Pembagian Isim (kata benda)

Isim ditinjau dari jenisnya :
         1. Isim Mudzakkar (مُـذَكَّـرٌ)
            Yaitu isim yang menunjukkan pada laki-laki atau yang dilaki-laki-kan.
            Misal:
            Bapak (أََبٌ); seorang lelaki (رَجُـلٌ); murid laki-laki (تِـلْمِـيْـذٌ)
            Pena (قَـلَـمٌ); buku (كِـتـاَبٌ).
         2. Isim Muannats (مُؤَنَّثٌ)
            Yaitu isim yang menunjukkan pada perempuan atau yang diperempuan-kan.
            Misal:
            Ibu (أُمٌّ) ; seorang wanita (اِمْـرَأَةٌ) ; murid wanita (تِلْمِـيْـذَةٌ); tangan (يَـدٌ) ; papan tulis (سَـبُوْرَةٌ) ; bumi (الأرْضُ)
         
 Catatan:

                Di antara tanda (ciri) bagi isim muannats :
                    => Nama perempuan atau yang menunjukkan perempuan.
                      Misal :
                      Fatimah (فاتمة), ibu (أُمُّ)
                    => Adanya ta’ marbutoh (ة)
                      Misal:

                      Kebun (حَدِ يـْقَـةٌ) ; mobil (سَـيَّـارَةٌ) ; guru perempuan (مُدَرِّسَـةٌ)

                Ada juga beberapa isim muannats yang tidak memiliki tanda-tanda di atas.
                Misal :
                Tangan (يَـدٌ) ; telinga (أُذُنٌ) ; api (نَـارٌ) ; langit (السَـمَـاءُ); bumi (الأرْضُ) ; matahari (الشَـمْسُ) ; jiwa (نَفْـسٌ) ;dll.

      Isim ditinjau dari jumlahnya:
         1. Isim Mufrod (مُـفْـرَدٌ)
            Yaitu isim yang menunjukkan jumlah tunggal (satu), baik mudzakkar ataupun muannats.
            Misal:
            Seorang muslim (مُسْـلِـمٌ) ; seorang muslimah (مُسْـلِـمَـةٌ.
         2. Isim Mutsanna (مُـثَـنَّـى)
            Yaitu isim yang menunjukkan jumlah dua.
            Misal:
            Dua orang muslim (مُـسْـلِـمَانِ – مُسْــلِـمَـيْنِ) (muslimaani atau muslimaini);
            Dua orang muslimah (مُسْـلِـمَــتَـانِ – مُـسْلِـمَـتَـيْـنِ) (muslimataani atau muslimataini).
            Cara membuat isim mutsanna:

   “harokat akhir dari isim mufrod diganti fathah, kemudian akhir kata tersebut ditambahkan alif dan nun atau ya dan nun, dengan nun-nya dikashroh”

         3. Isim Jama’ (جَمْعٌ)
            Yaitu Isim yang menunjukkan jumlah banyak (lebih dari dua):
               1. Jama’ Mudzakkar Salim (جَـمْـعُ الـمُـذَكَّـر السَـالِـمُ)
                  Misal:
                  Para muslim (مُـسْلِـمُـوْنَ – مُـسْلِـمِـيْـنَ) (muslimuuna atau muslimiina)
                  Cara membuat isim jama’ mudzakkar salim:

       “akhir kata isim mufrod ditambahkan dengan wawu dan nun yang didahului oleh harokat dhommah atau dengan ya’ dan nun yang didahului oleh harokat kasroh, dengan nun berharokat fathah”

               2. Jama’ Muannats Salim (جَـمْـعُ الـمُـؤَنَّـثِ السَـالِـمُ)
                  Misal:
                  Para muslimah (مُـسْلِـمَـاتٌ – مُـسْـلِـمَـاتٍ) (muslimaatun atau muslimaatin)
                  Cara membuat jama’ muannats salim:

      “ta’ marbutoh pada isim mufrod muannats dihilangkan, kemudian harokat akhir dijadikan fathah, lalu ditambahi dengan alif dan ta’”

               3. Jama’ Taksir (جَـمْـعُ التَـكْسِـيْـرِ)
                  Misal :
                      => para lelaki (رِجَـالٌ), isim mufrodnya (رَجُـلٌ)
                      => para ulama (عُـلَـمَـاءُ), isim mufrodnya (عَالِـمٌ)
                      => buku-buku (كُـتُـبٌ), isim mufrodnya (كِتَـابٌ)
                      => gunung-gunung (جِـبَـالٌ), isim mufrodnya (جَـبَلٌ)

     Jama’ taksir memiliki banyak pola dan tidak teratur, tidak seperti halnya jama’ mudzakkar salim dan jama’ muannats salim yang hanya memiliki satu pola. Untuk mengetahui jama’ taksir suatu isim, maka sering-seringlah “melihat kamus”.

      Asmaaul khomsah (الأسْمَـاءُ الخَـمْـسَـةُ) / Isim-isim yang lima.

      Yaitu lima macam isim yang bentuk dan perubahannya sama, yaitu:

             1. أبُـوكَ – أبـَاكَ – أبـيـْكَ –> Bapakmu
             2. أخُـوكَ – أخـاكَ – أخِيـكَ –> Saudaramu
             3. حَـمُـوكَ – حـَمَـاكَ – حَـمـِيكَ –> Iparmu
             4. فـُوكَ – فـَاكَ – فِـيــكَ –> Mulutmu
             5. ذُو مـَال – ذَا مَـالٍ – ذِي مـَالٍ –> Yang memiliki harta.

      Isim Maqshur (المَـقْصُور)

      Yaitu isim yang berakhiran alim laazimah (ى), yang sebelumnya berharokat fathah.
      Misal:

      Pemuda (الفَـتَى), Petunjuk (الهُـدَى), Musa (مُـوسَى)

      Isim Manqush (المَنـْقُوص)

      Yaitu isim yang berakhiran ya’ laazimah (ي), yang sebelumya berharokat kasroh.
      Misal:

      Pemberi petunjuk (الهَـادِي), Hakim (القَـاضي), Pezina (الـزَانـِي)

      Isim Ghoir Munshorif (غَيْر مُنْصَرِف)

      Yaitu isim yang tidak bisa ditanwin di akhir katanya,
      Misal:
          => Aisyah (عائِشَةُ), tidak bisa dibaca tanwin : (عائِشَةٌ)
          => Ibrohim (إبراهيمُ), tidak bisa dibaca tanwin : (إبراهيمٌ)
          => Masjid-masjid (مَسَاجِدُ), tidak bisa dibaca tanwin : (مَسَاجِدٌ)

      اَلْمَمْنُوعُ مِنَ الصَّرْفِ / غَيْرُ الْمُنْصَرِفِ

Vandi jelaskan dibawah ini :

Isim Ghoirul Munshorif adalah isim yang tidak boleh ditanwin dan dikasroh.

Contoh: عُثْمَانُ – مَسَاجِدُ – عُمَرُ – عَائِشَةُ

Syarat-syarat isim ghoirul munshorif:

1. Tidak sebagai mudhof (disandarkan pada isim yang lain)

Contoh: صَلَّيْتُ فِى مَسَاجِدَ

مَرَرْتُ بِعُمَرَ

Apabila isim ghoirul munshorif ini sebagai mudhof, maka batal hukumnya.

Contoh: صَلَّيْتُ فِى مَسَاجِدِ هِم

2. Terbebas dari alif dan lam

Contoh: صَلَّيْتُ فِى مَسَاجِدَ

مَرَرْتُ بِعُمَرَ

Apabila isim ghoirul munshorif ini memakai alif dan lam, maka batal hukumnya.

Contoh: صَلَّيْتُ فِى المَسَاجِدِ

Kelompok isim yang masuk dalam kategori ghoirul munshorif

1. Bentuk jamak yang berpola مَفَاعِلُ (shighoh muntahal Jumu’)

Contoh: مَسَاجِدُ – مَقَاعِد

2. Isim maqshur yang berjenis muannats

Contoh: كُبْرَى – حُبْلَى

3. Isim mamdud yang berjenis muannats

Contoh: صَحْرَاءُ – حَمْرَاءُ

4. Nama perempuan

Contoh: مَرْيَمُ – عَائِشَةُ

5. Nama yang berpola فُعَلُ

Contoh: عُمَرُ – زُحَلُ

6. Nama yang diakhiri dengan tambahan alif dan nun ان

Contoh: عُثْمَانُ – سَلْمَانُ

7. Nama orang asing (selain arab) / nama ajam

Contoh: إِبْرَاهِيْمُ – إِسْمَاعِيْلُ

Catatan:

1. Isim maqshur yang bukan kelompok muannats, maka tidak termasuk isim ghoirul munshorif.

Contoh: هُدًى – فَتًى

2. Semua nama orang yang diakhiri dengan ta marbuthoh maka dia ghoirul munshorif walaupun digunakan untuk nama orang laki-laki.

Contoh: مُعَاوِيَةُ – طَلْحَةُ

3. Nama negara dan kota dikategorikan sebagai nama perempuan sehingga temasuk kelompok ghoirul munshorif.

Contoh: بَغْدَادُ – مِصْرُ

==>>

dan di bawah ini Vandi berikan penjelasan tentang Jar, Tanwin, Nida’, Al, dan Musnad

    بِالجَرِّ وَالتّنْوِيْنِ وَالنِّدَا وَاَلْ ¤ وَمُسْنَدٍ لِلإسْمِ تَمْيِيْزٌ حَصَلْ

    Dengan sebab Jar, Tanwin, Nida’, Al, dan Musnad, tanda pembeda untuk Kalimat Isim menjadi berhasil.


Pada Bait ini, Mushannif menyebutkan tentang Tanda-tanda Kalimat Isim (Kata Benda). Sebagai ciri-cirinya untuk membedakan dengan Kalimat yang lain (Kalimat Fi’il/Kata Kerja dan Kalimat Huruf/Kata Tugas). Diantaranya adalah: Jar, Tanwin, Nida’, Al (Alif dan Lam) dan Musnad.

    Jarr جر

Tanda Kalimat Isim yang pertama adalah Jar, mencakup: Jar sebab Harf, Jar sebab Idhafah dan Jar sebab Tabi’. Contoh:
مَرَرْتُ بغُلاَمِ زَيْدٍ الفَاضِلِ

Aku berjumpa dengan Anak Lelakinya Zaid yang baik itu.

Lafadz غلام dikatakan Jar sebab Harf (dijarkan oleh Kalimah Huruf), Lafadz زيد dikatakan Jar sebab Idhafah (menjadi Mudhaf Ilaih), dan Lafadz الفاضل dikatakan Jar sebab Tabi’ (menjadi Na’at/Sifat). Hal ini menunjukkan bahwa perkataan Mushannif lebih mencakup dari Qaul lain yang mengatakan bahwa tanda Kalimat Isim sebab Huruf Jarr, karena ini tidak mengarah kepada pengertian Jar sebab Idhafah dan Jar sebab Tabi’.

    Tanwin تنوين

Tanda Kalimat Isim yang kedua adalah Tanwin. Tanwin adalah masdar dari Lafadz Nawwana yang artinya memberi Nun secara bunyinya bukan tulisannya. Sebagai tanda baca yang biasanya ditulis dobel ( اً-اٍ-اٌ ). Di dalam Ilmu Nahwu, Tanwin terbagi empat macam:

    => Tanwin Tamkin: yaitu Tanwin standar yang pantas disematkan kepada Kalimat-kalimat Isim yang Mu’rab selain Jamak Mu’annats Salim dan Isim yang seperti lafadz جوار dan غواش (ada pembagian khusus). Contoh: زيد dan رجل di dalam contoh:

جَاءَ زَيْدٌ هُوَ رَجُلٌ

Zaid telah datang dia seorang laki-laki

    => Tanwin Tankir: yaitu Tanwin penakirah yang pantas disematkan kepada Kalimat-kalimat Isim Mabni sebagai pembeda antara Ma’rifahnya dan Nakirahnya. Seperti Sibawaeh sang Imam Nahwu (yang Makrifah) dengan Sibawaeh yang lain (yang Nakirah). Contoh:

مَرَرْتُ بِسِبَوَيْهِ وَبِسِبَوَيْهٍ آخَرَ

Aku telah berjumpa dengan Sibawaeh (yang Imam Nahwu) dan Sibawaeh yang lain.

    => Tanwin Muqabalah: yaitu Tanwin hadapan yang pantas disematkan kepada Isim Jamak Mu’annats Salim (Jamak Salim untuk perempuan). Karena statusnya sebagai hadapan Nun dari Jamak Mudzakkar Salimnya (Jamak Salim untuk laki-laki). Contoh:

أفْلَحَ مُسْلِمُوْنَ وَمُسْلِمَاتٌ

Muslimin dan Muslimat telah beruntung.

    * Tanwin ‘Iwadh: atau Tanwin Pengganti, ada tiga macam:

      => Tanwin Pengganti Jumlah: yaitu Tanwin yang pantas disematkan kepada Lafadz إذ sebagai pengganti dari Jumlah sesudahnya. Contoh Firman Allah:

وَأنْتُمْ حِيْنَئِذٍ تَنْظًرُوْنَ

Kalian ketika itu sedang melihat.

Maksudnya ketika nyawa sampai di kerongkongan. Jumlah kalimat ini dihilangkan dengan mendatangkan Tanwin sebagai penggantinya.

◊  Tanwin Pengganti Kalimah Isim: yaitu Tanwin yang pantas disematkan kepada Lafadz كل sebagai pengganti dari Mudhaf Ilaihnya. Contoh:
كَلٌّ قَائِمٌ

Semua dapat berdiri.

Maksudnya Semua manusia dapat berdiri. Kata manusia sebagai Mudhaf Iliahnya dihilangkan dan didatangkanlah Tanwin sebagai penggantinya.

◊  Tanwin Pengganti Huruf: yaitu Tanwin yang pantas disematkan kepada lafadz جوار dan غواش dan lain-lain sejenisnya, pada keadaan I’rab Rafa’ dan Jarrnya. Contoh:
هَؤُلاَءِ جَوَارٍ. وَمَرَرْتُ بِجَوَارٍ

Mereka itu anak-anak muda. Aku berjumpa dengan anak-anak muda.

Pada kedua  lafadz جوار asal bentuknya جواري kemudian Huruf Ya’ nya dibuang didatangkanlah Tanwin sebagai penggantinya.

Pembagian macam-macam Tanwin yang telah disebutkan di atas, merupakan Tanwin yang khusus untuk tanda Kalimat Isim. Itulah yang dmaksudkan dari kata Tanwin dalam Bait tsb, yaitu Tanwin Tamkin, Tanwin Tankir, Tanwin Muqabalah dan Tanwin ‘Iwadh.

Adapun Tanwin Tarannum/Taronnum dan Tanwin Ghali, yaitu Tanwin yang pantas disematkan kepada Qofiyah atau kesamaan bunyi huruf akhir dalam bait-bait syair Bahasa Arab. Tidak dikhususkan untuk Kalimat Isim saja, tapi bisa digunakan untuk Kalimat Fi’il dan juga untuk Kalimat Harf.

    Nida’ نداء

Tanda Kalimat Isim yang ketiga adalah Nida’. Yaitu memanggil dengan menggunakan salah satu kata panggil atau Huruf Nida’ berupa يا dan saudara-saudaranya. Huruf Nida dikhususkan kepada Kalimat Isim karena Kalimat yang jatuh sesudah Huruf Nida’ (Munada) statusnya sebagai Maf’ul Bih. Sedangkan Maf’ul Bih hanya terjadi kepada Kalimat Isim saja. Contoh:
يَا رَسُوْلَ اللهِ

Wahai Utusan Allah.

    AL أل

Tanda Kalimat Isim yang keempat berupa AL أل atau Alif dan Lam. Yaitu AL yang fungsinya untuk mema’rifatkan dan AL Zaidah. Contoh:
رَجَعَ الرَجُلُ مِنَ المَكَّةَ

Orang laki-laki itu telah pulang dari kota Mekkah.

AL pada Lafadz الرَجُلُ dinamakan AL Ma’rifat, sedang AL pada Lafadz المَكَّةَ dinamakan AL Zaidah. Sedangkan AL yang selain disebut di atas, tidak khusus masuk kepada Kalimat Isim. seperti AL Isim Maushul yang bisa masuk kepada Kalimat Fi’il Mudhori’, dan AL Huruf Istifham yang bisa masuk kepada Fi’il Madhi.

    Musnad  مسند

Tanda Kalimat Isim yang kelima adalah Musnad. Artinya yang disandar atau menurut Istilah yang  dihukumi dengan suatu hukum. Contoh:
قَاَمَ زَيْدٌ وَ زَيْدٌ قَائِمٌ

Zaid telah berdiri dan Zaid adalah orang yang berdiri.

Kedua Lafadz زيد pada contoh di atas merupakan Musnad atau yang dihukumi dengan suatu hukum, yaitu hukum berdiri.  Hukum berdiri pada lafadz Zaid yang pertama adalah Kata Kerja dam Hukum berdiri untuk Lafadz Zaid yang kedua adalah Khobar.

Website Syababul Huda Mahabbah Qolbu 2011