.kebutaan hati akan membawa seseorang tidak mengenal ALLAH,dan yang dikenal hanyalah duniawi,sehingga orang yang buta hatinya lebih cibuk mencari duniawi dibanding kedudukan disisi ALLAH. Pecinta dunia pasti akan rela berkelahi satu sama lainnya dengan mengorbankan waktu,pikiran,tenaga hanya untuk memburu dunia yang pasti ditinggalkan.sekaya apapun dia pasti akan  meninggalkan apa yang dia miliki,,,semakin cinta dunia semakin akan takut kehilangan,,orang yang buta hati nya akan merasa takut kehilangan.Namun tidak takkut kehilangan kedudukan disisi ALLAH,wallahua'lam bishawab..

cinta tak pernah meminta untuk menanti

Naila berjalan perlahan memasuki pekarangan Pondok Pesantren Ikhwan Al-Munawaroh. Dia membetulkan letak cadarnya dan mengamati sekeliling. Aman, suasana sepi. Segera dia mempercepat langkah menuju rumahnya.

Naila adalah putri Ustadz Jamaluddin, pemilik pondok Al-Munawaroh. Dia adalah anak kedua dari dua bersaudara. Karena Al-Munawaroh merupakan pondok pesantren ikhwan, sejak masuk bangku SMP, Naila dititipkan di rumah adik abinya di daerah Jogjakarta. Sebulan sekali, Naila pulang ke Al-Munawaroh yang terletak di pinggiran kota Solo. Kali ini ia pulang agak kesorean. Biasanya ba’da dhuhur ia sudah tiba di Al-Munawaroh.

Naila terus mempercepat langkahnya melewati pekarangan pondok dan mengucap salam begitu sampai di depan rumahnya. “Assalamu’alaikum,” seru Naila.

“Wa’alaikumussalam” sebuah suara menjawab salamnya. Suara Furqon, kakak semata wayangnya.

“Kok baru sampai..?” tanya Furqon sambil membuka pintu dan segera menutupnya kembali begitu Naila masuk.

“Ada kuliah tambahan di kampus, Mas.” kata Naila sembari melepas cadar yang sejak tadi menutupi wajahnya.

“Untungnya sudah sampai rumah. Kalau terlambat sedikit saja, bisa-bisa jadi tontonan santri ikhwan kamu nanti.”

Naila melirik arloji yang melingkar manis di pergelangan tangannya. Hm, sudah hampir masuk waktu Ashar. Sebentar lagi santri-santri akan berbondong-bondong menuju masjid yang berada tepat di depan rumahnya. Membayangkan dirinya datang terlambat dan harus berjalan di antara para santri ikhwan itu membuat Naila bergidik.

“Iya, Mas. Insya Allah Naila nggak akan pulang terlambat lagi. Abi Umi ke mana, Mas..? Kok sepi sekali..?”

“Abi ada di masjid. Ummi di dapur pondok menyiapkan makan malam santri nanti.” Naila hanya mengangguk-anggukan kepalanya tanda mengerti.

“Naila mau mandi dulu ya, Mas.” katanya.

“Ya, cepat sana! Sebentar lagi jama’ah Ashar.” kata Furqon mengingatkan. Naila mengangguk mengiyakan.

***
Selepas Ashar, semua santri tinggal di dalam masjid untuk mendengarkan ta’lim. Beberapa santri yang dipercaya oleh abinya akan memberikan ta’lim secara bergilir di mimbar masjid. Jika Naila berada di rumah, ia selalu meluangkan waktu untuk ikut mendengarkan. Tapi Naila hanya mendengarkan dari balik tirai yang ada di ruang tamu rumahnya. Ia tak mungkin bergabung di masjid dengan para santri yang notebene ikhwan semua.

Isi ta’lim kali ini sangat menarik. Penyampaiannya lugas, padat, dan terasa menggelitik. Sesekali, santri yang menyampaikan ta’lim berkelakar ringan. Namun, tetap tidak melanggar batas kesopanan. Naila tersenyum simpul mendengarnya. Dalam hatinya berkata, hmmz.., bisa juga santri abi yang satu ini.

“La…,” Seseorang memanggil namanya. Siapa lagi kalau bukan Mas Furqon.

Naila menoleh pada kakaknya yang menghampirinya. “Kenapa, Mas..?”

“Kamu ini lho, La. Senyum-senyum sendirian di ruang tamu.”

Naila tersipu malu. “ Ta’limnya lucu, Mas. Yang tugas ta’lim siapa, sih..?”

“Hijar.”

Naila mengernyitkan dahinya. “Akhi Hijar? Sepertinya baru kali ini dengar namanya.”

“Dia baru beberapa minggu ikut ta’lim di sini, tapi sudah jadi murid kesayangan abi.”

“Oh,” mulut Naila membulat kecil, “Santri baru ya..?” tanya Naila.

“Bukan. Dia mahasiswa yang ikut ta’lim sore sampai malam.”

“Mahasiswa..? Mahasiswa mana, Mas..?” Seketika Naila menjadi tertarik.

“Kalo nggak salah, politik UNS.”

“Kok bisa ikut ta’lim di sini, Mas..?”

“Dia pengurus ta’lim di kampusnya. Tiap pagi ada ustadz pondok yang memberi ta’lim di masjid kampusnya. Awalnya, dia hanya sebagai koordinator antara pondok dengan kampus saja, tapi lama-kelamaan jadi sering ikut ta’lim di sini juga.”

Naila mengangguk-anggukkan kepala tanda mengerti. “Dia setiap hari datang ke sini, Mas..?” tanya Naila dengan nada tak percaya.

Furqon mengangguk. “Biasanya dia ikut jama’ah Ashar di sini. Ba’da Isya’ baru dia pulang, tapi sebelum pulang pasti ngobrol dulu dengan abi. Paginya kadang dia menjemput ustadz di sini untuk mengisi ta’lim di kampusnya.”

“Subhanallah…, semangat sekali dia.” Naila berdecak kagum.

“Ya, sangat luar biasa. Dia ikhwan yang menarik. Ibarat Umar bin Khattab. Sikapnya keras dan tegas, tapi hatinya sungguh lemah lembut.”

Naila terpana dengan perumpamaan yang dibuat kakaknya. Seperti Umar bin Khattab? Tidak berlebihankah perumpamaan kakaknya itu? Tapi, kakaknya bukan seorang pembual. Pendapat kakaknya tentang ikhwan bernama Hijar ini menjadi penyulut rasa ingin tahu Naila. Naila bergumam. “Memangnya dengan abi ngobrol apa, Mas..?”

“Banyak, kadang-kadang justru membicarakan kegiatan kampus, masalah pribadinya, atau tentang akhwat.”

“Akhwat..?” Naila terkejut mendengarnya. Furqon hanya mengangguk. “Apa abi sudah menyiapkan akhwat untuknya, Mas?” tanya Naila dengan rasa penasaran yang jelas tidak bisa ia sembunyikan.

Furqon diam sebentar, merasa aneh dengan reaksi adiknya. “Mas masih belum tau, tapi bukannya abi memang selalu menyiapkan akhwat dari keluarga kita untuk santri-santri favoritnya. Apalagi ikhwan yang satu ini jadi murid kesayangan abi. Dia sudah seperti anak kandung abi saja. Bahkan abi pernah bilang seperti ini ke ummi, pasti menyenangkan kalau Hijar jadi anak kita.”

Naila tersentak. Akhi Hijar jadi anak abi dan ummi. Jangan – jangan… Jantung Naila berdegup sangat kencang.

“Tapi, Hijar sering sekali menceritakan akhwat yang ada di kampusnya. Kalau tidak salah, namanya Hana. Dia koordinator akhwat di masjid kampusnya.” kata Furqon melanjutkan.

Seketika jantung Naila seakan dipaksa untuk berhenti berdetak. “Seorang akhwat..? Calonnya, Mas..?”

“Sepertinya begitu.”

“Lalu akhwat yang dipersiapkan abi..?” Naila terus mendesak.

“Kurang tau. Sementara ini abi masih mencari informasi tentang akhwat yang diceritakan Hijar sambil beliau juga menentukan kira-kira siapa akhwat dari keluarga kita yang tepat untuknya.” kata Furqon, “Sudah, ah. Kamu ini, baru dengar namanya saja sudah tanya macam-macam. Terlalu panjang ngobrol sampai lupa mendengarkan ta’lim kan.”

Naila tersipu malu. Wajahnya memerah disindir begitu. Furqon meninggalkan Naila yang kembali terdiam mendengarkan ta’lim. Tapi pikiran Naila tak bisa konsentrasi dengan materi yang disampaikan. Rasa ingin tahu Naila terusik. Ikhwan yang satu ini berbeda dengan ikhwan kesayangan abi lainnya. Dia seorang mahasiswa. Ikhwan yang kata kakaknya seperti Umar bin Khattab. Ikhwan yang sangat disayangi abinya, hingga beliau ingin agar ia menjadi anaknya. Seperti apa dia sebenarnya? Naila makin terhanyut dengan rasa penasarannya.

***
Rembulan semakin merangkak naik. Kultum rutin setiap ba’da sholat Isya’ yang disampaikan oleh Ustadz Jamaluddin baru saja berakhir. Seluruh santri bergerombol keluar dari masjid menuju ruang makan untuk menyantap hidangan yang telah disiapkan. Masjid yang semula padat dan riuh mendadak sepi.

Naila duduk di ruang tengah sembari membaca buku tafsir hadits yang menjadi koleksi abinya. Ia menikmati keheningan yang tercipta di sekeliling rumahnya. Suara jangkrik yang bertasbih di luar sana, menciptakan suasana syahdu yang semakin mendayu. Di tengah kesunyian yang meneduhkan, sayup – sayup terdengar suara langkah kaki yang mendekat menuju rumahnya. Naila mengintip dari balik tirai jendela. Matanya menangkap bayangan abinya, Mas Furqon, dan seorang ikhwan. Siapa dia? Ikhwan itu terlihat santun berjalan berdampingan dengan abi dan kakaknya. Naila segera menutup tirai jendela. Dia kembali melanjutkan membaca buku. Tiba-tiba Furqon menyibak tirai yang membatasi ruang tamu dan ruang tengah rumahnya.

“Ah, kebetulan kamu di sini, La. Tolong buatkan teh manis tiga ya. Kalau ada kue-kue juga boleh deh.” pinta Furqon.

Naila menutup bukunya, “Siapa tamunya, Mas..?” tanya Naila.

“Hijar”

Naila tercekat. Nafasnya seakan berhenti di tenggorokan. Rasa penasaran yang dari tadi sore menyelimuti hatinya semakin menyeruak. Naila bergegas ke dapur menyiapkan hidangan. Hati dan pikirannya tak menentu. Nampan yang dibawanya dari dapur bergetar karena tangannya gemetar. Langkah kaki Naila sangat perlahan. Di batas tirai antara ruang tengah dan ruang tamu, Naila berhenti. Dia mengetuk papan untuk memberi kode pada kakaknya. Ya, begitulah yang diajarkan abi dan umminya. Jika tamu seorang ikhwan, ia tak boleh menampakkan diri. Ia hanya diperbolehkan membawa hidangan hingga batas tirai pemisah.

Tak berapa lama, kakaknya menyingkap tirai. Dia mengambil nampan yang ada di genggaman tangan Naila dan mengucapkan terima kasih. Tepat pada saat itu, terdengar suara abi Naila yang bertanya, “Bagaimana akhwat kampusmu itu, Jar?”

Seketika Naila mematung di balik tirai. Kakinya terasa berat untuk melangkah. Dia merapatkan tubuhnya pada papan dan mempertajam pendengarannya.

Terdengar sebuah suara, “Masih sulit, ustadz.” Suara itu…, entah mengapa menggetarkan saraf-saraf di sekujur tubuh Naila.

“Diminum dulu, Jar.” kali ini suara Mas Furqon. Suasana hening sejenak. Terdengar suara cangkir yang beradu dengan tatakannya. Naila menanti keheningan ini dengan resah. Ia tak sabar mendengar percakapan selanjutnya.

“Akhwat yang lain masih banyak kan, Jar.” Suara abi terdengar lagi, tapi tak ada jawaban dari Hijar. “Kalau mau, Ustadz bisa mencarikan untuk antum.”

Naila semakin resah. Ruang tengah yang luas terasa sempit dan menghimpitnya.

“Syukron, Ustadz. Ana masih ingin menunggu dulu.” Kata-katanya terdengar tegas. Tungkai Naila terasa lemas. Tangannya berpegangan pada papan yang ada di hadapannya.

“Kalau jadi bagian keluarga ustadz, mau tidak..?” Abi masih mendesak.

“Wah, sebuah kehormatan yang besar sekali jika ana bisa seperti itu, Ustadz. Tapi untuk saat ini…”

“Sebenaranya ustadz ingin sekali antum jadi bagian keluarga ini, apalagi seandainya bisa jadi anak ustadz.” Abi memotong kata-kata Hijar. Naila tersentak. Jantungnya berdegup tak karuan.



“’Afwan, Ustadz. Maksud Ustadz..?” Hijar bertanya dengan sopan.

“Di keluarga ustadz masih banyak akhwat yang belum menikah. Putri semata wayang ustadz juga belum. Seandainya antum mau…”

“Naila…,” tiba-tiba sebuah suara memanggil Naila. Naila terkejut mendapati umminya sudah berada di ruang tengah berjalan ke arahnya.

“I…iya, Ummi.” Naila tergagap. Ia berjalan menjauh dari tirai dan menghampiri umminya.

“Ayo bantu ummi membereskan ruang makan. Santri-santri sudah keluar semua dari sana, tapi tetap pakai cadarmu ya.” ajak ummi Naila.

Naila mengangguk. “Baik, ummi.” Naila mengekor di belakang umminya, berjalan menjauhi ruang tamu. Masih didengarnya sayup-sayup suara Hijar, tapi ia tak dapat menangkap apa yang Hijar katakan.

***
Semakin hari, Naila semakin dibayangi oleh pesona Hijar di mata keluarganya. Naila tersiksa. Dia dilanda gelisah dan penasaran yang luar biasa. Naila semakin banyak tau tentang Hijar, tapi hanya satu yang tidak dia ketahui yaitu Hana, akhwat yang namanya disebut Hijar. Ada perasaan lain di hati Naila setiap mendengar nama Hana.

Sebuah permintaan yang tak pernah terduga akan dilakukan Naila saat Furqon mendapat giliran mengisi ta’lim di masjid kampus Hijar. Naila mendesak untuk ikut. Abi dan ummi yang biasanya melarang Naila pergi keluar rumah, entah kenapa kali ini mengijinkan. Dalam hati Naila bersorak. Kesempatan ini tak akan ia siakan. Dia harus bisa mengenal akhwat yang bernama Hana di masjid kampus Hijar.

Sesampai di masjid kampus Hijar, Naila bertanya-tanya, mana akhwat yang bernama Hana. Ketika Mas Furqon mulai dengan ta’limnya, Naila justru sibuk mengamati akhwat – akhwat yang mencatat materi ta’lim dengan khidmat. Ada seorang akhwat yang sangat menarik perhatiannya. Dia terlihat anggun. Wajahnya sungguh bersahabat. Usai ta’lim nanti, Naila memutuskan akan mencari tahu tentang Hana dari akhwat ini.

Saat Furqon menutup ta’limnya dengan salam, Naila beringsut mendekati akhwat yang menarik hatinya. “Assalamu’alaikum ukhti.”

“Wa’alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh.” jawab akhwat itu dengan senyum manis yang terukir di wajahnya. Tiba-tiba Naila merasakan keteduhan yang luar biasa di hatinya.

“’Afwan ukhti, ana ingin bertanya. Di sini ada akhwat yang bernama Hana..?” Naila langsung tembak sasaran saja.

“Ana Hana, ukhti.” jawab akhwat itu lembut. Naila kaget luar biasa. Akhwat yang sungguh memesona ini adalah Hana. Naila tertegun. Apa yang harus aku katakan sekarang.

“Perkenalkan, ana Naila. Adik ustadz Furqon dari Al-Munawaroh.” Naila memperkenalkan diri. Diulurkannya tangan kanannya ke hadapan Hana, yang serta merta dijabat erat oleh Hana. Sebuah kehangatan menjalar dalam diri Naila.

Naila mulai berbasi-basi. Hana sangat membuatnya nyaman. Naila dengan cepat merasa akrab dan cocok dengan Hana. Mereka asyik bercakap – cakap, hingga sebuah dering telepon dari HP Naila mengingatkannya untuk segera pulang.“Senang sekali ana bisa mengenal anti. Ternyata anti memang akhwat menarik seperti yang dikatakan akhi Hijar.”

Hana tercekat. Raut wajahnya seketika berubah. Dia seakan tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. “Anti membicarakan akhi Hijar..?”

Naila dan Hana terdiam. Mereka saling menatap. Kehangatan yang tercipta selama percakapan mereka sebelumnya seakan sirna terhirup sorotan tajam mata mereka. Mereka sibuk dengan pikiran mereka masing-masing. Sibuk menilai apa pula yang ada dalam pikiran lawan bicaranya.

“Ya. Sebenarnya ana memang ingin tau tentang anti. Akhi Hijar sering sekali menceritakan anti pada abi. Kalau tidak salah, anti calon Akhi Hijar..?”

“Bukan.” Spontan Hana menjawab pertanyaan Naila. Kening Naila berkerut.

“Tapi kata akhi Hijar…” Naila menggantung kata-katanya. Dia tak tau harus berkata apa. Hana tetap diam. Senyum manisnya telah sirna dari wajahnya. “Atau anti tidak menerimanya..?”

Pertanyaan Naila menyudutkan Hana. Ia merasa tak nyaman. Hana menundukkan kepala untuk menutupi kegelisahan yang terpancar dari wajahnya. Dia menghela nafas berat.

“Akhi Hijar memang sering dibicarakan di keluarga ana. Abi ingin dia menjadi bagian keluarga kami. Setahu ana, akhi Hijar hingga saat ini belum memberi kepastian karena masih menunggu anti.” Naila akhirnya berterus terang.

Wajah Hana semakin tertunduk. Perlahan akhirnya ia memberi jawaban. “Ana memang tidak memberi jawaban pada akhi Hijar.” kata Hana dengan lesu.

“Kenapa..?” Naila mendesak ingin tahu.

Hana kembali tertunduk dan menghela nafas berat. Sunyi menyelimuti Hana dan Naila. Namun tiba-tiba terpecah oleh dering HP Naila.

“’Afwan, Ukh. Ana harus pulang sekarang.” Naila menghela nafas. “Kalau boleh, lain kali ana akan menghubungi anti.”

Hana mengangguk dengan senyum yang seperti dipaksakan. Mereka kembali berjabat tangan erat.

Naila melangkah keluar dari masjid dan menghampiri Furqon yang sudah menunggunya sejak tadi. Perasaan Naila campur aduk. Dia bingung dengan sikap diam Hana saat mendengar nama Hijar. Tapi, mendengar perkataan Hana bahwa dia tidak memberi jawaban pada Hijar dan sikapnya yang dengan tegas mengatakan dia bukan calon Hijar, menimbulkan kelegaan di hati Naila.

***
Hari – hari Naila terlewati dengan harapan yang penuh ketidakpatian. Semenjak pertemuan Naila dan Hana di masjid kampus, hubungan mereka menjadi semakin akrab. Beberapa kali mereka saling mengirim SMS dan menelepon. Banyak hal yang mereka bicarakan. Mulai dari sekedar bertukar pendapat atau membicarakan Hijar. Namun, topik terakhir inilah yang lebih sering menjadi bahan utama obrolan mereka.

Naila semakin hari semakin banyak tahu tentang Hijar, baik dari sudut pandang keluarganya maupun Hana. Satu hal yang selama ini masih mengusik hati Naila yaitu tentang penantian Hijar dan jawaban apa yang sebenarnya ada di dalam hati Hana.

Hana sendiri selalu mencoba menutup rapat kata hatinya. Ia tak ingin seorang pun tahu apa jawaban yang sebenarnya akan ia sampaikan pada Hijar. Hana menyadari, Hijar menunggunya dan keluarga Naila justru menunggu Hijar. Tapi, dia tetap ingin menjaga hatinya sendiri. Hana merasakan bahwa Naila sebenarnya mengharapkan Hijar. Namun, ia tak pernah menyinggung hal itu karena ia pun tak ingin perasaannya disinggung oleh Naila.

Rasa penasaran yang masih ada dalam hati Naila membuatnya semakin sering pulang ke Al-Munawaroh. Secara sengaja, terkadang dia menyesuaikan kepulangannya dengan hari di mana Hijar mendapat giliran mengisi ta’lim ba’da Ashar di masjid pondoknya. Demikian pula hari ini. Sejak sebelum Ashar ia sudah menunggu di ruang tamu. Kebetulan dia sedang berhalangan sholat sehingga dia hanya tinggal menanti ta’lim saja dan tidak ikut sholat berjama’ah.

Dalam penantiannya itu, pintu depan rumahnya diketuk seseorang. Terdengar suara ikhwan yang mengucap salam. Naila panik. Rumah kosong karena semua sudah bergegas ke masjid. Terpaksa ia harus menerima tamu ikhwan itu. Dengan tangan gemetar, dibetulkannya cadarnya dan dibukanya pintu rumah hanya sedikit saja.

“Wa’alaikumussalam. ‘Afwan, sedang tidak ada orang di tumah. Dengan siapa ini..?” tanya Naila di balik pintu. Abinya mengajarkan agar ia tidak mempersilakan masuk ikhwan yang bukan mukhrimnya. Apalagi saat ini ia berada di rumah seorang diri.

“Ana Baarid, sahabat dekat Hijar.”

Naila hamper tersedak. Hijar lagi. Kenapa terasa kebetulan seperti ini. “Ada perlu apa..?”

“Ana hanya disuruh mengembalikan buku yang dipinjam Hijar. Katanya bukunya akan dipakai ustadz. Sekaligus ingin memberitahukan kalau dia tidak bisa mengisi ta’lim hari ini.”

Naila sedikit kecewa. Yah, aku tak bisa mendengar ta’lim Hijar hari ini. Dia menghela nafas. “Tafadhol bukunya ditaruh di depan pintu saja biar nanti ana ambil.” kata Naila memberi instruksi. Dia memang tidak ingin mengulurkan tangan dan membiarkan tamu ikhwan itu melihat tangannya.

“Na’am. Tapi ‘afwan, ana bertemu dengan siapa ini..? Agar ana bisa meyakinkan Hijar kalau bukunya sudah ana kembalikan.”

“Naila” ujar Naila singkat.

“Masya Allah, Naila putri Ustadz Jamaluddin kan..? Hijar sering sekali membicarakan anti.” Naila tersentak. Hijar sering membicarakan dirinya dengan sahabatnya...? Apa yang mereka bicarakan..? “Subhanallah. Ana tidak menyangka, baru pertama kali ke Al-Munawaroh bisa langsung bertemu dengan anti. Sungguh semua karena kehendak Allah.” Suara itu terdengar sumringah. Ada perasaan senang dan bangga dalam getaran suaranya.

Naila hanya terdiam. Dia masih menerka-nerka pembicaraan Hijar dengan Baarid. Sampai sejauh mana pembicaraan mereka, hingga Baarid terlihat begitu senang bisa mengenalnya.

Suara adzan Ashar berkumandang dari corong pengeras suara masjid Al-Munawaroh. Baarid mengundurkan diri. Dia mengucap salam dan bergegas bergabung dengan jama’ah yang telah berkumpul di masjid. Naila meraih buku yang ditinggalkan Baarid di muka pintu. Lama ia mematung di balik pintu hingga akhirnya ia memutuskan akan mencari tahu tentang Baarid melalui Hana. Barangkali saja Hana mengenal ikhwan bernama Baarid yang menjadi sahabat dekat Hijar.

Sore itu juga, Naila menanyakan ikhwan yang bernama Baarid kepada Hana. Dia menceritakan kedatangan ikhwan itu dan mengatakan kalau ia sering dibicarakan oleh Baarid dan Hijar. Sebuah kebetulan, Hana pun mengenal Baarid. Sebenarnya Baarid bukan teman kampusnya, tapi ia cukup mengenalnya karena Baarid sering menemani Hijar dalam urusan dakwahnya. Ada seseorang yang berkata padanya bahwa Baarid sering datang ke masjid kampus karena sebenarnya ingin tahu akhwat seperti apa yang diinginkan sahabatnya. Tapi hal itu tak akan ia ceritakan pada Naila. Ia hanya memberitahu sebatas siapa itu Baarid.

***
Sejak sore saat Naila dan Hana membicarakan Baarid, Hijar jarang terlihat di masjid kampus. Hana yang menjadi koordinator akhwat sedikit merasa kewalahan dengan ketidakhadiran Hijar sebagai koordinator ikhwan. Beberapa hari ia mencoba mengatasinya sendiri. Namun, setelah hampir satu minggu, Hana terpaksa menanyakan kepada ikhwan yang lain.

“Assalamu’alaikum.” Hana mengucap salam dibalik tirai yang menjadi hijab jama’ah ikhwan dan akhwat.

“Wa’alaikumussalam.” Seorang ikhwan menjawab, tapi bukan Hijar.

“’Afwan, ana dari koordinator akhwat ingin menanyakan mengenai koordinasi di pihak ikhwan. Setau ana, koordinator ikhwan jarang terlihat akhir-akhir ini. Jika bisa, ana ingin meminta bantuan untuk koordinasi ta’lim dari ikhwan yang lain.”

“Ya, diusahakan.”

“”Afwan, jika boleh tahu, kenapa akhi Hijar jarang terlihat akhir – akhir ini?” Hana bertanya perlahan. Dia ingin tahu, tapi tidak ingin timbul fitnah dari pertanyaan pribadinya itu.

“Katanya, dia sedang sibuk menyiapkan walimahan.”

Hana tersentak. Jawaban itu bagaikan petir yang menggelegar. Sebuah kilat terasa menyambar dirinya. Hatinya bergemuruh. Tidak!!! Walimah? Akhi Hijar akan menikah?! Hana mendadak linglung. Dia beringsut di sudut masjid, masih tidak menyadari dengan apa yang ia dengar. Benarkah akhi Hijar menikah? Dengan siapa? Sebersit kemungkinan terlintas di hati Hana. Naila! Ya, pasti Naila.

Hana menghubungi HP Naila, tapi tidak ada jawaban. Beberapa kali ia ulangi, hasilnya tetap sama. Hana mencoba mengirim SMS, namun balasan tak kunjung tiba. Hana kalut. Di tengah kerisauan hatinya, sebuah SMS masuk tertera di layar HP-nya. SMS Naila.

“’Afwan, ukhti Hana. Ana tidak tau tentang akhi Hijar. ‘Afwan ya baru bisa balas SMS-nya. Ana dalam perjalanan pulang ke Solo ini, ukh. Mendadak abi meminta ana pulang. Katanya ada yang ingin menemui ana pagi ini.”

Air mata menetes menjatuhi pipi Hana. SMS dari Naila membuatnya merasa hampa. Naila diminta pulang abinya karena ada yang ingin menemuinya. Mungkinkah pagi ini Naila akan dikhitbah oleh Hijar? Hana lemas, bersandar di dinding menyadari apa yang tengah terjadi. Diingatnya perkenalannya dengan Naila, apa saja yang dikatakan Naila. Tentang perkataan Naila bahwa keluarganya menginginkan Hijar, tentang Naila yang ingin tau penantian Hijar, tentang kedatangan Baarid yang mengatakan dia sering membicarakan Naila dengan Hijar.

Naila kembali tersentak. Mungkinkah kedatangan Baarid ke Al-Munawaroh saat itu memiliki maksud yang sama dengan kedatangannya di masjid kampus. Jangan-jangan ia datang karena penasaran dengan Naila. Mungkinkah Hijar sebenarnya menyuruh Baarid datang ke sana untuk meminta pendapatnya..?

Hana semakin nelangsa. Hatinya terasa sakit bagai teriris pisau. Dia meratapi ketidakjujurannya selama ini. Menangis kecewa karena tidak segera mengiyakan tawaran Hijar saat itu. Menangisi kekalahannya karena menyia-nyiakan penantian Hijar. Hana hanya bisa meratap.

Lama Hana teremenung di sudut masjid. Dia menangis menocba mengikhlaskan segala keputusan kepada Yang Maha Kuasa. Di tengah munajatnya, sebuah SMS kembali tertera di layar HP-nya. Lagi-lagi Naila. Hana membuka dengan lemah.

“Ukhti, pagi ini ana dikhitbah. Tadi Akhi Hijar dan Akhi Baarid datang ke sini. Ana dikhitbah oleh Akhi Baarid. Insya Allah ijab qabul dua hari lagi. Ukhti, ana ingin berpesan untuk anti. Jangan pernah sia-siakan penantian akhi Hijar pada anti.”

Air mata Hana makin deras mengalir. Tapi kali ini diiringi dengan senyum tulus yang terpancar dari hati.


 "cinta tak pernah meminta tuk menanti namun ia mengambil kesempatan dalam penantian di pelataran harapan.."

Berbahagialah, Wahai Hamba Allah

Air Mata, Sakit Hati adalah Ujian
Tidak pernahkah kita berpikir bahwa betapa Allah swt senantiasa membuat kita bahagia..? Apakah kita tidak pernah berpikir bahwa semua air mata dan luka di hati adalah jalan untuk kita lebih mendekatkan diri kepada Allah swt..?
“Apakah kalian mengira bahwa kalian akan masuk surga, padahal belum datang kepada kalian (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kalian..? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya, “Bilakah datangnya pertolongan Allah..?” Ingatlah , sesungguhnya pertolongan Allah itu sangat dekat.” (QS.Al Baqarah: 214)
Sahabat, mari kita merenung sejenak. Apa yang kita lakukan saat kita sedang bersedih. Dari lubuk hati yang paling dalam, akan muncul sebuah pengakuan. Betapa lemahnya diri kita. Betapa rapuhnya iman kita. Betapa bodohnya kita. Dan betapa kecil kita sebagai manusia. Sebuah keyakinan tercipta bahwa betapa Maha Kuasa Allah swt atas diri kita. Dia Yang Maha Kaya, Maha Berilmu, Maha Perkasa sekaligus Maha Penyayang. Semua keangkuhan sirna dalam sekejap.
Nah, saat diri rapuh dan tidak berdaya, saat itu pula kita mulai yakin bahwa ada yang lebih segala-galanya di atas kita. Sebuah kesejukan menetes membasahi hati yang terbakar. Ada kelembutan membelai pikiran yang gersang. Sebuah genggaman dahsyat yang membantu kita untuk bangkit kembali, melanjutkan kehidupan yang lebih baik.
Sahabat, begitulah cara Allah swt membahagiakan kita. Dengan menguji kita lewat berbagai macam penyakit, baik itu penyakit fisik dan sakit hati. Karena penyakit itulah, seseorang akan tersadar dari semua keangkuhan dan mengakui semua kesalahan yang telah kita perbuat dan segera bertaubat. Dengan ujian-ujian itu pula kita sebagai manusia merasa sangat kecil, merasa diri ini betul-betul seorang hamba yang bergantung hanya kepada Allah swt. Saat kita tersadar dari segala perjalanan dosa, mulailah kita memperbaiki kualitas ibadah kita dan mendekatkan diri kepada Allah swt.
Betapa Allah sangat mencintai hamba-Nya. Betapa Allah swt ingin kita berada dekat dengan-Nya. Bukankah kebahagian itu jika kita berada dekat dengan yang kita cintai..? Dan hanya Allah-lah yang memiliki cinta sejati itu.
Nikmat Allah swt selalu lebih besar dari cobaannya.
“Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Fatihah:2-3)
Allah Maha Pemurah. Allah Maha Penyayang. Cobalah hitung berapa banyak nikmat yang telah Allah swt berikan kepada kita. Seumur hidup kita tidak akan sanggup karena saking banyaknya. Lalu apa yang kita khawatirkan..? Apa yang membuat kita gelisah..?
Kita pasti mengetahui bahwa apa yang ada di langit dan di bumi adalah milik Allah swt. Bahkan nyawa kita adalah milik-Nya. Mengapa hanya karena kehilangan kaki seseorang merasa kehilangan segala-galanya..? Bukankah ia masih memiliki anggota badan yang lainnya..? Mengapa setelah ditinggal kekasih, seorang pemuda atau pemudi menjadi frustasi..? Bukankah jodoh itu sudah diatur oleh Allah swt..? Mengapa hanya karena tidak lulus ujian seorang siswa rela menghilangkan nyawanya..? Bukan, bukan itu tujuan Allah swt memberi kita penyakit.
Ingatlah selalu bahwa Allah swt itu Maha Pemurah. Nikmat yang Allah swt berikan selalu lebih besar dari cobaan-Nya. Bukankah orang yang kakinya buntung masih mempunyai tangan untuk menggenggam, masih mempunyai mata untuk melihat kebesaran Allah swt, masih dapat mendengar seruan Allah swt..? Bukankah orang yang buta sekalipun juga diberi kelebihan oleh Allah swt dengan insting yang kuat..? Lalu apa yang harus kita sesali dengan begitu banyak nikmat yang telah Allah swt berikan..? Apa yang membuat kita bersedih..?
“Maka, nikmat Rabb kalian yang manakah yang kalian dustakan?” (QS. Ar-Rahman:13)
Yakinlah, bahwa di balik setiap tetes air mata, selalu ada sejuta senyum yang menanti. Di balik sayatan luka di hati, selalu ada sejuta kebahagiaan yang siap menyambut. Dan yakinlah, bersama dengan kesulitan pasti ada kemudahan. Itu janji Allah swt…
Intan dalam Duri
“Maka, sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan, sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.” (QS. Al-Insyirah:5-6)
Jalan menuju kebahagiaan memang tidaklah selalu mudah. Ada saja rintangan yang menghadang. Setan bekerja keras melaksanakan tugasnya. Menggoda manusia, memberi was-was ke dalam hati mereka. Bagi orang yang lemah imannya, kurang cintanya terhadap Allah swt, pastilah dengan senang hati mengikuti bujuk rayu dan tipu daya para setan. Sebaliknya, orang-orang yang begitu mencintai Allah swt akan menempuh jalan merintang sekalipun. Dan orang-orang seperti itulah yang akan memperoleh kemenangan dan kebahagiaan. Menjadi pemenang atas godaan setan, berhasil membuktikan penghambaannya kepada Allah swt dan menjadi bahagia karena pahala yang dicurahkan kepadanya serta kemenangan yang terbesar adalah saat perjumpaan dengan Allah swt.
Untuk mencapai sebuah kebahagiaan, di perlukan pengorbanan dan kerja keras. Jangan mudah putus asa mencari rahmat Allah swt. Ibaratkan Dia memberikan kita sebuah hadiah berupa sebongkah intan tetapi hadiah tersebut di bungkus dengan kertas berduri. Apakah kita punya nyali untuk membukanya..? Mungkin tangan kita akan berdarah, mungkin juga tidak. Dengan petunjuk cara membukanya, kita akan selamat dari duri-duri dan berhasil membuka hadiah tersebut. Akhirnya kita mendapat isi dari kertas itu.
Sama seperti dalam kehidupan, segala rintangan untuk mencapai sebuah kebahagian pastilah ada. Kalau rintangan tersebut kita anggap sebagai penghalang, ia akan betul-betul menghalangi langkah kita. Tapi, jika kita menganggap mereka sebagai tantangan, itu jauh lebih baik. Dalam menghadapi tantangan, kita harus menggunakan ilmu sesuai dengan petunjuk Allah swt. Dengan ilmu itulah kita dapat keluar dari permasalahan yang ada dan memperoleh hadiah yaitu kebahagiaan.
Cara Berbahagia
1. Syukur
“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya, jika kalian bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat) kepada kalian, dan jika kalian mengingkari (nikmat_Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS. Ibrahim:7)
Orang-orang yang bahagia adalah mereka yang senantiasa bersyukur. Dengan bersyukur hidup akan menjadi lebih bahagia. Syukurilah apa yang ada di hadapan kita. Tidak lupa bersyukur atas apa yang telah kita peroleh di masa lalu. Jangan mencari yang tidak ada, jangan meresahkan kelebihan orang lain karena Allah swt juga telah menitipkan potensi ke dalam diri kita untuk dikembangkan.
Banyak orang yang terjebak di masa lalu. Menangisi kegagalannya, menyesali kesalahan-kesalahan saat itu. Kita harus berhati-hati. Sebesar apapun penyesalan kita, masa lalu tidak akan kembali dan tidak akan terulang lagi. Jangan sampai kegagalan membuat kita sedih berkepanjangan. Jangan sampai musibah yang kita alami membuat kita lalai dan melupakan semua nikmat yang telah Allah swt berikan, kufur atas nikmat Allah swt. Jangan pernah sedetikpun lidah kita absen dari ucapan syukur, memuji Allah Yang Maha Pemurah.
Masa sekarang adalah sebuah kenyataan. Tepat berada di hadapan kita. Bersyukurlah karena hari ini kita masih bisa menghirup udara bebas, bersyukur akan hidangan yang lezat di depan kita, bersyukur karena kita dikelilingi oleh keluarga dan sahabat yang menyayangi. Bersyukur atas semua cinta yang telah diberi Allah swt kepada kita. Bersyukurlah agar kita menjadi orang yang paling bahagia.
2. Ikhlas
Ikhlas karena Allah swt. Kalimat yang mudah diucapkan namun kadang dalam prakteknya bertentangan. Mulailah dengan niat karena Allah swt. Segala sesuatu yang kita lakukan, baik itu bekerja, mencari nafkah atau belajar adalah ikhlas demi mendapatkan ridha Allah swt semata.
Tidak sedikit orang yang menyia-nyiakan usaha kerasnya. Mengapa sia-sia..? Karena tujuannya bukan karena Allah swt. Tujuannya hanyalah mencari kesenangan dunia semata. Kalau sudah tujuannya dunia, orang-orang seperti itu akan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan kebahagiaan. Walaupun kebahagiaannya itu semu dan hanya sesaat. Dan balasannya pun bisa berupa murka Allah swt di dunia dan di akhirat.
Gantungkan tujuan dan cita-cita kita hanya kepada Allah swt. Karena hanya Allah-lah Yang Maha Pemberi, Allah Yang Maha Penyayang. Hanya Allah swt yang dapat membalas semua perbuatan kita.
Orang-orang yang bekerja dan hanya mengharapkan ridha Allah swt, merekalah yang memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat kelak. Setiap langkah adalah ibadah ikhlas kepada Allah swt dan setiap ucapannya adalah dzikir, perkataan yang baik, serta nasehat-nasehat kepada sesama. Begitulah, orang-orang yang berjuang dengan niat yang ikhlas mengharapkan ridha Allah swt, senantiasa menjaga perilakunya
Selain pada niat, ikhlas juga akan tercermin pada sikap yang mudah memaafkan. Bagaimana kita melupakan semua kesalahan orang yang pernah menyakiti. Sulit memang, tapi yakinlah kalau kita bisa!
Bergurulah pada Nabi Muhammad saw. Bagaimana beliau yang lembut hatinya dengan sabar menerima semua ejekan dan cacian dari orang-orang kafir saat menyebarkan Islam. Pada saat salah satu dari orang kafir tersebut jatuh sakit, apa yang dilakukan kekasih Allah swt ini? Beliau datang kerumah orang itu, menjenguknya. Subhanallah! Luar biasa! Begitu besar rasa ikhlas untuk memaafkan pada diri Rasulullah saw. Tidak ada dendam sedikit pun. Dengan ikhlas hati kita menjadi lapang. Dengan kelapangan tersebutlah kebahagiaan akan didapatkan.
3. Sabar
“Hai orang-oang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolong kalian, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. Al- Baqarah:45)
Sabar dalam menjalani kehidupan akan tercermin pada pribadi yang lapang dada, tabah, dan pantang menyerah. Sabar bukan berarti menerima begitu saja dan menunggu datangnya keajaiban.
Sabar dalam bekerja, mencari nafkah adalah mengerahkan segala upaya, pantang menyerah, memaksimalkan potensi untuk dimanfaatkan oleh orang lain. Sabar dalam menuntut ilmu adalah dengan tekun belajar, mengatur waktu dengan baik, memahami dan mencerna pokok-pokok yang diajarkan dan yang lebih penting adalah mengamalkannya di jalan Allah swt.. .
Dengan kesabaran, jiwa kita akan terasa lapang. Keyakinan akan janji Allah swt semakin kuat. Orang-orang yang sabar akan berdiri laksana gunung yang kokoh menancapkan kakinya, berjalan di jalan yang diridhai Allah swt. Akhirnya, orang-orang yang sabarlah yang akan menjadi pemenang dan berbahagia.
4. Berpikir Positif
“Aku sesuai sangkaan hamba-Ku kepada-Ku, maka ia bebas berprasangka apa saja kepada-Ku.” (Hadist Qudsi)
Pikirkanlah yang indah-indah, maka hidupmu akan menjadi indah. Berpikir positif terhadap segala sesuatu yang menimpa kita dapat menciptakan sebuah semangat untuk menjalani hidup ini.
Jika kita senantiasa berpikiran negatif, segala sesuatu yang kita kerjakan pun akan bernilai negatif. Contoh, ada seseorang yang berpikiran bahwa musibah adalah sesuatu yang menyakitkan, musibah adalah penghalang untuk mencapai cita-cita, kemudian disikapi dengan berkeluh kesah dan bersedih terus menerus. Apa yang terjadi kemudian..? Bisa jadi orang tersebut akan mengalami gangguan jiwa seperti stress dan depresi. Belum lagi fisik yang semakin lemah akibat hilangnya nafsu makan. Sungguh rugi orang-orang yang mempunyai pikiran negatif.
Orang-orang yang mempunyai pikiran positif akan menganggap musibah itu sebagai ujian dan tantangan. Bisa jadi mereka berpikiran bahwa musibah itu adalah hadiah untuk mendekatkan diri kepada Allah swt. Semangat dan optimis akan tercipta dalam setiap langkahnya. Dengan jiwa yang optimis itu pula, orang yang berpikiran positif akan senantiasa mengembangkan potensi dalam dirinya, untuk menjadi pribadi yang unggul. Sungguh bahagialah orang-orang yang senantiasa berpikiran positif.
5. Berbuat Baik
“Kalian adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyeru kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” (QS. Ali Imran:110)
Marilah kita berlomba-lomba untuk berbuat baik agar kita bahagia. Berbuat baik pada diri sendiri seperti memperbaiki kualitas shalat, mengkaji Al-Qur’an dan menuntut ilmu. Shalat yang khusyuk akan membuat hati dan pikiran kita menjadi tenang. Dengan mengkaji ayat-ayat Al-Qur’an kita bisa menemukan rahasia kehidupan ini. Berbagai macam ilmu ada di dalamnya. Itulah yang membuat kita menjadi orang yang cerdas.
Berbuat baik kepada orang lain adalah wajib hukumnya. Berbuat baik kepada orang tua dengan menjadi anak yang shaleh/shalehah. Menyambung tali silaturahmi, tersenyum kepada orang lain, mengajarkan ilmu yang bermanfaat, saling menasehati untuk berbuat baik dan menegur teman yang berbuat salah.
Bersedekah juga salah satu cara untuk berbuat baik kepada orang lain. Dalam harta yang kita miliki ada hak orang lain. Kekayaan kita bukan tercermin pada berapa banyak saldo tabungan di bank, bukan seberapa tinggi tumpukan emas di lemari, bukan pula berapa banyak mobil mewah yang diparkir di garasi mobil. Kekayaan kita dapat dilihat dari berapa banyak yang telah kita beri kepada orang lain, baik itu harta benda ataupun ilmu yang bermanfaat, ikhlas karena Allah swt.
Apa yang kita rasakan saat memberi seorang pengemis selembar uang seribuan dan tersenyum bahagia karenanya..? Bahagia bukan..? Kebahagiaan kita terletak pada bahagia orang lain. Jika kita membahagiakan diri sendiri, kita hanya mempunyai satu point bahagia. Jika kita membahagiakan sepuluh orang, maka kita mempunyai sepuluh point bahagia. Jadi berbuat baiklah kepada semua orang, tentunya dengan hati yang ikhlas untuk mendapatkan ridha Allah swt.
“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (QS. Al-Anbiya’: 107)
6. Percaya Akan Janji Allah swt
“Allah menjanjikan kepada orang-orang Mukmin laki-laki dan perempuan, (akan mendapat) surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya, dan (mendapat) tempat yang baik di surga ‘Adn. Dan keridaan Allah lebih besar. Dan itulah kemenangan yang agung.” (QS. At-Taubah: 72)
Percayalah kepada Allah swt. Jangan ada keraguan sedikitpun di hati kita. Mungkin apa yang kita peroleh saat ini bertolak belakang dengan apa yang kita inginkan. Yakinlah bahwa itulah yang terbaik buat kita. Allah swt sangat sayang kepada hamba-hamba-Nya yang berbuat baik.
Allah swt memang tidak selalu memberikan apa yang kita inginkan. Dia akan senantiasa memberikan apa yang kita butuhkan. Semua kebutuhan sebagai bekal untuk bertemu dengan-Nya sudah tersedia. Hanya saja kita yang tidak melihat atau bahkan tidak peduli dengan seruan tersebut.
Jadi, berdoa dan berbuat baik adalah kuncinya. Setelah itu, serahkan semua kepada Allah Yang Maha Adil. Bisa jadi kita tidak akan menerima imbalan di dunia. Hadiah tersebut akan kita terima di akhirat kelak. Dan yakinlah, hadiah itu pasti lebih indah dari dunia dan isinya. saat pertemuan dengan Allah swt.

Website Syababul Huda Mahabbah Qolbu 2011